Teknologi gas helium digunakan untuk mendeteksi kebocoran yang tak kasat mata. Suez Environnement sendiri adalah perusahaan pengelola air dan limbah terbesar di dunia.
"Pemilihan gas helium sebagai alat deteksi kebocoran pada jaringan dikarenakan tidak membahayakan air yang didistribusikan kepada pelanggan," ujar Presiden Direktur Palyja Jacques Manem di Jakarta, Kamis (8/1/2015) lalu.
Saat ini, karut-marutnya instalasi infrastruktur bawah tanah di Jakarta membuat gas helium menjadi sangat penting. Gas helium dibutuhkan untuk mendeteksi jaringan pipa yang tak terlihat, terutama jika jaringan pipa tersebut terletak di bawah ruas jalan utama Jakarta.
"Waktu pengerjaannya menjadi lebih efektif dan efisien karena titik kebocoran dapat diketahui terlebih dahulu. Penggunaan gas helium juga sangat efektif untuk mendeteksi kebocoran karena pencurian atau sambungan ilegal," ujar Jacques.
Berdasarkan catatan Palyja, tahun lalu sebanyak 3,7 juta m3 air akibat kebocoran fisik dapat diselamatkan. Sementara itu, hampir 700 ribu m3 air karena pencurian dan sambungan ilegal juga dapat diatasi.
Tahun ini Palyja sendiri memasang target penyelamatan air akibat kebocoran fisik sebanyak 5 juta m3 dan 300 ribu m3 karena kebocoran komersial.