Lampion dan segala pernak-pernik Imlek yang didominasi warna merah dan kuning keemasan menghiasi sepanjang Jalan Cilame, Cirarab, dan Ki Samaun, sejak tiga pekan sebelum 19 Februari.
Ketika kaki melangkah masuk ke Jalan Ki Samaun, titik nol kilometer Kota Tangerang, Kamis (29/1) siang, suasana semarak itu langsung menyergap, termasuk gerobak pedagang kaki lima yang berjajar. Suasana sama juga dirasakan ketika memasuki Jalan Cilame dan Cirarab hingga Kelenteng Boen Tek Bio (dalam pasar). Toko yang setiap hari menjual aksesori warga Tionghoa itu juga menggelar dagangan pernak-pernik Imlek tersebut.
”Setiap kali menjelang Imlek, pasti pernak-pernik seperti ini akan laku keras. Permintaan sangat banyak, naik hingga 100 persen dari hari biasa,” kata Teddy (50), pemilik toko pernak-pernik Tionghoa ”Teddy” di Pasar Lama.
Toko pernak-pernik Hokian Jaya juga menggelar dagangan khusus Imlek dalam jumlah lebih banyak dari hari biasanya.
Kesibukan menyambut Imlek mulai berdenyut di pasar ini sejak tiga pekan sebelum perayaan tahun baru itu, yang jatuh pada 19 Februari. PKL musiman dan pedagang lama mengadu keberuntungan memasuki Tahun Kambing Kayu ini.
”Saya dan istri sebenarnya berdagang di Kampung Cina, Cibubur. Tetapi, sejak lima tahun terakhir, setiap menjelang Imlek kami sengaja datang berjualan untuk sementara waktu di Pasar Lama selama sebulan saja,” kata Jantje (49), yang ditemani sang istri, Lani (45).
Berbekal pengalaman tahun sebelumnya, para pedagang ini bisa mendapat keuntungan Rp 1 juta per hari, dua-tiga kali lipat dari hari-hari normal. Mereka menggelar dagangan pukul 08.00 hingga 16.00. Sepekan menjelang Imlek, lanjut Lani, biasanya pendapatan mereka terus meningkat hingga Rp 3 juta per hari.
”Semoga di tahun Kambing Kayu ini rezekinya lebih baik dari tahun sebelumnya,” harap Lani.
Penjual masih mematok harga lama untuk setiap produk dari pernak-pernik Imlek ini. Misalnya, harga lampion mulai dari Rp 75.000 sampai Rp 150.000 per buah. Harga lilin bervariasi sesuai ukuran, mulai dari Rp 15.000 hingga Rp 200.000 per batang, dan berbagai aneka gantungan, termasuk bergambar kambing kayu, Rp 5.000-Rp 50.000 per buah. Sementara harga cheng sam China (pakaian khas Imlek) bervariasi mulai dari Rp 75.000. Adapun angpao (amplop) berharga Rp 5.000 hingga Rp 25.000 per kemasan.
Pernak-pernik ini wajib dimiliki warga Tionghoa setiap kali menyambut Imlek.
”Kan, cuma setahun sekali merayakannya. Enggak apa-apa beli lagi tahun ini sebagai tanda sukacita datangnya tahun baru. Harapannya, rezeki berlimpah di tahun baru dan hari-hari berikutnya,” kata Valouis (40), wiraswasta asal Kebayoran Lama yang ditemui di Pasar Lama.
Valouis tidak hanya membeli lampion dan gantungan. Ia juga sengaja datang ke tempat itu juga untuk membeli angpao. Sebagian akan diletakkan di pohon rezeki, sebagian lagi dibagikan kepada sanak keluarga. ”Kalau baju, kue keranjang, dan dodol nanti kami beli seminggu sebelum Imlek,” kata Valouis.
Kue keranjang
Warga Tionghoa juga berdatangan ke pasar ini untuk membeli buah-buahan, kue keranjang, dan dodol untuk digunakan pada saat sembahyang.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.