KOMPAS.com - Kepulauan Seribu dan pariwisata. Dua kata ini sekarang cukup melekat bagi warga Jakarta. Namun, tak banyak warga yang pernah mengunjungi deretan pulau-pulau di bibir Jakarta ini.
Pada masa kepemimpinan Gubernur Ali Sadikin, Kepulauan Seribu telah ditetapkan sebagai kawasan wisata bahari. Kepulauan Seribu dalam RTRW 2010 yang diterbitkan tahun 1999 ditetapkan sebagai wilayah pengembangan pariwisata. Selain itu, juga diarahkan untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat nelayan melalui peningkatan budi daya laut dan pemanfaatan sumber daya perikanan, serta konservasi terumbu karang dan hutan bakau.
Sampai saat ini, wilayah Kepulauan Seribu telah menjadi salah satu daerah tujuan wisata DKI Jakarta. Hasil survei jajak pendapat Litbang Kompas menunjukkan, enam dari sepuluh responden mengenal kepulauan yang pada zaman Belanda pernah berfungsi sebagai benteng dan pelabuhan VOC itu sebagai tempat berlibur atau berwisata.
Pariwisata di Kepulauan Seribu berkembang pesat beberapa tahun terakhir ini. Catatan Dinas Pariwisata Kepulauan Seribu menunjukkan, selama 2010-2013 jumlah wisatawan meningkat enam kali lipat. Tahun 2013, sempat hampir mencapai 1,5 juta pengunjung. Secara khusus, wisatawan asing bertambah dari 8.422 orang pada tahun 2012 menjadi 15.521 orang tahun 2013.
Seiring dengan peningkatan wisatawan, fasilitas pariwisata juga ikut berbenah. Tahun 2009 hanya ada 66 penginapan. Empat tahun kemudian menjadi 286 penginapan. Restoran juga bertambah, dari 35 unit pada 2009 berubah menjadi 56 restoran pada 2013.
Pandangan lainnya, 22,5 persen responden, menggambarkan Kepulauan Seribu sebagai wilayah banyak pulau. Dari laman www.jakarta.go.id disebutkan, jumlah pulau di wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu mencapai 110 buah. Beberapa pulau antara lain Pulau Untung Jawa, Pari, Harapan, Bidadari, Pramuka, Panggang, Onrust, Putri, Tidung, serta Sepa.
Di Kepulauan Seribu juga ada kawasan taman nasional seluas 107.489 hektar. Taman Nasional tersebut menjadi habitat 24 famili flora, 169 jenis ikan, reptil yang meliputi penyu, ular sanca, dan biawak, serta 24 jenis burung. Sayangnya, tidak banyak masyarakat yang tahu ”status” lain kepulauan ini. Hanya segelintir responden Kompas yang tahu peran Kepulauan Seribu sebagai tempat penangkaran penyu dan konservasi mangrove.
Belum pernah berkunjung
Meski sudah dikenal sebagai tempat berlibur, 56,4 persen responden mengatakan belum pernah berkunjung ke gugusan pulau karang tersebut.
Bisa jadi mereka belum pernah berkunjung karena menganggap akses transportasi ke wilayah ini dianggap sulit. Padahal, jika tidak terkendala cuaca buruk, akses penyeberangannya cukup mudah. Akses menuju ke sana bisa menggunakan kapal dari Muara Angke dan Pantai Marina, Ancol. Waktu yang ditempuh jika menggunakan kapal ojek dari Muara Angke lebih lama, yakni 2-3 jam, dibandingkan kapal cepat dari Ancol yang hanya memakan waktu 1 jam. Biaya penyeberangan menggunakan kapal ojek Rp 40.000-Rp 50.000 per penumpang, sedangkan kapal cepat Rp 100.000-Rp 300.000 per orang.
Alasan lain yang bisa menekan minat warga adalah kesan buruk wilayah ini. Misalnya, soal pengelolaan sampah yang belum sepenuhnya terkoordinasi. Warga pulau membuang limbah rumah tangga ke laut. Akibatnya, sampah mengusik keindahan dan menimbulkan bau.
Simak saja pengalaman Andrian (35) yang pernah mengunjungi Kepulauan Seribu tahun 1996. ”Dulu pantainya bersih dan airnya jernih, saya bisa snorkeling dan berenang,” kenang responden yang tinggal Jakarta Timur ini.
Namun, beberapa bulan lalu dia kembali berlibur ke sana dan kecewa mendapati kondisi yang jauh berubah. ”Airnya kotor dan sampah menumpuk di sana-sini,” ucap Andrian kesal.
Juga pengalaman Caesar Agni (32), warga Cempaka Putih, Jakarta Pusat, yang mengaku tidak suka berlibur ke Kepulauan Seribu. ”Pantainya kotor dan airnya butek. Kepulauan Seribu hanya cocok untuk kalangan atas saja karena di sana banyak resor pribadi,” ungkap Caesar.
Jika transportasi menuju Kepulauan Seribu bisa lebih mudah dan anggapan negatif bisa dihapus, bukan tak mungkin pariwisata di daerah ini bisa berkembang lebih cepat. Tiga dari empat responden mengungkapkan ingin sesekali ke Kepulauan Seribu jika ada kesempatan untuk berlibur. Mereka akan berwisata di gugusan ini karena tertarik berbagai potensinya, antara lain ”iming-iming” keindahan alam bawah laut dan cerita sejarahnya. (Umi Kulsum/Litbang Kompas)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.