Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yayasan Perlindungan Konsumen: BPOM Perlu Tutup Pabrik Kalbe

Kompas.com - 18/02/2015, 12:30 WIB
Unoviana Kartika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dinilai perlu menutup Pabrik PT Kalbe Farma, khususnya untuk pabrik yang memproduksi obat injeksi. Hal ini menyusul kasus meninggalnya dua pasien dari Rumah Sakit Siloam Karawaci, Tangerang, setelah disuntikkan obat anestesi Buvanest Spinal keluaran pabrik tersebut.

Ketua Yayasan Perlindungan Konsumen Kesehatan Indonesia (YPKKI) Marius Wijayarta mengatakan, PT Kalbe Farma sudah mengakui ada ketidaksesuaian label dengan obat. Sehingga, tidak menutup kemungkinan ada obat lain yang juga tertukar dan berakibat fatal jika digunakan. [Baca: Kalbe Klaim Sudah Produksi Obat Sesuai Prosedur]

“Maka sampai selesai dilakukan investigasi soal kesalahan produksi, BPOM harusnya menutup, menghentikan produksi, bahkan menyegel pabrik tersebut,” kata Marius saat dihubungi, Rabu (18/2/2015).

Menurut Marius, penutupan itu bertujuan untuk mencegah obat-obatan produksi yang salah ikut tersebar luas dan memakan korban selanjutnya. Penutupan juga dapat membuat proses investigasi berjalan dengan lebih baik.

Jika sampai menyebabkan kematian karena salah pelabelan, lanjut dia, kemungkinan PT Kalbe Farma melanggar cara produksi obat yang baik (CPOB). Karena itu, inspektorat dari BPOM perlu menelaah sejarah dari pembuatan obat tersebut.

“Bisa dilihat catatan-catatan produksi obat atau batch record-nya. Di situ nanti ketahuan kesalahannya di mana,” jelas Marius.

Ia menilai, penarikan obat dari predaran saja belum cukup. BPOM bersama Kementerian Kesehatan juga perlu membeberkan kepada masyarakat batch record dari obat tersebut, supaya tidak ada lagi korban.

Nantinya, sebut Marius, setelah investigasi selesai, barulah pabrik dapat melakukan produksi lagi. “Memang batch record itu rahasia, tetapi kalau ada kejadian luar biasa seperti ini karena ada korban meninggal dunia, maka harus diungkap batch record itu,” kata dia.

Marius menceritakan, pada 2006 lalu juga ada kejadian serupa yang terjadi untuk cairan infus. Setelah diselidiki, ternyata ada kesalahan sterilisasi dari cairan infus. Kemudian, jika ingin melanjutkan produksi, maka produsen diminta untuk memperbaiki sistem stelirisasi dari cairan infus tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pria yang Dikeroyok karena Dituduh Maling Motor di Grogol Alami Luka Lebam di Wajah

Pria yang Dikeroyok karena Dituduh Maling Motor di Grogol Alami Luka Lebam di Wajah

Megapolitan
PKS Dinilai Sulit 'Move On' dari Anies Baswedan

PKS Dinilai Sulit "Move On" dari Anies Baswedan

Megapolitan
4 Pelaku Penjarahan Konser Lentera Festival Kembalikan Pagar Barikade ke Vendor

4 Pelaku Penjarahan Konser Lentera Festival Kembalikan Pagar Barikade ke Vendor

Megapolitan
Aksi WNI di Kamboja Kendalikan Penipuan Modus 'Like-Subscribe' Youtube, Korban Rugi Rp 806 Juta

Aksi WNI di Kamboja Kendalikan Penipuan Modus "Like-Subscribe" Youtube, Korban Rugi Rp 806 Juta

Megapolitan
Data Inafis Diduga Diperjualbelikan di 'Dark Web', Kompolnas Minta Polri Proteksi Data Lebih Ketat

Data Inafis Diduga Diperjualbelikan di "Dark Web", Kompolnas Minta Polri Proteksi Data Lebih Ketat

Megapolitan
Usung Marshel Widianto pada Pilkada Tangsel 2024, Gerindra Bakal Beri Pembekalan

Usung Marshel Widianto pada Pilkada Tangsel 2024, Gerindra Bakal Beri Pembekalan

Megapolitan
Potret Kondisi Tugu Selamat Datang  Depok Senilai Rp 1,7 Miliar Kini, Dicoret-coret dan Panel Lampunya Dicuri

Potret Kondisi Tugu Selamat Datang Depok Senilai Rp 1,7 Miliar Kini, Dicoret-coret dan Panel Lampunya Dicuri

Megapolitan
Saat Staf Hasto Kristiyanto Minta Perlundungan LPSK, Merasa Terancam Usai Digeledah KPK

Saat Staf Hasto Kristiyanto Minta Perlundungan LPSK, Merasa Terancam Usai Digeledah KPK

Megapolitan
Akrabnya Gibran dan Heru Budi, Blusukan Bareng di Jakbar-Jakut hingga Bagi-bagi Susu ke Warga

Akrabnya Gibran dan Heru Budi, Blusukan Bareng di Jakbar-Jakut hingga Bagi-bagi Susu ke Warga

Megapolitan
Dua Saksi Tambahan Kasus “Vina Cirebon” Ajukan Permohonan Perlindungan ke LPSK

Dua Saksi Tambahan Kasus “Vina Cirebon” Ajukan Permohonan Perlindungan ke LPSK

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 29 Juni 2024, dan Besok : Siang Ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 29 Juni 2024, dan Besok : Siang Ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Alasan Rombongan Tiga Mobil Tak Bayar Makan di Resto Depok | Korban Penipuan 'Like' dan 'Subscribe' Youtube Rugi Rp 800 Juta

[POPULER JABODETABEK] Alasan Rombongan Tiga Mobil Tak Bayar Makan di Resto Depok | Korban Penipuan "Like" dan "Subscribe" Youtube Rugi Rp 800 Juta

Megapolitan
Cara ke Taman Kencana Bogor dari Stasiun Bogor

Cara ke Taman Kencana Bogor dari Stasiun Bogor

Megapolitan
Rombongan Tiga Mobil yang Sempat Tak Bayar Makan di Resto Depok Menolak Buat Video Klarifikasi

Rombongan Tiga Mobil yang Sempat Tak Bayar Makan di Resto Depok Menolak Buat Video Klarifikasi

Megapolitan
Warga Tegal Alur Mengeluhkan Minimnya Lampu Penerangan

Warga Tegal Alur Mengeluhkan Minimnya Lampu Penerangan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com