Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Harapan Luar Biasa dari Bekasi

Kompas.com - 10/03/2015, 19:48 WIB

KOMPAS - Sampai kini, setiap mendengar kata ”Bekasi”, sebagian orang masih suka cengengesan, teringat ”badai” meme bertema perundungan terhadap Bekasi, tahun lalu. Bahkan, salah satu perusahaan telekomunikasi seluler pun ikut-ikut ”kejeblos” membuat iklan dari popularitas perundungan massal tersebut, sehingga memicu reaksi dari warga Bekasi.

Hari ini, tepat 18 tahun sejak Kota Bekasi memisahkan dari daerah induknya, Kabupaten Bekasi. Selama rentang waktu itu, kota tersebut hampir selalu diidentikkan dengan tumpukan persoalan, mulai dari kemacetan, banjir, sampah, sampai kriminalitas. Masalah-masalah yang seolah tak kunjung terselesaikan itulah yang kemudian memicu kreativitas meme-meme nan menyentil.

Namun, yang belum banyak diketahui orang adalah fakta bahwa di tengah semua citra negatif itu, penduduk Kota Bekasi terus bertambah dari tahun ke tahun. Harga tanah dan properti bukannya terpuruk, tetapi terus naik. Investasi bukannya merosot, tetapi pengembang-pengembang properti besar bagaikan berbondong-bondong menanamkan modal di kota ini.

Apa sebenarnya yang terjadi di Kota Bekasi? Hari Kamis (5/3) malam, Kompas menerima kunjungan Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi. Dengan penampilan santai (bercelana jins, berkaus tanpa kerah, dan berjaket kulit warna gelap), Rahmat menjawab berbagai pertanyaan Kompas.
Berikut ini petikannya:

Bicara Bekasi tak bisa lepas dari bully yang dilakukan tahun lalu. Sebenarnya, adakah perubahan di Bekasi selama beberapa tahun terakhir di bawah kepemimpinan Anda?

Kalau kita lihat Bekasi, perkembangan beberapa tahun terakhir sangat luar biasa. Mulai dari 2011-2012-lah. Bahkan, sekarang kalau kita lihat animo investasi di twin block apartment sudah ada 23 pengembang yang menanamkan investasi. Contoh, Summarecon, yang lahannya seluas 170 hektar, sekarang mengembangkan hunian vertikal. Artinya, Kota Bekasi jadi primadona orang untuk tinggal. Sudah 2,5 juta orang sekarang (penduduknya). Kalau kita lihat luasnya hanya 21.000 hektar dengan penduduk 2,5 juta jiwa. Sudah kota metropolitan-lah. Kalau dibilang macet, ya, tidak seperti di Jakarta.

Menurut Anda, apa yang membuat warga Bekasi masih bangga dengan kotanya?

Saya melihat kebanggaan warga Bekasi terhadap Kota Bekasi terutama pembangunan fisik yang begitu cepat. Artinya, ada nilai kepercayaan yang luar biasa terkait investasi. Kedua, Bekasi punya harapan yang luar biasa. Meskipun dianggap macet, penduduknya terus bertambah. Kalau saya di televisi, rata-rata orang yang tinggal di Bekasi enggak suka. Tetapi biasalah kalau sudah diberi intrik politik, ya, seperti itu. Yang bully-bully itu banyaklah. Pada saat bully awal, kami pikir investasi akan lari, tetapi salah, makanya saya hadapin terus.

Investasi semakin besar, pertumbuhan juga semakin besar. Membawa tantangan seperti apa?

Dulu, orang bilang ruang terbuka hijau (RTH) jadi ruang bisnis. Sebenarnya tidak serta- merta menjadi ruang bisnis. Kan, ada rencana tata ruang wilayah (RTRW). Ada zona-zona bisnis. Kalau dia (investor) minta tetapi lahannya RTH, tidak mungkin kami ubah itu. Sudah terplot.

Buat saya hanya ada perlindungan hukum, kepastian hukum, dan penegakan hukum. Orang mau investasi di Bekasi harus betul-betul dijamin. Dilindungi betul. Karena ini, kan, trust, kepercayaan. Kota Bekasi tidak seperti Kabupaten Bekasi yang memiliki sumber daya alam. Ada gas dan minyak. Kami enggak, yang kami jual itu jasa dan perdagangan. Makanya, harus disiapkan infrastrukturnya.

Berdampak juga masalah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan DPRD-nya, karena kami telah merintis kemitraan (dengan DKI). Sebenarnya bantuan hibah untuk Bekasi (dari Pemprov DKI) sudah diplot Rp 412 miliar, tetapi dengan posisi (masalah) seperti ini tinggal tersisa Rp 98 miliar. Tetapi, itu sudah anugerah buat kami karena dari dulu paling tinggi Rp 5 miliar.

