Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kondektur Itu Kehilangan Nyawa gara-gara Uang Rp 5.000

Kompas.com - 20/03/2015, 12:55 WIB
Unoviana Kartika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Hanya gara-gara uang Rp 5.000, Angger Budi Santoso (35) kehilangan nyawa, Kamis (19/3/2015). Kondektur kopaja itu dibunuh kondektur kopaja lainnya yang mengajak beberapa orang lain.

Kepala Unit Reserse Kriminal Kepolisian Sektor Metro Kebayoran Baru Komisaris Agus Widartono menuturkan, pelaku diduga berinisial SR. Ia adalah rekan Angger yang berganti shift untuk bertugas di bus kopaja tersebut.

"Saat itu korban sedang bekerja, kemudian pelaku meminta ganti shift. Kemudian korban meminta uang Rp 5.000 kepada pelaku. Biasa kenek saling memalak ketika ganti shift," ujar Agus saat dihubungi, Jumat (20/3/2015).

Namun, lanjut dia, Angger hanya diberi uang Rp 3.000. Karenanya, ia tidak mau bertukar shift dan tetap bekerja di bus tersebut. Diduga, hal itulah yang memicu amarah SR sehingga mengajak lima orang lainnya untuk membunuh Angger.

Tepat saat bus mengetem di Jalan Patimura atau dekat Taman Mataram, SR dengan lima orang lainnya masuk ke dalam bus untuk menemui Angger. Mereka sempat cekcok dan berlanjut perkelahian.

Selanjutnya, Angger ditusuk dengan sebilah pisau dan dibiarkan tersungkur berlumuran darah di TKP. Angger sempat meminta pertolongan dan dibawa oleh seorang temannya ke pos polisi di Bundaran Senayan.

Namun, karena kondisinya parah, ia dibawa polisi ke Rumah Sakit Pertamina Pusat (RSPP). Namun, Angger meninggal dunia akibat kehabisan darah. Jenazahnya kemudian dipindahkan ke Rumah Sakit Fatmawati untuk diotopsi.

Kriminolog Achmad Hisyam menilai, kejadian ini adalah bentuk penindakan terhadap seseorang yang tidak mematuhi aturan di kelompoknya. Angger dalam hal ini tidak mau digantikan oleh SR yang seharusnya sudah saatnya bertukar shift.

"Jadi mungkin korban memicu kemarahan pelaku karena tidak mengikuti semacam aturan tidak tertulis yang sudah berkembang di antara mereka," ujar dia.

Kemarahan itu lantas membuat SR diduga bertindak secara spontan. Ketika saat itu ia membawa pisau, maka ia pun menusuk Angger. Achmad mengatakan, setiap orang yang tidak mengikuti aturan yang ada di lingkungannya memicu teguran.

Namun, bentuk teguran berbeda dalam setiap lingkungan. "Lingkungan sopir dan kondektur adalah lingkungan yang keras, maka gesekan-gesekan seperti itu sangat rentan menimbulkan perkelahian," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sesuai Namanya sebagai Seni Jalanan, Grafiti Selalu Ada di Tembok Publik

Sesuai Namanya sebagai Seni Jalanan, Grafiti Selalu Ada di Tembok Publik

Megapolitan
Panik Saat Kebakaran di Revo Town Bekasi, Satu Orang Lompat dari Lantai Dua

Panik Saat Kebakaran di Revo Town Bekasi, Satu Orang Lompat dari Lantai Dua

Megapolitan
4 Lantai Revo Town Bekasi Hangus Terbakar

4 Lantai Revo Town Bekasi Hangus Terbakar

Megapolitan
Revo Town Bekasi Kebakaran, Api Berasal dari Kompor Portabel Rumah Makan

Revo Town Bekasi Kebakaran, Api Berasal dari Kompor Portabel Rumah Makan

Megapolitan
Jalan Jenderal Sudirman Depan GBK Steril Jelang Jakarta Marathon

Jalan Jenderal Sudirman Depan GBK Steril Jelang Jakarta Marathon

Megapolitan
Rusunawa Marunda Dijarah, Ahok: Ini Mengulangi Kejadian Dulu

Rusunawa Marunda Dijarah, Ahok: Ini Mengulangi Kejadian Dulu

Megapolitan
Ahok Sudah Berubah, Masih Membara, tapi Sulit Maju di Pilkada Jakarta

Ahok Sudah Berubah, Masih Membara, tapi Sulit Maju di Pilkada Jakarta

Megapolitan
Ditanya Soal Kaesang Bakal Maju Pilkada Jakarta, Ahok: Enggak Ada Etika Saya Nilai Seseorang

Ditanya Soal Kaesang Bakal Maju Pilkada Jakarta, Ahok: Enggak Ada Etika Saya Nilai Seseorang

Megapolitan
Bukan Lagi Ibu Kota, Jakarta Diharapkan Bisa Terus Lestarikan Destinasi Pariwisata

Bukan Lagi Ibu Kota, Jakarta Diharapkan Bisa Terus Lestarikan Destinasi Pariwisata

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 23 Juni 2024 dan Besok: Tengah Malam Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 23 Juni 2024 dan Besok: Tengah Malam Cerah Berawan

Megapolitan
Ada Jakarta Marathon, Sepanjang Ruas Jalan Jenderal Sudirman Ditutup hingga Pukul 12.00 WIB

Ada Jakarta Marathon, Sepanjang Ruas Jalan Jenderal Sudirman Ditutup hingga Pukul 12.00 WIB

Megapolitan
Ahok Sentil Kualitas ASN: Kalau Bapaknya Enggak Beres, Anaknya 'Ngikut'

Ahok Sentil Kualitas ASN: Kalau Bapaknya Enggak Beres, Anaknya "Ngikut"

Megapolitan
Perayaan HUT Jakarta di Monas Bak Magnet Bagi Ribuan Warga

Perayaan HUT Jakarta di Monas Bak Magnet Bagi Ribuan Warga

Megapolitan
Ada Kebakaran di Revo Town, Stasiun LRT Bekasi Barat Tetap Layani Penumpang

Ada Kebakaran di Revo Town, Stasiun LRT Bekasi Barat Tetap Layani Penumpang

Megapolitan
HUT Jakarta, Warga Asyik Goyang Diiringi Orkes Dangdut di Monas

HUT Jakarta, Warga Asyik Goyang Diiringi Orkes Dangdut di Monas

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com