Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/11/2015, 15:09 WIB
JAKARTA, KOMPAS — Seperti dikhawatirkan sebelumnya, gangguan pengangkutan sampah dari DKI Jakarta menuju Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Bantargebang di Kota Bekasi mulai berdampak pada menumpuknya sampah di Ibu Kota.

Masalah yang terus berulang ini membutuhkan solusi cepat dan komprehensif.

Penumpukan sampah ini terlihat di beberapa sudut Jakarta, Rabu (4/11).

Di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) Cipinang Besar Selatan, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur, tumpukan sampah sudah tiga hari tidak terangkut.

Dua truk pengangkut sampah di TPS itu masih kesulitan membawa sampah ke Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang.

”Semalam dua truk kami sudah berangkat, tetapi menjelang pagi kedua truk itu kembali ke TPS, masih dengan sampah yang diangkut,” kata Eko Pujiono (28), pekerja bongkar muat sampah di TPS tersebut.

Setiap hari, volume sampah yang diangkut dari TPS Cipinang Besar Selatan mencapai 10 ton. Artinya, selama tiga hari ini terkumpul 30 ton sampah yang belum diangkut.

Di TPS Wika, Kelurahan Malaka Jaya, Duren Sawit, dua truk sampah yang biasanya berangkat pada pagi dan siang hari, kini, hanya dapat berangkat pada sore hari.

Sejak warga Cileungsi, Kabupaten Bogor, menolak truk sampah Jakarta lewat daerah mereka, kedua truk hanya bisa melintasi daerah Bekasi.

Kesepakatan kerja sama Pemprov DKI dengan Pemkot Bekasi mengatur truk-truk sampah DKI hanya boleh melewati Bekasi pada malam hari.

Pada siang hari, truk hanya bisa menuju Bantargebang melalui Jalan Raya Trans-Yogi di Cileungsi, Bogor.

Namun, sejak Senin, sekelompok warga menghadang truk sampah DKI melewati jalur Cileungsi. Mereka mengaku terganggu dengan bau sampah dan ceceran air sampah (lindi).

Kesepakatan pembukaan kembali jalur tersebut baru tercapai setelah Sekretaris Daerah Pemprov DKI Jakarta Saefullah dan jajarannya bertemu dengan Bupati Bogor Nurhayanti di Kantor Bupati Bogor di Cibinong, Bogor, Rabu sore.

Dalam kesepakatan itu, truk-truk sampah DKI hanya boleh lewat Cileungsi pukul 21.00-05.00. Artinya, tetap akan terjadi penumpukan truk sampah di TPST Bantargebang.

Bejo (50), pengawas TPS Wika, mengatakan, sejumlah truk sampah kesulitan masuk ke TPST Bantargebang karena waktu yang tersedia terbatas dan terjadi antrean panjang masuk ke TPST.

Sebelumnya, antrean truk hanya terjadi di dalam area TPST Bantargebang. Sekarang, antrean truk mengular sampai ke jalan raya sepanjang lebih dari 2 kilometer.

”Karena antrean panjang sekali, warga setempat juga marah. Selasa malam, warga Bantargebang mendemo truk sampah,” ujarnya.

Di Unit Pengelola Sampah Terpadu (UPST), Sunter, Jakarta Utara, sekitar 150 truk sampah penuh muatan terpaksa parkir di halaman kantor ini karena tak bisa masuk ke Bantargebang.

Sebagian truk yang datang dari sejumlah wilayah di Jakarta ini sudah dua hari terakhir tak membuang angkutan sampahnya.

AM (56), salah satu sopir truk, mengatakan, beberapa truk bahkan sudah sejak hari Senin (2/11) tak bisa membuang sampah.

Pasalnya, mereka dihadang saat hendak menuju TPST Bantargebang melalui Cileungsi dan juga diusir saat melalui Bekasi Barat.

”Enggak tahu apa alasannya, malah ada yang diancam juga,” kata pria yang telah 17 tahun menjadi sopir truk sampah itu.

Selain di UPST Sunter, sampah tidak terangkut juga terlihat di sejumlah lokasi lain. Di lokasi pembuangan sampah di wilayah Sunter tersisa 60-70 ton sampah. Padahal, hari biasanya hanya ada 10 ton sampah di sana.

Direktur PT Godang Tua Jaya—selaku pengelola TPST Bantargebang—Douglas Manurung mengakui, sejak truk sampah DKI dihadang di Cileungsi, volume sampah yang dikirim dari Jakarta turun lebih dari 50 persen.

