Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Uji Coba Pelarangan Sepeda Motor Belum Berpengaruh

Kompas.com - 18/12/2014, 17:40 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Hari pertama uji coba pelarangan sepeda motor di Jalan Medan Merdeka Barat dan Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Rabu (17/12/2014), berlangsung relatif normal. Para pengendara sepeda motor mematuhi aturan baru ini. Namun, belum tampak peningkatan jumlah sepeda motor yang parkir di gedung-gedung sekitar lokasi ini.

Koordinator Secure Parking Duta Merlin Triyanto mengatakan, tidak ada lonjakan jumlah sepeda motor yang diparkir di area Duta Merlin. ”Masih seperti biasa hari-hari kemarin. Lahan yang ada juga tidak penuh semuanya,” kata Triyanto.

Di Duta Merlin, area parkir bisa menampung 945 sepeda motor. Sepertiga masih kosong.

Kompleks Duta Merlin terletak di dekat jembatan penyeberangan menuju Halte Harmoni. Selain itu, di depan halte bus umum di depan Duta Merlin mulai disinggahi bus tingkat wisata.

Supervisor Parkir Wisma Mandiri Arif Hidayat mengatakan, penambahan parkir tidak terlalu signifikan. ”Kalaupun ada penambahan, kira-kira 20-30 sepeda motor tamu. Sebagian besar adalah kurir yang parkir sebentar saja. Jadi, tidak terlalu signifikan penambahan parkirnya,” katanya.

Pengiriman paket ke gedung ini, menurut Arif, juga tidak terpengaruh dengan pembatasan sepeda motor ini.

Supervisor Centre Park di Gedung Oil Centre Zulham mengatakan, rencana sebuah perusahaan jasa pengiriman untuk menaruh sepeda listrik di area parkir gedung ini juga belum terwujud.

”Rabu ini mereka belum jadi menaruh sepeda listrik. Tadinya, mereka berencana menaruh sepeda listrik untuk mengantarkan paket ke gedung-gedung yang berada di kawasan pelarangan sepeda motor,” ujarnya.

Tenant Relation Plaza Permata Triana mengatakan, peningkatan jumlah sepeda motor yang parkir di gedung ini juga belum terlihat. Plaza Permata berada di Jalan MH Thamrin.

Lokasi parkir sepeda motor di gedung ini bisa menampung sekitar 200 sepeda motor tamu. Tingkat keterisian rata-rata 70 persen.

”Pengiriman barang ke gedung ini juga masih normal. Tidak terasa pengaruh dari pelarangan sepeda motor,” kata Triana.

Di Bundaran Hotel Indonesia, para pengendara sepeda motor banyak yang bingung memilih jalan alternatif. Mereka berhenti dan bertanya kepada polisi lalu lintas yang bersiaga di lokasi.

Salah satunya adalah Paino (39). Pengirim dokumen ke gedung The Plaza Jalan MH Thamrin itu tidak tahu soal uji coba pelarangan sepeda motor melintas di jalan tersebut. Ia sempat berhenti di dekat Plaza Indonesia dan bertanya kepada petugas.

Sementara bus tingkat wisata yang disediakan Pemprov DKI Jakarta masih banyak dimanfaatkan oleh warga yang ingin berwisata keliling Jakarta. Hanya satu-dua pengendara sepeda motor yang memanfaatkan bus gratis ini untuk menggantikan perjalanan mereka.

Ayu (22), pemandu wisata bus tingkat, mengatakan, bus beroperasi sejak pukul 06.30. Setelah tiga kali putaran, tidak ada penambahan signifikan penumpang. Sebagian besar penumpang adalah anak-anak sekolah, wisatawan, dan warga. ”Masih sepi hari ini. Sejak pagi tidak ada lonjakan drastis,” kata Ayu.

Adapun bus transjakarta gratis yang disediakan Pemprov DKI masih terlihat sepi. Peminat bus tersebut masih minim meskipun pada bagian kaca depan terpampang tulisan besar bertuliskan gratis. Pengendara sepeda motor lebih memilih jalur alternatif di luar Jalan MH Thamrin-Medan Merdeka Barat. Pasalnya, jalur alternatif di sekitar jalan itu juga banyak tersedia.

Namun, hal ini sekaligus memicu kepadatan baru. Kepadatan di ruas Thamrin-Medan Merdeka Barat malah berpindah ke jalur-jalur alternatif, seperti di Jalan KH Mas Mansyur.

Sejumlah situs belanja daring optimistis kebijakan ini tak terlalu berdampak pada pengiriman paket ke perkantoran di kawasan itu. ”Biasanya kurir selalu punya cara untuk bisa tetap mengantarkan barang ke tujuan,” kata Tania Amalia, Public Relation Manager Lazada Indonesia.

Berpindah jalur

Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta M Akbar, di sela-sela pelantikan Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat, menyatakan, bus-bus gratis yang beroperasi di koridor itu memang tak padat penumpang.

”Tugas kami menyediakannya. Sementara ada lima bus tingkat dan 10 bus transjakarta. Adapun lima bus tingkat lain (bantuan Tahir Foundation) masih dalam proses pengujian di Kementerian Perhubungan,” ujarnya.

Kepala Bidang Manajemen Rekayasa Lalu Lintas Dinas Perhubungan DKI Jakarta Masdes Arofi menambahkan, ada kecenderungan peningkatan volume kendaraan di jalan-jalan alternatif sejak pembatasan dimulai pukul 06.00, antara lain di Jalan Mas Mansyur, Cideng, dan Abdul Muis di sisi barat koridor yang ditutup serta Jalan Moh Yamin, Agus Salim, dan Kebon Sirih di sisi timur.

Berdasarkan survei Dinas Perhubungan DKI Jakarta, jumlah sepeda motor yang melintas di Jalan MH Thamrin-Medan Merdeka Barat pada jam sibuk pagi, yakni pukul 06.30-08.30, mencapai 10.500 unit. Dari jumlah itu, hanya sekitar 20 persen yang singgah di kantor-kantor di ruas itu. Sisanya adalah pengendara yang sekadar melintas, baik dari maupun menuju Harmoni.

Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto mengatakan, uji coba hari pertama pelarangan sepeda motor melintas di Jalan Medan Merdeka berlangsung lancar.

Kepala Bagian Operasi Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Budiyanto mengatakan, pada jam sibuk sore hari memang terjadi peningkatan arus sepeda motor yang melewati jalur alternatif. Akibatnya, jalur tersebut menjadi lebih padat. ”Sepeda motor pindah ke jalur. Pada pagi hari, relatif lancar, tetapi sore hari cukup macet,” katanya.

Sementara itu, pengamat tata kota Yayat Supriyatna mengatakan, pembatasan sepeda motor tidak akan membuat warga beralih menggunakan transportasi publik. ”Selama layanan publik masih buruk, masyarakat akan tetap menggunakan kendaraan pribadi,” ujarnya di Jakarta.

Menurut Yayat, kebijakan terkait transportasi seharusnya dibuat dengan mempertimbangkan kebutuhan warga akan layanan transportasi cepat, murah, aman, nyaman, dan mudah diakses.

Dibandingkan dengan menggunakan angkutan umum yang menghabiskan biaya mahal, warga akhirnya lebih memilih naik kendaraan pribadi seperti sepeda motor. Hal itu memberi jaminan kepastian waktu tiba di tempat tujuan. (ART/DNA/RTS/MKN/DEA/RAY)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com