Di bagian belakang sepeda terdapat tempat menaruh botol-botol khas penjual jamu. Dengan senyum mengembang, Suratmi ramah menjamu pelanggan.
"Jamu apa, Mas?" kata Suratmi.
Seakan tak mau kehilangan pelanggan, Suratmi menjelaskan satu per satu jamu andalannya. Mulai dari kunyit asam, beras kencur, hingga jamu untuk penyegar badan.
Tangannya tampak cekatan. Suratmi mulai mengambil botol kunyit asam dan mengocoknya sebentar, kemudian ia tuangkan. Satu gelas jamu ia suguhkan dengan senyum.
"Sudah 35 tahun saya jual jamu, Mas," kenang Suratmi.
Perempuan kelahiran Solo, Jawa Tengah, ini merantau bersama suaminya dari tempat asalnya ke Tangerang sejak umur 17 tahun. Ia datang ke Tangerang untuk mengadu nasib sekitar tahun 1980.
Menjual jamu adalah satu-satunya keahlian yang ia miliki. Meskipun orangtua tak pernah menjual jamu, ia tak patah arang dengan belajar ke saudara dan teman-temannya.
Berbekal ilmu itulah, Suratmi menjual jamu dengan berkeliling di dekat rumahnya di daerah Koang, Kota Tangerang. Sementara itu, sang suami menjadi penjual bakso.
Biayai kuliah
Meski hanya menjual jamu, Suratmi tak pernah mengeluh. Bahkan, ia bangga. Dari hasil jerih payahnya, anak pertamanya, Suranto (34), bisa kuliah strata satu (S-1).
"Anak pertama saya kuliah S-1 sampai kelar dari hasil jual jamu ini," cerita Suratmi bangga.
Suratmi menceritakan, lepas di bangku sekolah menengah atas (SMA) di Jawa Tengah, Suranto mendaftar di salah universitas di Solo. Suratmi berusaha tak mengecewakan anaknya, dan membiarkan sang anak untuk kuliah.
"Dia daftar di jurusan akuntansi," kata Suratmi.
Kini, Suranto bekerja di salah satu perusahaan swasta di daerah Tangerang. Sementara itu, anak kedua Suratmi, Susilo (24), bekerja di salah satu pabrik karton di Jakarta.
"Anak kedua itu maunya kerja setelah lulus. Enggak apa-apa, saya persilakan," kata Suratmi.
Sebagai seorang ibu, pada Hari Ibu ini, dia hanya berharap yang terbaik bagi anaknya.
"Saya mau anak saya tidak seperti saya dan bapaknya, menjual jamu dan bakso. Semoga dengan pendidikan tinggi, mereka bisa mendapat kehidupan yang lebih baik," kata Suratmi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.