Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melepaskan Jakarta dari Cengkeraman Banjir

Kompas.com - 29/11/2014, 10:01 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Sebagai Ibu Kota Negara, Jakarta adalah muara segalanya, termasuk terkumpulnya beragam masalah. Berbagai upaya ditempuh untuk mengatasinya, tetapi masalah seperti tidak selesai.

Itulah Jakarta, metropolitan yang memang berada di muara 13 sungai, kini semakin nyata menjadi muara semua permasalahan. Dapat dilihat pada musim hujan seperti ini. Banjir masih terjadi di sejumlah permukiman dan kawasan. Kemacetan di mana-mana.

Kalau dilihat dari perkembangan dari hari ke hari atau bulan demi bulan, upaya mengantasi banjir terus dilakukan. Namun, harus diakui, upaya membebaskan Jakarta dari banjir belum sepenuhnya berhasil. Masyarakat tak henti-hentinya menantikan langkah jitu Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bersama pihak terkait dalam mengatasi masalah yang satu ini.

Masyarakat mengaku dan melihat sendiri bahwa pemerintah daerah terus bekerja keras mengatasinya. Masyarakat pun percaya suatu saat nanti upaya itu akan berhasil walaupun entah kapan harapan itu akan menjadi kenyataan.

Yang pasti, banjir masih terjadi hingga musim hujan ini. Publik percaya ada upaya yang terus-menerus dan berkelanjut untuk mengatasinya. Namun, mengapa belum terasa maksimal?

Tidak mudah membebaskan Jakarta dari banjir. Kota ini berada di muara sungai-sungai yang bermata air di Bogor, Jawa Barat.

Dalam filosofinya, air mengalir ke bawah. Itulah sebabnya tak mudah mengatasi banjir wilayah Jakarta yang secara topografi berada di kerendahan, apalagi wilayah Puncak, Bogor, juga memiliki masalah tersendiri yang berdampak langsung pada seberapa besar aliran air ke bawahnya.

Itu pula yang menempatkan Jakarta tidak pernah bebas dari banjir sejak ribuan tahun lalu, jauh sebelum kota ini diberi nama Batavia dan dikuasai oleh penjajah Belanda.

Cerita dan fakta-fakta banjir Jakarta pada masa lalu terekam dalam Prasasti Tugu yang ditemukan di daerah Jakarta Utara pada tahun 1878. Dalam prasasti ini disebutkan Raja Purnawarman pernah menggali Kali Chandrabhaga di daerah Bekasi dan Kali Gomati di daerah Tangerang sepanjang sekitar 24 kilometer untuk mengatasi banjir di wilayah kerajaannya.

Beberapa referensi menyebutkan bahwa pada zaman kolonial Belanda upaya mengatasi banjir dilakukan melalui sistem penanganan banjir Jakarta. Namun, sistem ini belum bisa mencegah terjadinya banjir di Jakarta. Sistem pencegahan banjir Jakarta terdiri atas beberapa proyek, di antaranya adalah pembangunan Kanal Banjir Barat dan Kanal Banjir Timur.

Kanal Banjir Jakarta adalah kanal yang dibuat agar aliran Sungai Ciliwung melintas di luar Jakarta, tidak di tengah kota. Kanal banjir ini merupakan gagasan Prof. H. van Breen dari Burgelijke Openbare Werken atau disingkat BOW, cikal bakal Departemen Pekerjaan Umum, yang dirilis pada tahun 1920.

Studi ini dilakukan setelah banjir besar melanda Jakarta dua tahun sebelumnya. Inti konsep ini adalah pengendalian aliran air dari hulu sungai dan mengatur volume air yang masuk ke kota Jakarta, termasuk juga disarankan adalah penimbunan daerah-daerah rendah.

Pada tahun 1919 dan 1920, gagasan pembuatan kanal banjir dari Manggarai di kawasan selatan Batavia sampai ke Muara Angke di pantai utara dilaksanakan.

Sebagai pengatur aliran air, dibangun pula Pintu Air Manggarai dan Pintu Air Karet. Kemudian, dilanjutkan tahun 1922, dengan bagian hulu berawal dari daerah Manggarai ke arah barat melewati Pasar Rumput, Dukuh Atas, lalu membelok ke arah barat laut di daerah Karet Kubur. Selanjutnya, ke arah Tanah Abang, Tomang, Grogol, Pademangan, dan berakhir di Muara Angke.

Rencana induk

Upaya mengatasi banjir akibat hujan lokal dan aliran dari hulu di Jakarta bagian timur, dibangun Kanal Banjir Timur. Sama seperti Kanal Banjir Barat, KBT mengacu pada rencana induk yang kemudian dilengkapi "The Study on Urban Drainage and Wastewater Disposal Project in the City of Jakarta" tahun 1991 serta "The Study on Comprehensive River Water Management Plan in Jabotabek" pada bulan Maret 1997. Keduanya dibuat oleh Japan International Cooperation Agency (JICA).

Kanal Banjir Timur melintasi 13 kelurahan (2 kelurahan di Jakarta Utara dan 11 kelurahan di Jakarta Timur) dengan panjang 23,5 kilometer. Total biaya pembangunannya Rp 4,9 triliun, terdiri atas biaya pembebasan tanah Rp 2,4 triliun (diambil dari APBD DKI Jakarta) dan biaya konstruksi Rp 2,5 triliun dari dana APBN Departemen Pekerjaan Umum.

