V, salah satu orangtua murid yang keberatan dengan pungutan itu mengatakan, anaknya menjadi resah karena belakangan guru di sekolah itu terus menagih siswa untuk membayar uang sumbangan perpisahan ini.
"Anak saya terus terang ditagih terus, Bun (Bunda) bayar, Bun, aku ditagih," kata V, menceritakan kepada Kompas.com, Rabu (6/5/2015).
Menurut V, terakhir sekolah menagih uang perpisahan itu seminggu menjelang ujian nasional (UN) SMP. Pihak sekolah tidak mempedulikan keberatan orangtua siswa.
V menceritakan, salah satu orangtua siswa lainnya curhat mengenai cara menagih pihak sekolah yang tak mempertimbangkan perasaan siswa.
"Jadi ada orangtua murid yang curhat, dia enggak punya uang, tapi anaknya ditagih terus, sampai guru bilang di hadapan satu kelas, 'kalian seperti pengemis ya, maunya gratisan mulu'. Masa guru bilang gitu. Sampai ada juga yang mengancam nilai katanya," cerita V.
V mengatakan, beberapa orangtua terpaksa membayar permintaan sekolah, meski terpaksa. Dia mengetahui hal itu dari seorang teman anaknya. "Habis gimana tante, aku setiap mau sekolah stres. Aku ngerasa ada beban ditagihin mulu," ujar V, menirukan ucapan teman anaknya itu.
Sebelumnya, SMPN 8 Depok disebut melakukan pungutan Rp 1,5 juta untuk uang sumbangan siswa yang di antaranya untuk kegiatan perpisahan sekolah. Namun, para orangtua merasa keberatan dengan nilainya yang besar.
Selain itu, ada kejangalan dalam rincian anggaran kegiatan yang beredar di kalangan orangtua. Misalnya, anggaran untuk pembuatan album dan buku tahunan, yang mencapai Rp 115 juta. Orangtua juga mengaku dibebankan biaya untuk membayar try out yang totalnya puluhan juta rupiah. Ada juga dana sebesar Rp 16 juta untuk pembayaran 'transport pegawai UN keluar-masuk'. (Baca: Orangtua SMPN 8 Depok Keluhkan Pungutan Rp 1,5 Juta untuk Perpisahan)
Hingga berita ini ditayangkan, pihak sekolah SMPN 8 Depok enggan berkomentar. Kepala sekolahnya, Tatang, menyampaikan hal tersebut melalui satpam sekolah.
"Tadi saya sudah tanya, gimana Pak mau disuruh tunggu apa gimana. Katanya besok saja datang lagi," kata penjaga sekolah tersebut. Saat dihubungi via telepon pun, kepala sekolah menolak berkomentar.