Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahok: Tak Masalah Kemiskinan Bertambah, asal Program Berjalan

Kompas.com - 16/02/2015, 16:09 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengaku menerapkan kebijakan berbeda dalam melakukan survei kebutuhan hidup di ibu kota.

Menurut dia, survei kebutuhan hidup oleh Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta dilakukan dengan menggunakan standar kebutuhan hidup cukup (KHC) bukan dengan kebutuhan hidup layak (KHL).

Kebijakan itu diambil Basuki seusai rapat bersama Wakil Presiden Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) Jilid II, Boediono, di Yogyakarta, beberapa waktu lalu. 

"Pas rapat itu saya tahu, dulu penghitungan survei dengan menggunakan 2.500 kalori dan angka kemiskinan di Jakarta 4,7 persen. Jika dirupiahkan kebutuhan hidup layak (KHL) warga DKI hanya Rp 459. 000. Saya bilang ke Pak Wapres, kalau standar penghitungan itu salah. Pak Boediono kan orangnya sopan dan dia langsung jawab saya begini, 'habis bagaimana lagi Pak Ahok (Basuki), ini sudah perhitungan standar nasional'," kata Basuki, saat menyampaikan sambutannya di Gedung BKKBN, Jakarta Timur, Senin (16/2/2015). 

Sepulang Basuki dari Yogya, ia langsung memanggil BPS DKI. Ia meminta BPS membuat survei yang menggunakan KHC. Standar perhitungan ini untuk membedakan dengan standar perhitungan kebutuhan hidup yang dilakukan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi DKI.

Pada tahun 2014, BPS mengeluarkan survei dan diketahui KHL satu keluarga dua anak sebesar Rp 5-6 juta tiap bulannya. Dari survei itu, diketahui pula ada 17 persen warga yang berada di bawah standar kebutuhan hidup cukup.

"Memang secara politik, mereka (BPS) katakan 'nanti Bapak gagal (memimpin DKI), masak baru memimpin Jakarta dua tahun, kemiskinan bertambah. Saya bilang saja ke mereka, 'tidak apa-apa. Saya tidak terpilih lagi pun ikhlas, asal program pemerintah berjalan'," kata Basuki.

Ratusan pegawai Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan Keluarga Berencana (BPMPKB) DKI yang memadati auditorium gedung BKKBN langsung bertepuk tangan mendengar sambutan Basuki itu.

Saat ini, ia mengaku sudah memetakan RW mana saja yang sejahtera dan tidak. Menurut pria yang akrab disapa Ahok itu, hal tersebut penting untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk dan mendata tingkat kemiskinan di Ibu Kota. Hal-hal seperti itulah yang akan berpengaruh dan menjadi model bagi daerah lainnya.

Pemetaan RW itu akan lebih baik dijalankan dengan keberadaan tokoh masyarakat, pemimpin agama, guru-guru, dan ibu-ibu pengajian yang tergabung dalam PKK.

"Kami beri dana (BPS) untuk memetakan RW mana yang kurang aman sampai tidak aman, kurang sejahtera sampai sejahtera. Kemudian kami bikin dua garis, hasilnya akan menarik. Karena akan ada RW yang sejahtera tapi ternyata tidak aman dan RW yang aman tapi warganya tidak sejahtera, ini yang harus jadi perhatian," kata Basuki.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Diisukan Bakal Dipindah ke Nusakambangan, Pegi Perong Tiap Malam Menangis

Diisukan Bakal Dipindah ke Nusakambangan, Pegi Perong Tiap Malam Menangis

Megapolitan
Juru Parkir Liar di JIS Bikin Resah Masyarakat, Polisi Siap Menindak

Juru Parkir Liar di JIS Bikin Resah Masyarakat, Polisi Siap Menindak

Megapolitan
Pegi Perong Bakal Ajukan Praperadilan Atas Penetapannya sebagai Tersangka di Kasus Vina Cirebon

Pegi Perong Bakal Ajukan Praperadilan Atas Penetapannya sebagai Tersangka di Kasus Vina Cirebon

Megapolitan
Viral Tukang Ayam Goreng di Jakbar Diperas dengan Modus Tukar Uang Receh, Polisi Cek TKP

Viral Tukang Ayam Goreng di Jakbar Diperas dengan Modus Tukar Uang Receh, Polisi Cek TKP

Megapolitan
Peremajaan IPA Buaran Berlangsung, Pelanggan Diimbau Tampung Air untuk Antisipasi

Peremajaan IPA Buaran Berlangsung, Pelanggan Diimbau Tampung Air untuk Antisipasi

Megapolitan
Jaksel Peringkat Ke-2 Kota dengan SDM Paling Maju, Wali Kota: Ini Keberhasilan Warga

Jaksel Peringkat Ke-2 Kota dengan SDM Paling Maju, Wali Kota: Ini Keberhasilan Warga

Megapolitan
Gara-gara Mayat Dalam Toren, Sutrisno Tak Bisa Tidur 2 Hari dan Kini Mengungsi di Rumah Mertua

Gara-gara Mayat Dalam Toren, Sutrisno Tak Bisa Tidur 2 Hari dan Kini Mengungsi di Rumah Mertua

Megapolitan
Imbas Penemuan Mayat Dalam Toren, Keluarga Sutrisno Langsung Ganti Pipa dan Bak Mandi

Imbas Penemuan Mayat Dalam Toren, Keluarga Sutrisno Langsung Ganti Pipa dan Bak Mandi

Megapolitan
3 Pemuda di Jakut Curi Spion Mobil Fortuner dan Land Cruiser, Nekat Masuk Halaman Rumah Warga

3 Pemuda di Jakut Curi Spion Mobil Fortuner dan Land Cruiser, Nekat Masuk Halaman Rumah Warga

Megapolitan
Seorang Wanita Kecopetan di Bus Transjakarta Arah Palmerah, Ponsel Senilai Rp 19 Juta Raib

Seorang Wanita Kecopetan di Bus Transjakarta Arah Palmerah, Ponsel Senilai Rp 19 Juta Raib

Megapolitan
3 Pemuda Maling Spion Mobil di 9 Titik Jakut, Hasilnya untuk Kebutuhan Harian dan Narkoba

3 Pemuda Maling Spion Mobil di 9 Titik Jakut, Hasilnya untuk Kebutuhan Harian dan Narkoba

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Tiga Pencuri Spion Mobil di Jakarta Utara Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Tiga Pencuri Spion Mobil di Jakarta Utara Ditembak Polisi

Megapolitan
Terungkapnya Bisnis Video Porno Anak di Telegram: Pelaku Jual Ribuan Konten dan Untung Ratusan Juta Rupiah

Terungkapnya Bisnis Video Porno Anak di Telegram: Pelaku Jual Ribuan Konten dan Untung Ratusan Juta Rupiah

Megapolitan
Rugi Hampir Rp 3 Miliar karena Dugaan Penipuan, Pria di Jaktim Kehilangan Rumah dan Kendaraan

Rugi Hampir Rp 3 Miliar karena Dugaan Penipuan, Pria di Jaktim Kehilangan Rumah dan Kendaraan

Megapolitan
Geramnya Ketua RW di Cilincing, Usir Paksa 'Debt Collector' yang Berkali-kali 'Mangkal' di Wilayahnya

Geramnya Ketua RW di Cilincing, Usir Paksa "Debt Collector" yang Berkali-kali "Mangkal" di Wilayahnya

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com