Bangunan bernuansa Eropa itu tetap eksis di tengah pembaruan zaman. Dari depan, bangunan stasiun yang didominasi warna putih itu seolah menyimpan segudang kenangan.
Stasiun kereta yang dibangun Ir C.W Koch, insinyur utama dari Staats Spoorwegen (SS-Perusahan kereta api Hindia Belanda) ini pernah menjadi idola masyarakat.
Lampu taman dengan gaya khas Eropa masih tampak elegan terpasang di bagian depan stasiun. Kini, stasiun yang dibangun sejak 1914 itu tengah direnovasi.
Di halaman depan stasiun terlihat hamparan besi-besi peralatan untuk merenovasi gedung. (Baca: Operasional Stasiun Tanjung Priok Dihentikan)
Tepat di samping kanan pintu masuk lobi utama, terdapat jam kuno dengan kaca yang pecah dan tak lagi berfungsi.
Memasuki lobi utama, pengunjung akan disuguhi suasana tak biasa. Jejeran batu alam abu-abu, cokelat dan kuning seolah berpadu menghiasi dinding lobi utama stasiun.
Tampak pula loket stasiun yang tidak berfungsi lagi di samping kanan dan kiri ruangan. Di tengahnya, terdapat meja untuk pelayanan pelanggan yang tampak membelakangi tiga pintu tinggi.
Ada pula ruangan yang pernah difungsikan sebagai ruang dansa dan bar di dalam stasiun tersebut. Dalam bar, tampak tersisa meja kayu besar. (Baca: Bunker Misterius di Stasiun Tanjung Priok)
"Meja ini peninggalan sejak zaman Belanda," kata Kepala Stasiun Tanjung Priok Sahlan kepada Kompas.com, Jakarta Utara, Selasa (23/11/2015).
Di dekat bar dan ruangan dansa, terdapat ruangan yang pernah berfungsi sebagai dapur untuk menyajikan makanan dan minuman saat pesta berlangsung di ruang dansa.
Jika pergi ke atap stasiun, Anda bisa melihat langsung Terminal Tanjung Priok dan Pelabuhan Tanjung Priok. Dulu, dari atap stasiun ini dapat terlihat laut pantai utara.
Namun kini, kini pemandangan tersebut tak lagi tampak karena terhalang gedung tinggi di pelabuhan.