Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Habis Potong Ayam Selalu Dibersihkan Kok"

Kompas.com - 29/09/2014, 14:29 WIB
Adysta Pravitra Restu

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com —Tukang potong ayam di Jalan Pisangan Utara, Pisangan Baru, Matraman, Jakarta Timur, mengaku selalu membersihkan lokasi kerja mereka. Pembersihan ini dilakukan saat malam hari atau seusai memotong ayam pelanggan.

"Kita bersihin teruslah. Habis potong ayam selalu dibersihkan kok," kata pria yang enggan menyebut nama itu, Senin (29/9/2014).

Ia menyadari tempat pemotongan ayam itu menimbulkan bau tidak sedap sehingga wajar bila warga tidak senang dengan keberadaan pemotongan unggas.

Warga, kata dia, seharusnya protes ke ketua RT, RW, dan lurah setempat. Namun, ia yakin protes itu hanya dilontarkan segelintir warga karena sebagian besar warga adalah para pemotong ayam.

Ia pun mengungkapkan pernah ada kejadian di depan pemotongannya atau sekitar Jalan Arjuna I itu yang membuang bulu dan usus ayam sembarangan.

"Pernah ada disebar ke jalanan. Kayaknya sih itu dari warga yang enggak senang sama kita, jadi main lempar sembarangan," tutur dia.

Mungkin, kata dia, warga tidak senang karena bau. Namun, tanpa banyak berkomentar, mereka melakukan dengan cara itu. Padahal, para pemotong tak pernah lupa membersihkan areanya.

Terlebih lagi saat pemotongan berlangsung, para pemotong selalu menutup pintu pagar agar tidak terlihat langsung dengan warga yang melintas di jalan itu.

"Selalu bersih kok. Kita juga enggak nyusahin warga," ucap dia.

Ia menyatakan, bos mereka atau pemilik pemotongan rutin membayar kebersihan di lingkungan setempat. Setiap akhir bulan, kata dia, mobil dari Sudin Kebersihan Jakarta Timur juga selalu mengangkut sampah bekas ayam.

Ia pun berharap pemerintah memikirkan kembali soalusaha pemotongan yang akan dipindahkan ke Rawa Kepiting tersebut. Selain terlalu jauh, ia pun bisa kehilangan pelanggan.

"Ya kalau mau tertibkan boleh, tapi kami minta sekitar sini. Misal di Lapangan Bea Cukai (Jalan Ahmad Yani) itu kan longgar. Boleh tuh pemerintah sediain di situ kan dekat," kata dia.

Sementara itu, Kepala Dinas Kelautan dan Pertanian DKI Jakarta Darjamuni menyatakan, banyak warga telah mengeluhkan keberadaan tempat ayam di lingkungan mereka. Warga, kata dia, takut terjangkit virus dari unggas tersebut.

"Sudah ada 92 warga sekitar tanda tangan. Mereka meminta ditertibkan. Kemarin (Minggu malam) juga sudah ada sosialisasi ke paguyuban ayam itu," kata Darjamuni saat dihubungi.

Ia mengatakan, sosialisasi akan terus dilakukan kepada para pemotong, penampung, dan penyalur ayam di Kecamatan Matraman itu. Ia pun optimistis para pelaku usaha unggas mau untuk dipindahkan ke Rawa Kepiting.

Hal ini mengingat perintah dari Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta atas kebersihan lingkungan di wilayah Jakarta. Pada 1 Januari 2015 pun ia berharap sudah merelokasi paguyuban ayam itu di Rawa Kepiting, Jakarta Timur.

"Kita terus pantau juga saat sudah pindah. Apakah di lingkungan warga masih ada yang potong ayam atau tidak. Semua harus pindah daripada timbul penyakit," tutur Darjamuni.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pria yang Dikeroyok karena Dituduh Maling Motor di Grogol Alami Luka Lebam di Wajah

Pria yang Dikeroyok karena Dituduh Maling Motor di Grogol Alami Luka Lebam di Wajah

Megapolitan
PKS Dinilai Sulit 'Move On' dari Anies Baswedan

PKS Dinilai Sulit "Move On" dari Anies Baswedan

Megapolitan
4 Pelaku Penjarahan Konser Lentera Festival Kembalikan Pagar Barikade ke Vendor

4 Pelaku Penjarahan Konser Lentera Festival Kembalikan Pagar Barikade ke Vendor

Megapolitan
Aksi WNI di Kamboja Kendalikan Penipuan Modus 'Like-Subscribe' Youtube, Korban Rugi Rp 806 Juta

Aksi WNI di Kamboja Kendalikan Penipuan Modus "Like-Subscribe" Youtube, Korban Rugi Rp 806 Juta

Megapolitan
Data Inafis Diduga Diperjualbelikan di 'Dark Web', Kompolnas Minta Polri Proteksi Data Lebih Ketat

Data Inafis Diduga Diperjualbelikan di "Dark Web", Kompolnas Minta Polri Proteksi Data Lebih Ketat

Megapolitan
Usung Marshel Widianto pada Pilkada Tangsel 2024, Gerindra Bakal Beri Pembekalan

Usung Marshel Widianto pada Pilkada Tangsel 2024, Gerindra Bakal Beri Pembekalan

Megapolitan
Potret Kondisi Tugu Selamat Datang  Depok Senilai Rp 1,7 Miliar Kini, Dicoret-coret dan Panel Lampunya Dicuri

Potret Kondisi Tugu Selamat Datang Depok Senilai Rp 1,7 Miliar Kini, Dicoret-coret dan Panel Lampunya Dicuri

Megapolitan
Saat Staf Hasto Kristiyanto Minta Perlundungan LPSK, Merasa Terancam Usai Digeledah KPK

Saat Staf Hasto Kristiyanto Minta Perlundungan LPSK, Merasa Terancam Usai Digeledah KPK

Megapolitan
Akrabnya Gibran dan Heru Budi, Blusukan Bareng di Jakbar-Jakut hingga Bagi-bagi Susu ke Warga

Akrabnya Gibran dan Heru Budi, Blusukan Bareng di Jakbar-Jakut hingga Bagi-bagi Susu ke Warga

Megapolitan
Dua Saksi Tambahan Kasus “Vina Cirebon” Ajukan Permohonan Perlindungan ke LPSK

Dua Saksi Tambahan Kasus “Vina Cirebon” Ajukan Permohonan Perlindungan ke LPSK

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 29 Juni 2024, dan Besok : Siang Ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 29 Juni 2024, dan Besok : Siang Ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Alasan Rombongan Tiga Mobil Tak Bayar Makan di Resto Depok | Korban Penipuan 'Like' dan 'Subscribe' Youtube Rugi Rp 800 Juta

[POPULER JABODETABEK] Alasan Rombongan Tiga Mobil Tak Bayar Makan di Resto Depok | Korban Penipuan "Like" dan "Subscribe" Youtube Rugi Rp 800 Juta

Megapolitan
Cara ke Taman Kencana Bogor dari Stasiun Bogor

Cara ke Taman Kencana Bogor dari Stasiun Bogor

Megapolitan
Rombongan Tiga Mobil yang Sempat Tak Bayar Makan di Resto Depok Menolak Buat Video Klarifikasi

Rombongan Tiga Mobil yang Sempat Tak Bayar Makan di Resto Depok Menolak Buat Video Klarifikasi

Megapolitan
Warga Tegal Alur Mengeluhkan Minimnya Lampu Penerangan

Warga Tegal Alur Mengeluhkan Minimnya Lampu Penerangan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com