Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamen yang Lolos SNMPTN dan Diterima di Universitas Indonesia Pusing Tak Punya KTP

Kompas.com - 29/07/2015, 09:32 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Dzulfikar Akbar Cordova merasa senang sekaligus pusing ketika mengetahui bahwa ia diterima di Program Studi Ilmu Ekonomi Islam, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia (UI). Ia senang bisa melanjutkan ke pendidikan tinggi, tetapi pusing dengan administrasi dan biaya kuliah.

Pemuda yang akrab disapa Dodo ini mengaku pusing karena tidak mempunyai kartu tanda penduduk (KTP). Sebab, ia diminta untuk menyerahkan sejumlah berkas, salah satunya KTP, untuk mengurus keringanan biaya kuliah.

Pekan ini, urusan berkas tersebut harus ia selesaikan, atau ia terpaksa membayar jutaan rupiah. Dodo yang sehari-hari bekerja sebagai pengamen jalanan itu mengaku tidak sanggup bila harus membayar uang kuliah hingga Rp 5 juta.

Ditemui Tribunnews di tempat ia biasa mengamen di Jalan Margonda, Depok, Jawa Barat, Dodo mengaku jadi rajin mengamen setelah memutuskan ikut SNMPTN. Namun, tetap saja uang yang terkumpul tidak cukup.

Saat ditanya mengenai penyebab belum memiliki KTP, ia sempat mengaku bingung untuk menjawab. Ia akhirnya menjawab dengan menceritakan kisah hidupnya.

Pindah-pindah

Dodo lahir di Banyuwangi, Jawa Timur, pada 1994 lalu, dari keluarga berada. Ia sempat tinggal di Malang dan mengenyam pendidikan hingga kelas VI sekolah dasar (SD) di Trenggalek.

Ayahnya adalah karyawan bank pelat merah. Hidup Dodo mulai berubah setelah kedua orangtuanya bercerai.

Ayahnya memutuskan untuk mengambil pensiun dini. Pada 2006, ayahnya pindah ke Bandung untuk bekerja di suatu perusahaan swasta dengan membawa Dodo dan adik laki-lakinya, Ika, yang masih berumur enam tahun.

Namun, di kota kembang itu nasib ayahnya tidak begitu beruntung. "Bapak saya enggak lama kerja, terus usaha sendiri," katanya.

Karena kondisi ekonomi, ketiganya mulai hidup nomaden, dengan hanya membawa pakaian secukupnya dan sebuah gitar milik ayah Dodo. Ketiganya hidup dari mushala ke mushala.

Dodo dan adiknya tidak melanjutkan sekolah. Untuk meringankan beban sang ayah, ia akhirnya memberanikan diri untuk mengamen.

"Mulai mengamen ya di situ, di Kota Bandung. Di sebelah mananya saya lupa," ujar Dodo.

Nasib keluarganya mulai membaik saat sang ayah menemukan seseorang yang mau memberikan pekerjaan. Ayah Dodo ditawari pekerjaan di Lampung.

Mereka bertiga pun hijrah ke Lampung pada tahun 2008. Mereka mengontrak rumah dan Dodo pun melanjutkan sekolahnya di sana hingga lulus SMP.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Naedi Acungkan Jempol dan Tersenyum Usai Faizal Terhasut Bunuh Sang Paman di Pamulang

Naedi Acungkan Jempol dan Tersenyum Usai Faizal Terhasut Bunuh Sang Paman di Pamulang

Megapolitan
PDI-P Bebaskan Sekda Supian Suri Pilih Bakal Calon Wakil Wali Kota di Pilkada 2024

PDI-P Bebaskan Sekda Supian Suri Pilih Bakal Calon Wakil Wali Kota di Pilkada 2024

Megapolitan
Dibacok Empat Kali oleh Keponakan yang Dendam, Penyebab Pria di Pamulang Tewas di Tempat

Dibacok Empat Kali oleh Keponakan yang Dendam, Penyebab Pria di Pamulang Tewas di Tempat

Megapolitan
Banyak Motor Lewat Trotoar di Matraman, Diduga akibat Penyempitan Jalan Imbas Proyek LRT

Banyak Motor Lewat Trotoar di Matraman, Diduga akibat Penyempitan Jalan Imbas Proyek LRT

Megapolitan
Bunuh Pamannya, Faizal Emosi Dibangunkan Saat Baru Tidur untuk Layani Pembeli di Warung

Bunuh Pamannya, Faizal Emosi Dibangunkan Saat Baru Tidur untuk Layani Pembeli di Warung

Megapolitan
Hindari Kecurigaan, Faizal Sempat Simpan Golok untuk Bunuh Pamannya di Atas Tumpukan Tabung Gas

Hindari Kecurigaan, Faizal Sempat Simpan Golok untuk Bunuh Pamannya di Atas Tumpukan Tabung Gas

Megapolitan
Minta Dishub DKI Pilah-pilah Penertiban, Jukir Minimarket: Kalau Memaksa, Itu Salah

Minta Dishub DKI Pilah-pilah Penertiban, Jukir Minimarket: Kalau Memaksa, Itu Salah

Megapolitan
Babak Baru Kasus Panca Pembunuh 4 Anak Kandung, Berkas Segera Dikirim ke PN Jaksel

Babak Baru Kasus Panca Pembunuh 4 Anak Kandung, Berkas Segera Dikirim ke PN Jaksel

Megapolitan
KPU DKI Beri Waktu Tiga Hari ke Dharma Pongrekun untuk Unggah Bukti Dukungan Cagub Independen

KPU DKI Beri Waktu Tiga Hari ke Dharma Pongrekun untuk Unggah Bukti Dukungan Cagub Independen

Megapolitan
Mahasiswa Unjuk Rasa di Depan Istana Bogor, Minta Jokowi Berhentikan Pejabat yang Antikritik

Mahasiswa Unjuk Rasa di Depan Istana Bogor, Minta Jokowi Berhentikan Pejabat yang Antikritik

Megapolitan
Banyak Motor Lewat Trotoar di Matraman, Warga: Sudah Jadi Pemandangan yang Umum Setiap Pagi

Banyak Motor Lewat Trotoar di Matraman, Warga: Sudah Jadi Pemandangan yang Umum Setiap Pagi

Megapolitan
Menolak Ditertibkan, Jukir Minimarket: Besok Tinggal Parkir Lagi, Bodo Amat...

Menolak Ditertibkan, Jukir Minimarket: Besok Tinggal Parkir Lagi, Bodo Amat...

Megapolitan
3 Pemuda di Kalideres Sudah 5 Kali Lakukan Penipuan dan Pemerasan Lewat Aplikasi Kencan

3 Pemuda di Kalideres Sudah 5 Kali Lakukan Penipuan dan Pemerasan Lewat Aplikasi Kencan

Megapolitan
Kejari Jaksel: Rubicon Mario Dandy Dikorting Rp 100 Juta Agar Banyak Peminat

Kejari Jaksel: Rubicon Mario Dandy Dikorting Rp 100 Juta Agar Banyak Peminat

Megapolitan
Jebak Korban di Aplikasi Kencan, Tiga Pemuda di Kalideres Kuras 'Limit Paylater' hingga Rp 10 Juta

Jebak Korban di Aplikasi Kencan, Tiga Pemuda di Kalideres Kuras "Limit Paylater" hingga Rp 10 Juta

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com