Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahok, Jokowi, dan Kamar Mandi yang Basah

Kompas.com - 17/11/2014, 10:21 WIB
Heru Margianto

Penulis

KOMPAS.com — Pada sebuah kesempatan, Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok kedatangan sejumlah siswa sekolah dasar (SD) yang menjadi delegasi Konferensi Anak Indonesia 2014. Ahok menerima mereka di Balairung Balaikota, Jakarta. Salah seorang anak itu bertanya, “Pak Ahok, kenapa WC di Jakarta basah semua?”

Spontan Ahok tertawa mendengar pertanyaan itu. Kepada para siswa sekolah dasar itu, Ahok mengaku secara jujur bahwa toilet di Balaikota Jakarta yang menjadi kantornya joroknya minta ampun. Tidak hanya jorok, menurut dia, tisu toilet di gedung pusat pemerintahan Kota Jakarta yang notabene adalah ibu kota Republik Indonesia sering hilang dicuri.

“WC di kantor ini saja joroknya luar biasa, basah semua. Pas saya cari tisunya di mana, ternyata tisunya juga pada dicolongin. Bapak juga kesel banget kalau lagi buang air, ternyata toiletnya basah, lantainya basah, banyak tisu berserakan,” jawab Basuki.

Toilet kering

Lantai toilet di Balaikota Jakarta basah bukan karena tidak ada yang membersihkan, tetapi karena banyak pegawai di kantor itu—dan juga karena tradisi toilet di Indonesia—tidak memiliki budaya toilet kering.

"Saya juga pernah pinjami WC di ruangan saya untuk staf saya. Setelah itu, ternyata kloset saya basah, masak kotoran dia saya yang bersihin. Habis itu, saya enggak mau WC saya dipakai lagi," cerita Basuki. (Baca: Pak Ahok, Kenapa WC di Jakarta Basah Semua?)

Toilet kering identik dengan kloset duduk, berbeda dengan toilet basah yang identik dengan kloset jongkok. Soal bentuk kloset ini, tak sedikit masyarakat kita yang mengalami gagap budaya.

Saat harus buang air besar di toilet umum dan mendapati kloset duduk, tak sedikit yang memilih tetap jongkok di atas kloset duduk. Sampai-sampai ada peringatan di dinding toilet: “Dilarang Jongkok, Nanti Jatuh”.

Toilet kering seharusnya menjadi standar toilet di Indonesia. Kebanyakan toilet di Indonesia, baik toilet umum maupun toilet di rumah, adalah basah. Padahal, toilet basah kurang bersahabat dengan kesehatan dibanding toilet kering.

Toilet basah tidak menguntungkan karena tingginya kelembaban di Indonesia. Spora dan jamur mudah tumbuh di toilet basah. Kuman dan bakteri juga dapat berkembang subur. Ujung-ujungnya, toilet basah yang lembab bisa menjadi sumber penyakit.

Kebersihan toilet umum di Indonesia masih buruk. Indonesia pernah dianugerahi peringkat ke 12 terburuk toilet umum dari 18 negara di Asia. 

KOMPAS/YUNIADHI AGUNG Sebuah WC umum yang sempit di antara warung-warung kawasan Terminal Pulogandung, Jakarta Timur.

Sanitasi buruk

Untuk “urusan ke belakang”, catatan Indonesia memang jauh dari menggembirakan. Jangankan bicara soal toilet kering, bicara buang air besar saja Indonesia punya pekerjaan rumah serius.

Menurut laporan bersama WHO dan Unicef pada Mei 2014, untuk persoalan sanitasi, Indonesia menempati peringkat kedua terburuk di dunia. Menurut laporan itu, masih ada 54 juta masyarakat Indonesia yang buang air besar (BAB) sembarangan di sungai, laut, atau di permukaan tanah.

