Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengakuan Warga Kongo yang Kedapatan Punya Enam Paspor Palsu

Kompas.com - 13/05/2015, 16:00 WIB
Andri Donnal Putera

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kyandomanya Vikono Ephratien (51) membantah tuduhan bahwa dia memiliki enam paspor palsu. Ephratien merupakan satu dari 27 orang warga negara asing (WNA) yang ditahan oleh Tim Pengawasan dan Penindakan Imigrasi Kelas 1 Jakarta Barat dari tanggal 4 sampai 7 Mei 2015.

"Yang ada di paspor itu saudara kembar saya, bukan saya," tutur Ephratien kepada Kompas.com, Rabu (13/5/2015). Ephratien menjelaskan, dia memiliki saudara kembar yang bernama Muhinoho Kyandomanya Godfrey.

Saudara kembarnya itu sudah lama tidak pulang dan tidak memberi kabar kepada dia dan keluarganya. Dari informasi terakhir, diketahui bahwa Godfrey berada di Indonesia, tepatnya di sebuah rumah kos di daerah Grogol, Jakarta Barat.

Setelah mendapatkan info itu, Ephratien dengan mengandalkan uang dari keluarganya, berangkat ke Indonesia. Setibanya di Indonesia, dia sempat menghubungi saudara kembarnya.

Saudara Ephratien berjanji akan pulang bersamanya setelah bertemu nanti. Ephratien pun mengaku diminta untuk menemui saudaranya di rumah kos daerah Grogol itu. [Baca: Punya 6 Paspor Palsu, WN Kongo Buka 4 Rekening di Dua Bank]

Setelah di rumah kos, menurut Ephratien, saudaranya malah tidak di tempat. Dia yang kebingungan pun terpaksa tinggal di sana, hingga petugas imigrasi yang sedang melaksanakan operasi pengawasan Bhumi Pura Wibawa datang.

"Saya enggak tahu, pas dibawa sama petugas, tahu-tahu ada paspor itu. Saya rasa, itu paspor punya saudara kembar saya," kata Ephratien.

Kepada petugas imigrasi, Ephratien mengaku bahwa dia baru tinggal di Indonesia selama satu setengah bulan. Namun demikian, berbeda dengan apa yang diutarakan oleh Kepala Kantor Imigrasi Kelas 1 Jakarta Barat Bambang Satrio.

Menurut Bambang, berdasarkan hasil interogasi petugas terhadap Ephratien selama 24 jam terakhir, warga negara Republik Kongo itu mengaku sudah tinggal selama dua tahun.

Dia mengaku kepada petugas bahwa dia bekerja di bidang garmen di daerah Tanah Abang, Jakarta Pusat. "Tadi dia bilang kan ke rekan-rekan pas ditanya lagi apa kerjanya, mengakunya petani. Nah silakan rekan-rekan menafsirkan sendiri apa artinya," ucap Bambang.

Seperti diberitakan sebelumnya, Ephratien membuat enam nama palsu dari enam paspor yang dia miliki itu.

Di antaranya, nama Paul Adam dan Philips David di dalam dua paspor Portugal, nama Flathetry Collen di paspor Perancis, juga nama Kenneth Jack Haycock, James Edmund Miller, dan Turpin Mark Christopher di tiga paspor Chili.

Menurut Bambang, cap dan izin tinggal di dalam enam paspor itu sudah terbukti palsu melalui pengecekan di sistem aplikasi e-office WNA.

Dari semua nama yang ada di enam paspor itu, tidak ada satu pun yang terdaftar. "Yang terdaftar cuma nama dia ini di paspor asli milik dia, paspor Kongo," ucap Bambang.

