Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kata Warga Tambora soal Tawaran Rumah Susun Usulan Ahok

Kompas.com - 28/09/2015, 18:13 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Warga Kebon Sayur, Kelurahan Jembatan Besi, Tambora, Jakarta Barat, yang rumahnya terbakar pada Sabtu (26/9/2015) lalu, mengaku sudah tahu soal rencana Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama membangun rumah susun sederhana sewa (rusunawa). Warga pun memiliki pandangan yang berbeda soal rencana tersebut.

"Saya sudah tahu semua, cuma mau gimana lagi. Kalau ini mau dibangun rumah susun ya silakan, kalau itu mungkin pada mau (pindah ke rusun)," ujar warga, Ali Syahroni (41), kepada Kompas.com, Senin (28/9/2015).

Ali mengaku tahu jika lahan yang ditempatinya adalah milik pemerintah. Oleh karena itu, ia pasrah jika pemerintah akan menggunakan tanah tersebut.

Namun, jika warga dipindahkan ke rusun yang jauh dari tempat tinggal mereka saat ini, Ali mengaku tidak akan mau pindah. Ia merasa lebih baik pindah sendiri ke tempat yang lebih dekat.

"Kalau dialihkan jauh dari sini kemungkinan saya menolak soalnya saya kan usaha di sini," ujar pria yang telah tinggal selama 20 tahun di rumah semipermanen itu.

Warga lainnya, Iyah, juga pasrah akan kondisi yang mereka alami saat ini. "Saya mah ngikut aja deh, gimana bapak (suami) aja," ujarnya.

Iyah pun menyadari tanah yang ditempatinya bukan milik pribadi. Ia mengaku tahu tanah tersebut hanya boleh ditempati, bukan dimiliki.

Meski begitu, Iyah mengaku ingin tetap tinggal di daerah yang sudah 25 tahun ditempatinya. "Semua pengin di sini lagi, kan sudah betah di sini, mata pencahariannya sudah di sini," kata Iyah.

Tahan diri

Berbeda dengan Ali dan Iyah, Abdurrahman (57) menyebut, sebaiknya Ahok, sapaan Basuki, menahan diri berkomentar soal rumah susun. Sebab, hal tersebut hanya akan menyakiti warga.

"Para pejabat ini paling tidak menahan diri dulu, lihat kondisi masyarakat. Orang dalam kondisi kayak gini kan lalu bicara seenaknya makin menyakiti, apa itu kebijakan seorang pemimpin. Jadi, tolonglah ke Ahok jangan bicara rumah susun dulu," ujar Abdurrahman.

Menurut dia, Pemprov DKI Jakarta sudah sering kali menanyakan perihal sertifikat tanah. Setiap ditanya, ia dan beberapa warga lainnya tidak pernah menjawab.

"Kalau saja saya punya uang sekitar Rp 10 miliar, pertanyaannya kira-kira saya tinggal di sini enggak, ya jelas enggak," ucap Abdurrahman.

Daripada berbicara soal rumah susun dan pembelian lahan oleh Pemprov DKI, saran Abdurrahman, sebaiknya Ahok terlebih dahulu memberikan bantuan untuk mengurangi kesedihan warga.

Sebab, hingga kini, masih banyak warga yang memerlukan bantuan, seperti selimut, pakaian, dan sebagainya. (Nursita Sari)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

Megapolitan
Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Megapolitan
Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Megapolitan
Cekoki Remaja dengan Narkoba hingga Tewas, Pelaku: Saya Tidak Tahu Korban Masih Dibawah Umur

Cekoki Remaja dengan Narkoba hingga Tewas, Pelaku: Saya Tidak Tahu Korban Masih Dibawah Umur

Megapolitan
Polisi Periksa 5 Saksi Terkait Kasus Begal Mobil di Tajur Bogor

Polisi Periksa 5 Saksi Terkait Kasus Begal Mobil di Tajur Bogor

Megapolitan
Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Petugas: Mereka Keukeuh Ingin Gunakan Alamat Tak Sesuai Domisili

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Petugas: Mereka Keukeuh Ingin Gunakan Alamat Tak Sesuai Domisili

Megapolitan
Keluarga Tolak Otopsi, Korban Tewas Kebakaran Cinere Depok Langsung Dimakamkan

Keluarga Tolak Otopsi, Korban Tewas Kebakaran Cinere Depok Langsung Dimakamkan

Megapolitan
Beberapa Warga Tanah Tinggi Terpaksa Jual Rumah karena Kebutuhan Ekonomi, Kini Tinggal di Pinggir Jalan

Beberapa Warga Tanah Tinggi Terpaksa Jual Rumah karena Kebutuhan Ekonomi, Kini Tinggal di Pinggir Jalan

Megapolitan
Polisi Tewas dengan Luka Tembak di Kepala, Kapolres Jaksel Sebut karena Bunuh Diri

Polisi Tewas dengan Luka Tembak di Kepala, Kapolres Jaksel Sebut karena Bunuh Diri

Megapolitan
Polisi Dalami Dugaan Perempuan Dalam Koper di Bekasi Tewas karena Dibunuh

Polisi Dalami Dugaan Perempuan Dalam Koper di Bekasi Tewas karena Dibunuh

Megapolitan
Bursa Pilkada DKI 2024, Golkar: Ridwan Kamil Sudah Diplot buat Jabar

Bursa Pilkada DKI 2024, Golkar: Ridwan Kamil Sudah Diplot buat Jabar

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com