Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dipecat, Abu Tega Jadi Begal dan Bunuh Dua Orang

Kompas.com - 27/02/2015, 16:52 WIB
Unoviana Kartika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Pemuda asal Way Kanan, Lampung Utara, Serbo alias Abu (25), sebelumnya memiliki hidup normal dengan satu istri dan bekerja sebagai pegawai pabrik di Bogor. Namun, setelah dipecat dari pekerjaannya, hidupnya berubah 180 derajat.

Seakan tak menghiraukan hati nuraninya, Abu masuk ke dalam komplotan begal. Bahkan, ia tega membunuh dua korbannya.

"Sejak 2013 saya dipecat, saya menganggur. Terus ada temannya teman yang menawarkan saya kerja begini (menjadi begal)," kata Abu saat ditemui di Mapolda Metro Jaya, Jumat (27/2/2015).

Dengan tangan diborgol, pemuda kurus ini pun mengaku telah menjadi begal selama dua bulan. Selama itu, ia sudah 15 merampas sepeda motor, dan 3 kali merampas mobil.

Dari rangkaian aksinya itu, ia juga melakukan pembunuhan terhadap dua orang yang merupakan korbannya. Satu korban adalah pengendara sepeda motor, sementara satu lagi adalah sopir dari mobil yang dirampas oleh komplotannya.

Mulanya, Abu yang sedang tidak punya pekerjaan ditawari oleh komplotan begal yang sedang kekurangan orang. Karena tuntutan ekonomi, ia pun setuju untuk berpartisipasi.

Ia kemudian dilatih menjadi begal di kawasan Depok. Ia menjadi penumpang dari sepeda motor yang digunakan untuk memepet korbannya. Adapun pemimpin komplotan yang bernama Tohir berperan mematikan mesin motor korban dengan cara mencabut kunci.

Saat mesin motor mati, mereka mendatangi korbannya dengan mengaku sebagai debt collector atau penagih utang. Bila korbannya melawan, komplotan yang terdiri dari tujuh orang ini pun tak segan-segan melukainya.

Berkali-kali melakukan pembegalan, Abu pun menjadi semakin terampil. Terakhir, ia mengaku merampas mobil dengan modus menyewa jasa rental. Komplotan Tohir menyewa mobil dari kawasan Gambir menuju Tangerang.

Sesampainya di Kilometer 12 Tol Jakarta-Merak, mereka meminta sopir meminggirkan kendaraan dengan alasan ingin buang air kecil. Namun, mereka malah menodong sopir mobil sewaan itu. Karena sopir melawan, komplotan itu menghabisi nyawa sang sopir.

Aksi tersebut dilakukan pada 10 Januari 2015 lalu. Setelah melakukan perampasan mobil di Tangerang itu, aksi mereka mulai terendus polisi.

Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Kota Tangerang Ajun Komisaris Sutarmo mengatakan, komplotan begal tersebut sadar sedang dikejar. Oleh karena itu, mereka melarikan diri ke kampung halamannya.

"Polisi pun melakukan pengejaran sampai ke Lampung," kata dia. Personel polisi gabungan dari Polda Metro Jaya, Polres Kota Tangerang, dan Polda Lampung pun berhasil menaklukkan mereka.

Bahkan, polisi sempat melepaskan peluru dan menewaskan rekan Abu. Namun, Sutarmo mengatakan, lima orang lainnya kabur ke hutan dan masih masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) polisi.

"Kami sudah dapat identitasnya dan masih melakukan pengejaran," kata dia. Abu pun ditangkap pada 3 Februari lalu. Saat ini, ia harus mendekam dalam tahanan, meninggalkan seorang istri yang tengah hamil lima bulan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Istri Oknum Pejabat Kemenhub Akui Suaminya Ucap Sumpah Sambil Injak Kitab Suci

Istri Oknum Pejabat Kemenhub Akui Suaminya Ucap Sumpah Sambil Injak Kitab Suci

Megapolitan
Polisi Tangkap Pelaku Tabrak Lari di Gambir yang Sebabkan Ibu Hamil Keguguran

Polisi Tangkap Pelaku Tabrak Lari di Gambir yang Sebabkan Ibu Hamil Keguguran

Megapolitan
Polisi Akan Datangi Rumah Pemilik Fortuner yang Halangi Perjalanan Ambulans di Depok

Polisi Akan Datangi Rumah Pemilik Fortuner yang Halangi Perjalanan Ambulans di Depok

Megapolitan
Polisi Selidiki Kasus Penistaan Agama yang Diduga Dilakukan Oknum Pejabat Kemenhub

Polisi Selidiki Kasus Penistaan Agama yang Diduga Dilakukan Oknum Pejabat Kemenhub

Megapolitan
Viral Video Perundungan Pelajar di Citayam, Korban Telepon Orangtua Minta Dijemput

Viral Video Perundungan Pelajar di Citayam, Korban Telepon Orangtua Minta Dijemput

Megapolitan
Curhat Warga Rawajati: Kalau Ada Air Kiriman dari Bogor, Banjirnya kayak Lautan

Curhat Warga Rawajati: Kalau Ada Air Kiriman dari Bogor, Banjirnya kayak Lautan

Megapolitan
Heru Budi Bakal Lanjutkan Pelebaran Sungai Ciliwung, Warga Terdampak Akan Didata

Heru Budi Bakal Lanjutkan Pelebaran Sungai Ciliwung, Warga Terdampak Akan Didata

Megapolitan
Ibu Hamil Jadi Korban Tabrak Lari di Gambir, Kandungannya Keguguran

Ibu Hamil Jadi Korban Tabrak Lari di Gambir, Kandungannya Keguguran

Megapolitan
Jawab Kritikan Ahok Soal Penonaktifan NIK KTP, Heru Budi: Pemprov DKI Hanya Menegakkan Aturan

Jawab Kritikan Ahok Soal Penonaktifan NIK KTP, Heru Budi: Pemprov DKI Hanya Menegakkan Aturan

Megapolitan
Paus Fransiskus ke Indonesia September 2024, KWI: Bawa Pesan Persaudaraan Umat Manusia

Paus Fransiskus ke Indonesia September 2024, KWI: Bawa Pesan Persaudaraan Umat Manusia

Megapolitan
Diterima Jadi Polisi, Casis Bintara Korban Begal: Awalnya Berpikir Saya Gagal

Diterima Jadi Polisi, Casis Bintara Korban Begal: Awalnya Berpikir Saya Gagal

Megapolitan
Polisi Kantongi Identitas Pengemudi Fortuner yang Halangi Laju Ambulans di Depok

Polisi Kantongi Identitas Pengemudi Fortuner yang Halangi Laju Ambulans di Depok

Megapolitan
Dapat Ganti Untung Normalisasi Ciliwung, Warga Rawajati Langsung Beli Rumah Baru

Dapat Ganti Untung Normalisasi Ciliwung, Warga Rawajati Langsung Beli Rumah Baru

Megapolitan
Tak Gentarnya Jukir Liar di Minimarket, Masih Nekat Beroperasi meski Baru Ditertibkan

Tak Gentarnya Jukir Liar di Minimarket, Masih Nekat Beroperasi meski Baru Ditertibkan

Megapolitan
Kilas Balik Kasus Pembunuhan Vina Cirebon, Kronologi hingga Rekayasa Kematian

Kilas Balik Kasus Pembunuhan Vina Cirebon, Kronologi hingga Rekayasa Kematian

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com