Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Komisaris Besar Krishna Murti menyebutkan fakta-fakta itu.
Fakta pertama ialah soal AK yang memilih memakai mobil yang STNK-nya belum keluar, lalu membuat pelat nomor palsu di mobil milik Hayriantira saat pergi ke Garut, Jawa Barat.
Fakta kedua, kata Krishna, AK menghilangkan jejak dengan cara brilian. Ia membunuh Hayriantira dengan cara membekap mulut sampai korban kehabisan napas, lalu melucuti seluruh pakaian korban, kemudian memasukkannya ke bak air panas.
"Makanya, sehari saja sudah rusak jenazah korban karena dimasukkan ke bak air panas," ujar Krishna, Jumat (7/8/2015).
Hotel Cipaganti dan semua hotel lain di kawasan Garut, Jawa Barat, memiliki fasilitas air panas alami yang alirannya tak pernah berhenti.
Karena itu, lebih mudah baginya untuk merusak identitas korban dalam waktu cepat dengan cara memasukkannya ke dalam bak air panas. Atas dasar itu, diduga, AK memang memilih hotel di sana untuk mudah menghilangkan jejak.
Selain itu, fakta ketiga, AK memilih membuang ponsel dan semua baju korban, termasuk baju yang dikenakan. Dia membuangnya di halte di Terminal Guntur di Garut. Namun, AK memilih mengambill KTP Rian.
Celingak-celinguk di CCTV
Kemudian, kata Krishna, fakta keempat adalah AK terlihat celingak-celinguk saat awal datang ke hotel pada Kamis (30 Oktober 2014) di Hotel Cipaganti, Garut, Jawa Barat.
Hal Itu terlihat di rekaman CCTV hotel. AK terlihat celingukan seperti menoleh ke kiri dan ke kanan saat baru saja memarkir mobil. Dia keluar dari mobil, lalu menoleh ke kiri dan ke kanan.
Diduga, dia mencari lokasi keberadaan kamera CCTV. Namun, dia ternyata tak melihat bahwa kamera CCTV berada di ruang kantin hotel yang ada di sampingnya.
Dia pun kemudian masuk ke hotel bersama Rian yang turun dari mobil seusai AK menoleh ke kiri dan ke kanan.
Fakta kelima ialah AK memilih memberikan nama palsu di buku tamu hotel. Hotel Cipaganti memang tak pernah meminta KTP setiap penyewa kamar. Di buku tamu, AK menulis namanya sebagai "Gery" dan dia mengosongkan kolom alamat.
Lalu, fakta keenam ialah AK mengajak Rian untuk membeli jaket kulit ke Sukaregang, Garut. Ada fakta Rian menyiapkan waktu yang lama untuk bersama AK.
Hal itu terlihat dari Rian yang mengajukan cuti di kantornya, lalu membawa setumpuk baju dan menitipkan anaknya ke mantan suaminya.
Sementara itu, AK berlaku sebaliknya. Dia tak membawa baju ganti dan tak bilang ke istrinya hendak pergi ke luar kota. Padahal, AK mengaku hubungannya dengan Rian diketahui istrinya karena hubungan bisnis.
Dia sebelumnya selalu bilang ke istrinya apabila hendak pergi bersama Rian. Namun, khusus saat hari pembunuhan, dia tak memberi tahu kepada istrinya bahwa ia pergi bersama Rian.
Karena itu, AK memang diduga tak berniat lama-lama bersama Rian. "Benar juga dugaan itu," ujar Kanit I Subdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya Komisaris Gunardi.
Selain itu, fakta ketujuh, AK kemudian menguasai mobil korban yang dibeli secara lunas hanya tiga bulan sebelum Rian dibunuh.
Dia men-scan tanda tangan di KTP Rian, lalu membuatnya jadi tanda tangan di surat kuasa yang dipakai untuk mengambil BPKB mobil milik Rian yang masih ada di showroom. Dia pun membawa KTP asli Rian saat mengambil BPKB dengan surat kuasa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.