Peringkat pertama adalah India. Sebanyak 597 juta orang di negeri itu buang hajat sembarangan. Di bawah Indonesia adalah Pakistan (41 juta), Nigeria (39), Etiopia (34), Sudan (17), Niger (13), Nepal (11), China (10), dan Mozambik (10).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polda Metro Sebut Judi 'Online' Kejahatan Luar Biasa, Pemberantasannya Harus Luar Biasa

Polda Metro Sebut Judi "Online" Kejahatan Luar Biasa, Pemberantasannya Harus Luar Biasa

Megapolitan
Polisi Deteksi 3 Pelaku Lain di Balik Akun Facebook Icha Shakila, Dalang Kasus Ibu Cabuli Anak

Polisi Deteksi 3 Pelaku Lain di Balik Akun Facebook Icha Shakila, Dalang Kasus Ibu Cabuli Anak

Megapolitan
Rombongan 3 Mobil Tak Bayar Usai Makan di Depok, Pemilik Restoran Rugi Rp 829.000

Rombongan 3 Mobil Tak Bayar Usai Makan di Depok, Pemilik Restoran Rugi Rp 829.000

Megapolitan
Kapolri Rombak Perwira di Polda Metro, Salah Satunya Posisi Wakapolda

Kapolri Rombak Perwira di Polda Metro, Salah Satunya Posisi Wakapolda

Megapolitan
Modus Preman Palak Bus Wisata di Gambir: Mengadang di Pintu Stasiun, Janjikan Lahan Parkir

Modus Preman Palak Bus Wisata di Gambir: Mengadang di Pintu Stasiun, Janjikan Lahan Parkir

Megapolitan
Kapolda Metro: Judi 'Online' Cuma Untungkan Bandar, Pemain Dibuat Rugi

Kapolda Metro: Judi "Online" Cuma Untungkan Bandar, Pemain Dibuat Rugi

Megapolitan
Bocah Tewas Terjatuh dari Lantai 8 Rusunawa Cakung, Polisi: Jendela untuk Bersandar Tidak Kokoh

Bocah Tewas Terjatuh dari Lantai 8 Rusunawa Cakung, Polisi: Jendela untuk Bersandar Tidak Kokoh

Megapolitan
Sejak 2023, 7 Selebgram Bogor Ditangkap karena Promosi Situs Judi 'Online'

Sejak 2023, 7 Selebgram Bogor Ditangkap karena Promosi Situs Judi "Online"

Megapolitan
Momen Haru Risma Peluk Pelajar di Tanimbar yang Bipolar dan Dibesarkan Orangtua Tunggal

Momen Haru Risma Peluk Pelajar di Tanimbar yang Bipolar dan Dibesarkan Orangtua Tunggal

Megapolitan
Kapolda Metro Perintahkan Kapolres-Kapolsek Razia Ponsel Anggota untuk Cegah Judi “Online”

Kapolda Metro Perintahkan Kapolres-Kapolsek Razia Ponsel Anggota untuk Cegah Judi “Online”

Megapolitan
Bocah yang Jatuh dari Lantai 8 Rusunawa di Cakung Ternyata Ditinggal Orangtunya Bekerja

Bocah yang Jatuh dari Lantai 8 Rusunawa di Cakung Ternyata Ditinggal Orangtunya Bekerja

Megapolitan
Bawaslu DKI Mengaku Kekurangan Personel Jelang Pilkada 2024

Bawaslu DKI Mengaku Kekurangan Personel Jelang Pilkada 2024

Megapolitan
Polisi Bakal Mediasi Kasus Ojol yang Tendang Motor Warga di Depok

Polisi Bakal Mediasi Kasus Ojol yang Tendang Motor Warga di Depok

Megapolitan
Polda Metro Buka Peluang Kembali Periksa Firli Bahuri di Kasus Dugaan Pemerasan SYL

Polda Metro Buka Peluang Kembali Periksa Firli Bahuri di Kasus Dugaan Pemerasan SYL

Megapolitan
 Selebgram Bogor Ditangkap karena Promosikan Judi Online, Polisi : Baru Terima Gaji Rp 3 juta

Selebgram Bogor Ditangkap karena Promosikan Judi Online, Polisi : Baru Terima Gaji Rp 3 juta

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com