Kanal Banjir Timur diarahkan untuk mengatasi banjir di wilayah Timur Jakarta dengan cara menampung aliran Kali Ciliwung, Kali Cililitan, Kali Cipinang, Kali Sunter, Kali Buaran, Kali Jati Kramat dan Kali Cakung. Namun, pada kenyataannya banjir tetap terjadi dan fungsi BKT sebagai penampung aliran sungai dari sekitar tujuh sungai belum berfungsi secara optimal.

Banjir parah juga melanda Jakarta pada tahun 2013. Kenyataan terbaru saat itu adalah dua kanal banjir sudah beroperasi, tetapi banjir tetap belum beranjak dari Jakarta. Hanya saja hal baru yang kemudian disadari perlunya terobosan adalah pada saat puncak banjir, terjadi luapan di BKB, tetapi arus air di BKT kosong.

Itulah sebabnya Gubernur DKI Jakarta (waktu itu) Joko Widodo bersama Kementerian PU merencanakan dilakukan sodetan untuk mengurangi beban dan luapan air di KBB ke KBT saat terjadi puncak aliran dari Bendung Katulampa di Bogor. Entah sampai di mana realisasi rencana itu.

Siaga

Banjir sudah terjadi dan masih menghantui dalam beberapa bulan mendatang. Hal itu sesuai dengan prediksi Kepala Humas Badan Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho dalam peluncuran buku berjudul "Infografis Bencana dan Antisipasi Banjir Jakarta dan Daerah Lainnya" di Jakarta, Kamis (27/11/2014) bahwa banjir diperkirakan masih akan melanda Jakarta.

Berbagai cara yang dilakukan Pemprov DKI, seperti normalisasi dan pengerukan Sungai Ciliwung serta sosialisasi penanganan dengan cara lain, diyakini masih belum mampu mengentaskan persoalan banjir.

Penanganan banjir di Jakarta, kata dia, mesti dilakukan dengan skenario berskala besar dan untuk jangka panjang. Prediksi BNPB itu sesuai dengan fakta di lapangan. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah melakukan upaya pencegahan. Namun, sejumlah titik di Jakarta tetap tergenang air setiap kali hujan turun dan ada kiriman air dari Bogor-Depok melalui Sungai Ciliwung.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta Bambang Musyawardana mengimbau warga yang tinggal di wilayah rawan banjir selalu siaga akan datangnya bencana tersebut. Berdasarkan perkiraan Badan Meteorologi dan Geofisika, curah hujan tertinggi akan terjadi pada minggu ketiga Januari 2015 dan selesai pada pekan pertama Februari mendatang.

Selain itu, sejumlah wilayah yang diperkirakan akan terdampak banjir yang berada di sepanjang aliran Kali Ciliwung, Kali Krukut, Kali Angke dan Kali Sunter. "Tahun ini, daerah-daerah rawan banjir di Jakarta tercatat ada sebanyak 125 titik. Banjir paling parah diperkirakan akan melanda wilayah Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Jakarta Utara, dan Jakarta Barat," katanya.

Perhatian serius

Mengingat banjir telah menjadi bencana rutin di Jakarta, penanganan dan antisipasi harus dilakukan sejak dini dan melibatkan semua pihak. Pengendalian terhadap bencana banjir yang kerap melanda di berbagai titik di wilayah DKI Jakarta perlu perhatian dari semua pihak, terutama untuk menjaga kebersihan dan kelestarian kondisi lingkungan hidup di Ibu Kota.

"Sebagai contoh di sungai Ciliwung yang dahulu mempunyai lebar sekitar 16 meter namun saat ini menjadi 10-12 meter sehingga dibutuhkan perhatian semua pihak dalam menjaga dan melestarikan lingkungan agar ketika musim hujan datang dapat meminimalisasi kerugian akibat bencana banjir," kata Direktur Sungai dan Pantai Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Imam Santoso dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat (28/11/2014).

Saat ini masih terus ada berbagai isu dan permasalahan yang terkait dengan sumber daya air di Ibu Kota, antara lain seperti laju pertumbuhan urbanisasi terhadap perubahan tata guna lahan, hunian di bantaran sungai yang semakin banyak serta sampah pada drainase dan sungai.

Menurut Imam, Kemenpupera melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air melakukan berbagai upaya untuk menanggulangi banjir, terutama di Jakarta, seperti normalisasi di Sungai Ciliwung dimulai dari Ruas Pintu Air Manggarai-Jembatan Tol T.B. Simatupang.

Selain itu, ujar dia, manfaat dari program tersebut adalah meningkatkan kapasitas tampung alir dari 200 meter kubik per detik menjadi 570 meter kubik per detik dan penataan kawasan di sekitar Ciliwung.

Pemerintah juga bakal merevitalisasi situ-situ, seperti Situ Bojongsari yang berlokasi di Kelurahan Bojongsari, Sawangan, yang bermanfaat antara lain untuk konservasi, tampungan air, dan pengendali banjir.

"Adapula normalisasi Kali Pesanggrahan untuk mengurangi risiko terjadinya banjir dan penataan kawasan. Semua kegiatan tersebut dari segi teknis, siap dan sedang dilaksanakan. Namun, dari segi sosial, tetap saja membutuhkan dukungan dari pemerintah daerah terkait dan masyarakat. Kami akan terus berkoordinasi dengan pemerintah daerah Jakarta," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com