KARAWANG, KOMPAS.com — Pemudik yang ke luar Jakarta hari ini memadati sejumlah ruas di luar kota. Di Pintu Tol Cikopo, Cikampek, Karawang, Jawa Barat, antrean kendaraan sempat berhenti beberapa saat. Polisi menutup pergerakan kendaraan ke jalur pantai utara dan mengalihkan ke selatan lewat Subang. Arus kendaraan di Simpang Jomin sudah melebihi kapasitas jalan.
Pengalihan tersebut terjadi pada pukul 13.00 ketika volume kendaraan makin tinggi. Kepadatan kendaraan tersebut terjadi sejak dini hari sampai menjelang sore.
Sementara itu, jalur non-tol sama parahnya. Di ruas Johar- Ciranggon-Telaga Sari-Wadas-Cilamaya-Cikalong, arus lalu lintas padat merayap. Pengguna sepeda motor dan mobil memadati ruas jalan. Kecepatan kendaraan maksimal 10 kilometer per jam. Sesekali, kendaraan berhenti karena harus antre.
Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono mengatakan, hari ini memang puncak mudik seperti perkiraan sebelumnya. Pagi tadi, Bambang meninjau sejumlah simpul menggunakan helikopter.
Pemantauan diarahkan ke ruas Jalan Tol Cikampek, Jomin, menyusuri pantura, lalu bergerak ke selatan, ke Nagreg, Gentong, menyusuri Jalan Tol Cipularang, sampai Bandung. Dari udara terlihat pergerakan kendaraan yang mengarah ke luar kota.
Kali ini, beban jalan di ruas utara ataupun selatan lebih berat karena masalah di Comal, Pemalang, dan jembatan Sungai Cibaruyan, Ciamis. Lantaran persoalan di dua simpul tersebut, kepadatan terjadi di jalur alternatif yang tidak ideal dilalui kendaraan besar.
Selatan Jabar
Semua titik jalan di jalur selatan Jawa Barat (Jabar) disesaki kendaraan umum dan pribadi yang mengangkut pemudik dari arah Bandung menuju Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pengguna kendaraan membutuhkan waktu 4-5 jam lebih lama dibandingkan hari biasa.
Berdasarkan pantauan Kompas, tidak ada satu pun jalur mudik dari arah Bandung-Jawa Tengah yang lengang.
Di jalur utama selatan Gentong-Tasikmalaya, kepadatan terjadi sejak pagi hingga malam hari. Berdasarkan pantauan di Pos Dinas Perhubungan Jabar di Gentong, jumlah kendaraan tercatat 1.000-1.500 unit per jam.
Untuk memecah membeludaknya jumlah kendaraan, polisi mengalihkan kendaraan ke beberapa jalur alternatif. Namun, hal itu tidak banyak mengurangi kemacetan. Lama perjalanan Gentong-Tasikmalaya, yang biasanya ditempuh setengah jam menggunakan sepeda motor, melonjak hingga dua jam.
Santoso (35), pemudik asal Jakarta tujuan Surabaya, mengatakan harus menempuh perjalanan selama 14 jam. Padahal, pada hari biasa, Jakarta-Tasikmalaya hanya membutuhkan waktu tempuh 5-6 jam menggunakan mobil berukuran sedang.
Kondisi di jalur alternatif Garut-Singaparna-Tasikmalaya pun serupa. Pengalihan arus lalu lintas, yang dilakukan oleh polisi sejak di kawasan Nagreg, membuat jalur alternatif ini padat. Bahkan, pengemudi kendaraan sempat terjebak semrawutnya arus lalu lintas di sekitar Pasar Singaparna, Tasikmalaya.
”Kami sempat tidak jalan memasuki Singaparna. Di sekitar Pasar Singaparna, jalannya menyempit dan sangat ramai,” kata Wilda (35), pemudik dari Bandung menuju Banjarnegara, Jawa Tengah.
Tidak hanya itu, jalur alternatif Pamoyanan-Panjalu-Ciamis, yang biasanya sepi, juga mendadak ramai. Banyak kendaraan berpelat nomor Jakarta dan Bandung beriringan melewati jalur itu. Perjalanan memakan jarak yang lebih jauh, jalan lebih sempit, dan rusak di beberapa bagian sehingga pemudik tidak bisa berharap banyak.
Kepala Kepolisian Daerah Jabar Inspektur Jenderal Mochamad Iriawan mengatakan, ambrolnya Jembatan Cibaruyan memperbesar kepadatan arus lalu lintas di jalur selatan. (RON/DRA/NDY/DMU)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.