Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pak Ahok, Kapan Perlintasan Sebidang di Jakarta Ditutup?

Kompas.com - 06/12/2015, 12:04 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kecelakaan antara rangkaian KRL commuter line dan metromini di perlintasan sebidang seperti yang terjadi di Angke bukan yang pertama kalinya. 

Perlintasan sebidang, terutama yang ada di Jakarta tercatat sudah sering menjadi lokasi kecelakaan antara kereta dan kendaraan non-kereta.

Kejadian terakhir sebelum peristiwa di Angke adalah tabrakan antara KRL dan bus transjakarta di perlintasan sebidang di Jalan Panjang, Jakarta Barat pada 28 NOvember.

Usai kejadian tersebut, PT KAI langsung menyarankan agar Pemerintah Provinsi DKI segera mempercepat pembangunan jalan layang dan terowongan di perlintasan sebidang, dan menutup perlintasan sebidang yang sudah dilengkapi jalan layang dan terowongan.

Penutupan perlintasan sebidang menjadi wewenang pemerintah daerah setempat, dalam hal ini Pemerintah Provinsi DKI yang pimpinan tertingginya Gubernur Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.

"Kita tidak punya kewenangan untuk menutup. Kita cuma bisa mengimbau, eksekusinya di Pemda," kata Direktur Utama PT KCJ Muhammad Nurul Fadhila di Stasiun Tebet, Senin (30/11/2015).

Data Dinas Perhubungan dan Transportasi DKI Jakarta mencatat saat ini ada 55 pelintasan sebidang yang ada di seluruh Jakarta. Seluruhnya tersebar di tujuh relasi, meliputi lintas Kota-Tanjung Priok; Duri Tangerang; Manggarai-Depok; Jatinegara-Cakung; Kota-Senen-Jatinegara; Jatinegara-Tanah Abang-Kota, dan Tanah Abang-Serpong.

Dari jumlah tersebut, beberapa diantaranya sudah dilengkapi jalan layang dan terowongan, seperti yang ada di Tanjung Barat, Kalibata, dan Tebet.

"Untuk menjamin keselamatan pengguna jalan sekaligus memperlancar perjalanan kereta, idealnya kalau sudah ada perlintasan tidak sebidang (jalan layang atau terowongan), yang sebidangnya harus ditutup," ujar dia.

Fadhila menyadari penutupan pelintasan sebidang di bawah jalan layang mengharuskan pengaturan lalu lintas yang rumit. Namun, ia menilai hal tersebut jauh lebih baik demi menjamin keselamatan pengguna jalan.

"Kalau bicara keselamatan, idealnya harus ditutup. Kalau management traffic masih bisa diatur dan dicari jalan keluarnya. Kalau memang harus mutar 1 kilometer, ya mutar 1 kilometer. Yang penting selamat," tutur Fadhila.

Takut Macet, Pemprov DKI Tak Mau Menutup

Secara terpisah, Kepala Dinas Perhubungan dan Transportasi DKI Jakarta Andri Yansyah menyatakan sulit untuk menutup pelintasan sebidang. Alasannya, penutupannya berpotensi menyebabkan kemacetan parah.

Menurut Andri, jalan layang maupun terowongan di pelintasan-pelintasan sebidang tak kuat mengakomodir volume kendaraan yang lewat di lokasi tersebut.

"Contohnya di Kalibata. Ternyata buntutnya (macetnya) lebih panjang. Flyovernya tidak bisa menampung beban yang dari bawah. Apa tetap kita paksa? kan tidak. Makanya akhirnya diputuskan dibuka. Supaya cair," kata dia, di Balai Kota, Kamis (3/12/2015).

"Kita melihat fleksibilitas. Karena beban di atas tidak sebanding dengan volume kendaraan yang dari bawah. Masa mau kita diamin? sedangkan di bawah masih kosong," ujar dia melanjutkan.

Andri yakin, asalkan masyarakat tertib mentaati aturan lalu lintas, kecelakaan
kereta dan kendaraan non kereta di pelintasan sebidang dapat dihindari.

"Kan SOP-nya sudah ada. Mereka (KCJ) takut agak sedikit tersendat jalannya kereta. Ya enggak lah. kereta kan punya jalan sendiri," pungkas Andri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jakarta Utara Macet Total Sejak Subuh Buntut Trailer Terbalik di Clincing

Jakarta Utara Macet Total Sejak Subuh Buntut Trailer Terbalik di Clincing

Megapolitan
Polisi Periksa 36 Saksi Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Polisi Periksa 36 Saksi Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Ngerinya Kekerasan Berlatar Arogansi Senioritas di STIP, Tradisi yang Tak Benar-benar Hilang

Ngerinya Kekerasan Berlatar Arogansi Senioritas di STIP, Tradisi yang Tak Benar-benar Hilang

Megapolitan
Hanya Raih 4 Kursi DPRD, PKB Kota Bogor Buka Pintu Koalisi

Hanya Raih 4 Kursi DPRD, PKB Kota Bogor Buka Pintu Koalisi

Megapolitan
Ahmed Zaki Bertemu Heru Budi, Silaturahmi Lebaran Sambil Diskusi Daerah Khusus Jakarta

Ahmed Zaki Bertemu Heru Budi, Silaturahmi Lebaran Sambil Diskusi Daerah Khusus Jakarta

Megapolitan
Toyota Fortuner Picu Kecelakaan Tol MBZ, Ternyata Mobil Dinas Polda Jabar...

Toyota Fortuner Picu Kecelakaan Tol MBZ, Ternyata Mobil Dinas Polda Jabar...

Megapolitan
Truk Trailer Terbalik di Clincing akibat Pengemudinya Kurang Konsentrasi

Truk Trailer Terbalik di Clincing akibat Pengemudinya Kurang Konsentrasi

Megapolitan
Penyidikan Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Belum Final...

Penyidikan Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Belum Final...

Megapolitan
Motor Warga Kampung Pugur Dicuri, Maling Beraksi Saat Korban Olahraga Pagi

Motor Warga Kampung Pugur Dicuri, Maling Beraksi Saat Korban Olahraga Pagi

Megapolitan
Longsor 'Teror' Warga New Anggrek 2, Waswas Mencengkeram meski Tinggal di Perumahan Elite

Longsor "Teror" Warga New Anggrek 2, Waswas Mencengkeram meski Tinggal di Perumahan Elite

Megapolitan
Geruduk Mahasiswa Berujung Petaka, 4 Warga di Tangsel Kini Jadi Tersangka

Geruduk Mahasiswa Berujung Petaka, 4 Warga di Tangsel Kini Jadi Tersangka

Megapolitan
PKB Kota Bogor Andalkan Hasil Survei untuk Usung Kandidat pada Pilkada 2024

PKB Kota Bogor Andalkan Hasil Survei untuk Usung Kandidat pada Pilkada 2024

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta, Rabu 8 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam Nanti Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta, Rabu 8 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam Nanti Berawan

Megapolitan
Hari Pertama Pendaftaran Cagub Independen, KPU DKI Belum Terima Berkas Masuk

Hari Pertama Pendaftaran Cagub Independen, KPU DKI Belum Terima Berkas Masuk

Megapolitan
Keluarga Histeris Saat Tahu Putu Tewas di Tangan Senior STIP

Keluarga Histeris Saat Tahu Putu Tewas di Tangan Senior STIP

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com