Ketidaknyamanan bus mungkin menjadi alasan turunnya minat penumpang bus. Tren penurunan penumpang terlihat empat tahun terakhir. Berdasarkan data Kementerian Perhubungan, tahun 2012 masih ada 5,9 juta orang yang menggunakan angkutan umum darat untuk mudik, tetapi pada 2013 turun menjadi 5,5 juta penumpang.
Tahun 2014 jumlah penumpang menyusut lagi menjadi 5,2 juta orang dan pada tahun ini diprediksi lebih kecil lagi, yakni 4,9 juta penumpang.
Ketua Umum Masyarakat Transportasi Indonesia Danang Parikesit mengatakan, penurunan minat pemudik angkutan bus dapat memicu kemacetan karena pemudik menggunakan kendaraan pribadi. Jika hal itu terjadi, risiko kecelakaan dapat bertambah karena jam terbang pengemudi kendaraan pribadi tidak sebanyak sopir bus.
Danang menuturkan, pemerintah semestinya secara ketat mengontrol tarif bus. Maksimal kenaikan tarif bus tidak lebih dari 50 persen. "Kalau penumpang merasa kenaikan terlalu tinggi, mereka akan semakin meninggalkan bus," ujarnya.
Ketua Organda Indonesia Adrianto Djokosoetono mengatakan belum menerima aduan tentang pelanggaran tarif bus ekonomi. Ia hanya berjanji akan mengevaluasi pelayanan bus setelah arus balik selesai. "Jika ada tarif yang melebihi kesepakatan, perusahaan bus akan kami tegur," ujarnya.
Adrianto mengakui bahwa pengelola bus harus berbenah, tetapi pemerintah juga harus mendukung angkutan umum. Dukungan itu antara lain meningkatkan prasarana, seperti terminal yang aman dan nyaman, bebas dari calo, dan fasilitas yang bagus.
Jalur yang rusak dan macet, ujarnya, seakan turut membuat biaya operasional membengkak hingga dua kali lipat karena waktu tempuh semakin lama. Faktor itu pula yang membuat tarif bus relatif mahal.
Semua pihak perlu duduk bersama untuk memperbaiki kualitas pelayanan transportasi umum darat. Jangan sampai bus hanya menjadi pilihan terakhir atau menggunakannya dengan penuh keterpaksaan. Jika tidak ada perbaikan, bus akan terus ditinggalkan penumpangnya. (B05/B12)
________________________
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 22 Juli 2015, di halaman 1 dengan judul ""Saya Terpaksa Mudik Naik Bus..."".