”Tidak masalah, nanti kontrak kerja sama (sewa gedung) bisa diperpanjang jika memang menguntungkan,” kata Lin.
Dana berasal dari saham yang ditanamkan sembilan perusahaan anggota konsorsium, yaitu PT Karunia Jaya Sukses, PT Intiland Development Tbk, PT Agung Podomoro Land, PT Kawasan Industri Jababeka, PT Plaza Indonesia Realty, PT Ciputra Development, Saratoga Investama Sedaya, PT Best Engineering Contractor and Agencies Indonesia, serta PT Mitra Lintas Surya.
Yayat Sujatna, Project Manager PT JOTRC, menambahkan bahwa proyek revitalisasi Kota Tua terus berjalan. Pihaknya optimistis target yang ditetapkan oleh Gubernur DKI Jakarta, yaitu tahun 2016, tidak meleset.
Sinergi
PT JOTRC berharap ada sinergi antara konsorsium dan pemerintah untuk mempercepat proses revitalisasi. Bentuk sinergi yang diharapkan adalah penataan pedagang kaki lima (PKL), pemeliharaan dan penyediaan fasilitas umum seperti toilet, ruang informasi, P3K, penerangan jalan, ataupun kebersihan di Kota Tua.
Namun, Pemprov DKI Jakarta sepertinya masih gamang untuk menata kawasan Kota Tua itu seiring dengan rencana besar konsorsium. Belum ada rencana pasti penataan parkir, rekayasa lalu lintas, ataupun penataan transportasi di kawasan tersebut. Saat ini, parkir di Kota Tua masih semrawut. Pengunjung yang datang dengan kendaraan pribadi bisa memarkir di samping Gedung BNI ataupun di beberapa sisi gedung yang kosong. Angkutan umum juga masih mengetem sembarangan dan membuat lalu lintas semrawut.
Di sisi lain, lingkungan di sekitar Kota Tua juga terlihat kumuh dengan aliran kali yang hitam dan berbau. Aroma pesing merebak dari sudut-sudut gedung. Sampah plastik pun berserakan. Saat musim hujan, kawasan ini pun rentan banjir. Kondisi ini masih jauh dari kesan ramah wisatawan.
Menurut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata DKI Jakarta Purba Hutapea, rencana induk penataan kawasan Kota Tua sudah ada termasuk penyediaan kantong parkir. Namun, kendala masih ditemui, seperti lahan seluas 1,2 hektar di Jalan Cengkeh masih disewakan kepada pihak ketiga. Pemprov DKI tidak bisa menggunakan lahan tersebut.
”Ini tugas bersama antar-SKPD (satuan kerja perangkat daerah). Semuanya bekerja di bawah komando Gubernur,” ungkap Purba, Kamis (9/4).
Masalah lain yang belum bisa diselesaikan adalah penataan PKL. Meski sudah dibentuk koperasi, jumlah PKL yang masuk ke Kota Tua terus membengkak. Pada malam hari, PKL bahkan masuk ke area Plaza Museum Sejarah Jakarta. Kondisi ini membuat kawasan cagar budaya tersebut semakin kotor karena banyak sampah tertinggal.
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah 2011-2030, kawasan Kota Tua dan sekitarnya di Jakarta Barat akan dikembangkan sebagai kawasan perdagangan dan pusat wisata budaya. Saatnya kawasan itu berbenah berikut penyediaan fasilitas parkir, pejalan kaki, dan taman.
-----------------
Artikel ini sebelumnya ditayangkan di harian Kompas edisi Senin, 18 Mei 2015, dengan judul "Menunggu Bangkitnya Sang Ratu dari Timur".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.