Pada hari biasa, volume sampah yang datang berkisar 6.000-6.500 ton per hari, tetapi saat ini hanya sekitar 2.700 ton per hari. ”Ada pengurangan yang cukup signifikan,” ucap Douglas.

Kepala Suku Dinas Kebersihan Jakarta Utara Bondan Dyah Ekowati menyampaikan, dari total 240 truk sampah di wilayahnya, ada 72 truk yang tak bisa membuang sampah.

Hal itu menimbulkan penumpukan di sejumlah lokasi pembuangan.

Sekelompok pemuda

Warga di Pangkalan Dua Bantargebang, Y (40), mengaku melihat sekelompok pemuda yang menghadang truk sampah DKI yang sedang mengantre masuk ke TPST, Selasa tengah malam, di Jalan Raya Narogong, tepat di persimpangan Pangkalan Dua.

”Orang-orang itu bukan warga Pangkalan Dua. Yang saya lihat, mereka minta truk-truk itu kembali ke Jakarta,” ujarnya.

Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama memerintahkan agar sampah dari DKI Jakarta tetap dikirimkan ke TPST Bantargebang, apa pun kondisinya.

”Sampah masih menumpuk? Kirim terus! Sampah ditolak? Kirim terus!” katanya.

Untuk mengatasi penumpukan, Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta Isnawa Adji mengatakan, untuk sementara sampah juga dibawa ke UPST Sunter untuk dipadatkan sebelum dibuang ke Bantar Gebang.

Dosen Kajian Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, Tri Edhi Budhi Soesilo, berpendapat, pengelolaan TPST Bantargebang sudah salah kaprah sejak awal.

Seharusnya bentuknya sanitary landfill, tetapi pada praktiknya menjadi open dumping sehingga memunculkan berbagai persoalan lingkungan dan sosial.

Masalah ini bukan baru pertama kali terjadi. Penutupan TPA Bantargebang karena protes warga antara lain terjadi pada 2004. (FRO/MKN/MDN/JAL/BRO/ILO)

--------------

Artikel ini sebelumnya ditayangkan di harian Kompas edisi Kamis, 5 November 2015, dengan judul "Krisis Sampah Berulang".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Megapolitan
Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Megapolitan
Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Megapolitan
Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Megapolitan
Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Megapolitan
Fakta Kasus Pembunuhan Wanita Dalam Koper di Cikarang: Korban Disetubuhi lalu Dibunuh oleh Rekan Kerja

Fakta Kasus Pembunuhan Wanita Dalam Koper di Cikarang: Korban Disetubuhi lalu Dibunuh oleh Rekan Kerja

Megapolitan
Kronologi Jari Satpam Gereja di Pondok Aren Digigit Sampai Putus, Pelaku Diduga Mabuk

Kronologi Jari Satpam Gereja di Pondok Aren Digigit Sampai Putus, Pelaku Diduga Mabuk

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Ditangkap di Rumah Istrinya

Pembunuh Wanita Dalam Koper Ditangkap di Rumah Istrinya

Megapolitan
DJ East Blake Nekat Sebar Video dan Foto Mesum Mantan Kekasih sebab Tak Terima Diputuskan

DJ East Blake Nekat Sebar Video dan Foto Mesum Mantan Kekasih sebab Tak Terima Diputuskan

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi, Satpol PP dan Dinas Terkait Dinilai Lalai

RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi, Satpol PP dan Dinas Terkait Dinilai Lalai

Megapolitan
7 Tahun Berdiri, Lokasi Binaan Pasar Minggu Kini Sepi Pedagang dan Pembeli

7 Tahun Berdiri, Lokasi Binaan Pasar Minggu Kini Sepi Pedagang dan Pembeli

Megapolitan
Polisi Tangkap DJ East Blake yang Diduga Sebar Video dan Foto Mesum Mantan Kekasih

Polisi Tangkap DJ East Blake yang Diduga Sebar Video dan Foto Mesum Mantan Kekasih

Megapolitan
Pihak Keluarga Bakal Temui Ibu Pengemis Viral yang Paksa Orang Sedekah

Pihak Keluarga Bakal Temui Ibu Pengemis Viral yang Paksa Orang Sedekah

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Setubuhi Korban Sebelum Membunuhnya

Pembunuh Wanita Dalam Koper Setubuhi Korban Sebelum Membunuhnya

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com