Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seperti "Foodcourt" di Mal, Transaksi "Lenggang Jakarta" Gunakan "E-money"

Kompas.com - 20/05/2015, 13:22 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Program penertiban pedagang kaki lima (PKL) Monumen Nasional (Monas) melalui program "Lenggang Jakarta" menerapkan sistem transaksi pembayaran non-tunai atau kartu e-money. Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama telah menerapkan pembayaran non-tunai ini sebelumnya untuk penggunaan transportasi bus transjakarta.

‎"Efektif dong, kamu ke mal juga masukin uang ke dalam kartu di pujasera," kata Basuki seusai meninjau kesiapan Lenggang Jakarta, di Lapangan eks IRTI Monas, Jakarta, Rabu (20/5/2015).

Penerapan pembayaran non-tunai ini, lanjut dia, juga untuk memberi keuntungan bagi para pedagang. Dengan demikian, nantinya pedagang akan mengetahui alur transaksi keluar dan masuknya uang tersebut.

Menurut Basuki, selama menggunakan transaksi tunai, PKL kerap diperas oleh preman. Ia berharap pembayaran non-tunai ini dapat mengantisipasi aksi pemerasan preman terhadap para PKL.

Keuntungan lainnya, pedagang mulai bisa mengajukan kredit membuka toko di pusat perbelanjaan yang lebih baik dibanding di Lenggang Jakarta.

"Selama ini kan pedagang-pedagang itu dapat modal dari rentenir, pinjemin modal tiap hari, bayar bunganya bisa 50-60 persen sebulan. Gila itu, dipotong-potong modalnya. Nah, sekarang enggak perlu lagi," kata Ahok, sapaan Basuki.

"Jadi kami harus paksa untuk kebaikan dia (PKL Monas), dia lebih untung, bukannya saya mau jahat. Kalau saya mau jahat, ya saya usir saja pedagangnya, ngapain," kata Basuki.

Program Lenggang Jakarta merupakan penertiban PKL Monas yang dilaksanakan oleh CSR Rekso Group bersama Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah dan Perdagangan (KUMKMP) DKI.

Semua pedagang yang terdaftar dan berdagang di Lenggang Jakarta merupakan PKL Monas. Kuliner yang disajikan dalam program ini bervariasi, mulai dari nasi goreng, soto betawi, gulai kambing, pecel bebek, nasi uduk, hingga selat solo.

Harga makanannya pun bervariasi, mulai dari Rp 15.000 sampai Rp 40.000 setiap porsinya. Transaksi di Lenggang Jakarta baru dapat menggunakan kartu e-money Bank Mandiri. Rencananya, Jumat (22/5/2015), Basuki secara resmi meresmikan program Lenggang Jakarta.

Adapun total pedagang yang berjualan di Lenggang Jakarta sebanyak 329 orang, meliputi pedagang kuliner, aksesori, dan suvenir.

Para pedagang kuliner di Lenggang Jakarta ini sebelumnya juga telah diberikan pelatihan memasak sejak Januari 2015 dari dua koki andal. Tak hanya pelatihan memasak, mereka juga diajarkan cara menyapa tamu, mengatur keuangan, sanitasi, higienisme, hingga cara berwirausaha.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Megapolitan
Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Megapolitan
Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Megapolitan
Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Megapolitan
Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Megapolitan
3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

Megapolitan
Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Megapolitan
Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Megapolitan
Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Megapolitan
Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Megapolitan
Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Megapolitan
Gelar 'Napak Reformasi', Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Gelar "Napak Reformasi", Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Megapolitan
Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Megapolitan
Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Megapolitan
Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com