Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahok: Mercedes Benz Kena Angin Oleng, "Diketawain" Oranglah

Kompas.com - 02/02/2015, 09:49 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengaku terpaksa mengikuti aturan yang ditetapkan Kementerian Perhubungan, Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 55 Tahun 2012 tentang kendaraan, Bab II Pasal 5 tentang jenis dan fungsi kendaraan yang menyebutkan bahwa bus tingkat paling sedikit memiliki jumlah berat yang diperbolehkan (JBB) paling sedikit adalah 21.000 kilogram sampai 24.000 kilogram. Hal ini demi meloloskan lima unit bus tingkat sumbangan Tahir Foundation. Lima bus itu hanya memiliki berat 18.000 kilogram. 

"Jadi, terpaksa Mercedes Benz, kami suruh ubah, sesuai dengan (aturan) yang mereka (Kemenhub) mau, sasis (kerangka bawah) harus lebih berat. Terlambat lagi semua (pengadaan bus)," kata Basuki di Balai Kota, Senin (2/2/2015) pagi.

Menurut Basuki, aturan itu tak masuk akal. Sebab, di dalam aturan itu, juga diatur berat bus gandeng tidak boleh lebih dari 31 ton. Sementara itu, bus transjakarta gandeng yang beroperasional di Jakarta selama ini beratnya lebih dari 31 ton.

Basuki mengaku bingung kenapa bus transjakarta pabrikan Tiongkok bisa diloloskan Kemenhub. Sementara itu, giliran Pemprov DKI memiliki bus tingkat merek terkenal, Mercedes Benz, asal Jerman, justru Kemenhub tidak meloloskannya. 

"Alasannya tidak masuk (akal), itu yang saya bingung, kecuali kalau kamu bilang, busnya tidak seimbang dan bisa oleng kena angin. Kalau Mercedes Benz kena angin oleng dan kebawa angin, pasti Mercedes diketawain oranglah, itu saja yang saya protes," kata Basuki.

Mantan Bupati Belitung Timur itu mencurigai adanya permainan oknum atau mafia pejabat agar DKI membeli bus impor. Sementara itu, di sisi lain, ia mengaku telah dimarahi warga Jakarta akibat bus transjakarta maupun bus tingkat yang tidak kunjung bertambah jumlahnya dari tahun sebelumnya. Padahal, lanjut dia, penerimaan hibah bus selalu terhambat. 

Sebelumnya, hibah bus transjakarta dari Telkomsel, Roda Mas, dan Ti-Phone juga terhambat pengoperasiannya, dengan alasan pajak iklan dan bus yang bahan bakarnya bukan gas, melainkan solar.

"Sekarang bus tingkat dihambat begini lagi. Saya bukan suuzan (buruk sangka). Saya merasa heran, ada orang mau kasih barang, Mercedes Benz tidak terima. DKI tender busnya merek-merek yang orang-orang tidak tahu, kayak Weichai, diterima. Saya dicaci maki orang enggak bisa tambah bus, jadi ya sudahlah," kata Basuki pasrah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com