"Kenapa saya begitu marah karena dua tahun ini saya sangat jelas menjabarkan apa yang saya inginkan, sudah terlalu cerewet, mengulang-ngulang semua," kata pria yang akrab disapa Ahok ini di Balai Agung, Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (31/12/2014).
Ahok menganggap apa yang diinginkannya selama ini sudah cukup jelas. Kata dia, tidak perlu susah mencari, tinggal buka internet lalu menelusurinya di Google.
Bukan hanya itu, dalam memberikan perintah atau disposisi surat pun Ahok mengaku harus menulis panjang supaya orang yang menerimanya paham apa yang harus dikerjakan. Dia mengakui memang tulisan tangannya jelek, kemudian diperbaiki supaya bisa terbaca.
"Disposisi saya, kenapa begitu lama, sangat panjang disposisinya, sangat jelas. Saya menulis jelek sekali sampai istri saya suka ketawain saya karena enggak terbaca. Saya harus belajar menulis lebih bagus, sampai tanyain lagi ke istri saya bisa baca enggak tulisan saya," ucap Ahok.
Tidak hanya memperbaiki tulisan, ia juga perlu pelan-pelan dalam menulis disposisi agar bisa terbaca jelas. Tidah heran jika dia selalu membawa satu koper berkas setiap akhir pekan ke rumahnya untuk diselesaikan.
Ahok pun sering mengirim pesan BlackBerry Messenger kepada pejabatnya langsung terhadap disposisi yang ditulisnya agar bisa lebih jelas dipahami penerima disposisi. "Saya harus BBM juga langsung perintah, saya perintah apa, mau tengah malam mau pagi saya BBM," katanya.
Ahok mengaku muak dengan sikap sejumlah pejabat DKI. Pada 2012 silam dia memanggil seluruh kepala satuan kerja perangkat daerah (SKPD) dan menjelaskan mana-mana yang boleh dikerjakan dan tidak boleh.
Saat itu semua pejabat manggut-manggut tanda mengerti. Namun, kata dia, kenyataannya tidak dilaksanakan. Kemudian, pada 2013, meskipun sudah marah tetap perintah-perintahnya tidak pernah diindahkan.
"Begitu 2013 keluar APBD, jangan kan yang saya suruh coret, yang tidak saya suruh saja, tidak ada angka yang saya bahas tiba-tiba belakangan muncul. Lalu BPKP mendapatkan temuan, dari situ saya terapkan e-budgeting supaya enggak dibodohi. Ternyata 2014 enggak tahu harga satuan, jadi e-budgeting enggak jalan," ujarnya. (Adi Suhendi)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.