"Sekarang kekerasan seksual ini semakin meningkat. Asumsi saya ini mungkin karena teknologi-teknologi sekarang, internet, sekarang anak-anak SD saja dan orangtua membuka situs-situs tidak terpuji dan mereka mungkin pengin mempraktikkan itu," ujar Yohanna.
Hal itu diungkapkan Yohanna seusai berkunjung ke rumah duka dan makam PNF (9), korban bocah pembunuhan yang meninggal dalam kardus, Kelurahan Kalideres, Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat, Rabu (7/10/2015).
Menurut Yohanna, kekerasan seksual yang kerap terjadi itu kebanyakan dilakukan laki-laki terhadap anak-anak.
Oleh karenanya, Kemen PPPA berencana akan bekerja sama dengan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) untuk melakukan kajian terhadap laki-laki.
"Kita harus mengkaji di benak laki-laki itu sehingga mereka mau mencabuli anak-anak. Ini suatu proyek besar dengan KPAI. Kita harus banyak mengintrogasi ke laki-laki kenapa ke anak kecil, mungkin karena orangtua bisa mengelak, kalau anak kecil kan diiming-imingi dia tidak bisa mengelak," tutur Yohanna.
Yohanna menyebutkan bahwa kekerasan seksual yang terjadi terhadap anak merupakan isu internasional. Bahkan, di negara-negara maju pun kekerasan tersebut masih sering terjadi.
"Kasus-kasus begini bisa terjadi di mana saja. Kemarin saya ke Norwegia yang merupakan negara happiest, tetapi tetap saja terjadi kekerasan itu. Walaupun negara itu sudah maju, tapi ini tetap isu internasional," kata Yohanna.
Oleh sebab itu, menurut Yohanna, isu kekerasan seksual terhadap anak ini merupakan tanggung jawab yang berat bagi semua pihak.
"Kita harus bekerja sama dengan KPAI, Komnas Anak, dan lembaga pemerhati perempuan dan anak untuk turun langsung ke lapangan melihat masyarakat," ujar Yohanna. (Nursita Sari)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.