Apa sebenarnya tantangan terberat yang dihadapi dalam membangun Bekasi?

Pertama itu banjir. Yang paling berat memang persoalan banjir, karena bentuk topografi Bekasi itu (aslinya) sawah dan rawa. Ada 46 titik rawan banjir yang dibagi dua. Satu, karena daerah aliran sungai. Kedua, karena topografi atau elevasi.

Yang topografi itu dari Jatisampurna dan Cibubur. Masuk ke Pondok Melati, Pondok Gede, Bekasi Barat, Medan Satria. Masalahnya selesai kalau kami membuat sodetan langsung ke Kanal Banjir Timur (di Jakarta). Gubernur DKI Jakarta mempersilakan untuk menyelesaikan hal itu.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penolakan Revisi UU Penyiaran Menguat, Kebebasan Pers Terancam dan Demokrasi Dikhawatirkan Melemah

Penolakan Revisi UU Penyiaran Menguat, Kebebasan Pers Terancam dan Demokrasi Dikhawatirkan Melemah

Megapolitan
Jadwal dan Lokasi Samsat Keliling di Jakarta 28 Mei 2024

Jadwal dan Lokasi Samsat Keliling di Jakarta 28 Mei 2024

Megapolitan
Daftar Lokasi SIM Keliling di Jakarta 28 Mei 2024

Daftar Lokasi SIM Keliling di Jakarta 28 Mei 2024

Megapolitan
Kala Komnas HAM Turun Tangan di Kasus 'Vina Cirebon', Janji Dampingi Keluarga Korban

Kala Komnas HAM Turun Tangan di Kasus "Vina Cirebon", Janji Dampingi Keluarga Korban

Megapolitan
SIM C1 Resmi Diterbitkan, Digadang-gadang Mampu Tekan Angka Kecelakaan

SIM C1 Resmi Diterbitkan, Digadang-gadang Mampu Tekan Angka Kecelakaan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Keluarga Vina Yakni Pegi Tersangka Utama Pembunuhan | Ahok Ditawari PDIP Maju Pilkada Sumut

[POPULER JABODETABEK] Keluarga Vina Yakni Pegi Tersangka Utama Pembunuhan | Ahok Ditawari PDIP Maju Pilkada Sumut

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Selasa 28 Mei 2024, dan Besok: Tengah Malam Ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Selasa 28 Mei 2024, dan Besok: Tengah Malam Ini Cerah Berawan

Megapolitan
NIK KTP Bakal Dijadikan Nomor SIM Mulai 2025, Korlantas Polri: Agar Jadi Satu Data dan Memudahkan

NIK KTP Bakal Dijadikan Nomor SIM Mulai 2025, Korlantas Polri: Agar Jadi Satu Data dan Memudahkan

Megapolitan
8 Tempat Makan dengan Playground di Jakarta

8 Tempat Makan dengan Playground di Jakarta

Megapolitan
Pegi Bantah Jadi Otak Pembunuhan, Kuasa Hukum Keluarga Vina: Itu Hak Dia untuk Berbicara

Pegi Bantah Jadi Otak Pembunuhan, Kuasa Hukum Keluarga Vina: Itu Hak Dia untuk Berbicara

Megapolitan
Polisi Tangkap Pria Paruh Baya Pemerkosa Anak Disabilitas di Kemayoran

Polisi Tangkap Pria Paruh Baya Pemerkosa Anak Disabilitas di Kemayoran

Megapolitan
Pengamat: Jika Ahok Diperintahkan PDI-P Maju Pilkada Sumut, Suka Tak Suka Harus Nurut

Pengamat: Jika Ahok Diperintahkan PDI-P Maju Pilkada Sumut, Suka Tak Suka Harus Nurut

Megapolitan
Pria Tanpa Identitas Ditemukan Tewas Dalam Toren Air di Pondok Aren

Pria Tanpa Identitas Ditemukan Tewas Dalam Toren Air di Pondok Aren

Megapolitan
Polisi Dalami Keterlibatan Caleg PKS yang Bisnis Sabu di Aceh dengan Fredy Pratama

Polisi Dalami Keterlibatan Caleg PKS yang Bisnis Sabu di Aceh dengan Fredy Pratama

Megapolitan
Temui Komnas HAM, Kuasa Hukum Sebut Keluarga Vina Trauma Berat

Temui Komnas HAM, Kuasa Hukum Sebut Keluarga Vina Trauma Berat

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com