Selain enam paspor, turut diamankan empat buku rekening sebagai tanda bukti Ephratien telah membuat tabungan. Dua buku rekening dari Bank Jabar Banten (BJB) tertera nama Yotnapla Mahahing dan Kenneth Jack Haycock.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gaji Bakal Dipotong buat Tapera, Karyawan yang Sudah Punya Rumah Bersuara

Gaji Bakal Dipotong buat Tapera, Karyawan yang Sudah Punya Rumah Bersuara

Megapolitan
Panca Pembunuh 4 Anak Kandung Hadiri Sidang Perdana, Pakai Sandal Jepit dan Diam Seribu Bahasa

Panca Pembunuh 4 Anak Kandung Hadiri Sidang Perdana, Pakai Sandal Jepit dan Diam Seribu Bahasa

Megapolitan
Keberatan Soal Iuran Tapera, Pegawai: Pusing, Gaji Saya Sudah Kebanyakan Potongan

Keberatan Soal Iuran Tapera, Pegawai: Pusing, Gaji Saya Sudah Kebanyakan Potongan

Megapolitan
Nestapa Pekerja soal Iuran Tapera : Gaji Ngepas, Pencairan Sulit

Nestapa Pekerja soal Iuran Tapera : Gaji Ngepas, Pencairan Sulit

Megapolitan
Satu Tahun Dagang Sabu, Pria di Koja Terancam 20 Tahun Penjara

Satu Tahun Dagang Sabu, Pria di Koja Terancam 20 Tahun Penjara

Megapolitan
Bingung dengan Potongan Gaji untuk Tapera, Pegawai Swasta: Yang Punya Rumah Kena Juga, Enggak?

Bingung dengan Potongan Gaji untuk Tapera, Pegawai Swasta: Yang Punya Rumah Kena Juga, Enggak?

Megapolitan
Ulah Keblinger Pria di Koja, Curi Besi Pembatas Jalan untuk Nafkahi Keluarga Berujung Ditangkap Polisi dan Warga

Ulah Keblinger Pria di Koja, Curi Besi Pembatas Jalan untuk Nafkahi Keluarga Berujung Ditangkap Polisi dan Warga

Megapolitan
Kata Karyawan Swasta, Tapera Terasa Membebani yang Bergaji Pas-pasan

Kata Karyawan Swasta, Tapera Terasa Membebani yang Bergaji Pas-pasan

Megapolitan
Soal Wacana Rusun Baru untuk Eks Warga Kampung Bayam, Pemprov DKI: 'Don't Worry'

Soal Wacana Rusun Baru untuk Eks Warga Kampung Bayam, Pemprov DKI: "Don't Worry"

Megapolitan
DPC Gerindra Serahkan 7 Nama Bakal Calon Wali Kota Bogor ke DPD

DPC Gerindra Serahkan 7 Nama Bakal Calon Wali Kota Bogor ke DPD

Megapolitan
Gaji Dipotong untuk Tapera, Pegawai Swasta: Curiga Uangnya Dipakai Lagi oleh Negara

Gaji Dipotong untuk Tapera, Pegawai Swasta: Curiga Uangnya Dipakai Lagi oleh Negara

Megapolitan
Fakta-fakta Penemuan Mayat Dalam Toren Air di Pondok Aren: Korban Sempat Pamit Beli Kopi dan Ponselnya Hilang

Fakta-fakta Penemuan Mayat Dalam Toren Air di Pondok Aren: Korban Sempat Pamit Beli Kopi dan Ponselnya Hilang

Megapolitan
Heru Budi Sebut Bakal Ada Seremonial Khusus Lepas Nama DKI Jadi DKJ

Heru Budi Sebut Bakal Ada Seremonial Khusus Lepas Nama DKI Jadi DKJ

Megapolitan
Keberatan soal Iuran Tapera, Karyawan Keluhkan Gaji Pas-pasan Dipotong Lagi

Keberatan soal Iuran Tapera, Karyawan Keluhkan Gaji Pas-pasan Dipotong Lagi

Megapolitan
Duka Darmiyati, Anak Pamit Beli Kopi lalu Ditemukan Tewas Dalam Toren Tetangga 2 Hari Setelahnya

Duka Darmiyati, Anak Pamit Beli Kopi lalu Ditemukan Tewas Dalam Toren Tetangga 2 Hari Setelahnya

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com