Andi Dina Noviana (31), yang merupakan karyawan perusahaan digital agency, sedang bekerja sendiri di dalam kedai kopi yang berada di Gedung Cakrawala itu.
Saat itu, suasana di dalam Starbucks sedang ramai pengunjung. Novi duduk di kursi yang berada persis di seberang kasir dan di sebelah kaca yang menghadap ke halaman gedung. Pintu keluar agak jauh dari tempat Novi duduk.
"Begitu saya duduk, belum satu jam, tiba-tiba (bom) langsung meledak. Kencang banget. Pas jatuh, saya masih sadar," kata Novi saat dikunjungi Kompas.com di kediamannya, Pademangan, Jakarta Utara, Jumat (15/1/2016).
Novi mengaku terlempar dari tempat duduknya sekitar tiga sampai lima meter jauhnya. Saat ledakan terjadi, Novi masih tersadar, tetapi juga masih bingung terhadap apa yang sebenarnya terjadi.
"Pas bangun, badan saya sudah sakit semua. Di sekeliling saya, hitam pekat. Samar-samar saya lihat orang tergeletak semua. Enggak ada yang bangun," ujar Novi.
Novi tidak bisa mendeskripsikan seberapa kencang bunyi ledakan yang dia dengar. Namun, yang pasti, dari ledakan itu, telinganya sempat berdengung cukup keras dan membuatnya tidak bisa mendengar apa-apa selama beberapa saat.
Tidak lama kemudian, Novi kembali mendengar bunyi sesuatu yang cukup kencang. Saking kencangnya, dia kembali terlempar beberapa meter dari tempatnya jatuh pertama kali.
"Saya terlempar lagi," ucap Novi.
Di tengah kebingungannya, Novi melihat ada cahaya di satu sudut. Cahaya itu berasal dari kaca jendela Starbucks yang pecah. Tanpa pikir panjang, Novi langsung berusaha bangun dan bergegas menuju jendela tersebut.
"Pertama kali saya bangun mau jalan ke jendela, jalan saya sempoyongan, terus jatuh. Habis bangun, jatuh lagi. Pas ngelewatin jendela, ada bule juga mau menyelamatkan diri. Saya sama dia panjat jendela itu, tetapi jatuh juga, pas di atas tumpukan beling," ujar Novi.
Dia melihat, warga negara asing yang ikut melarikan diri dengannya sudah berdarah di seluruh bagian kepalanya.
Saat itu pula, Novi tersadar tangannya juga berdarah cukup banyak. Saking banyaknya darah yang keluar, dia mengaku sampai melihat semua tangannya berwarna merah.
Novi melihat suasana setelah dia keluar dari Starbucks. Sudah banyak orang berkumpul dan berlarian. Di sana, dia baru mendengar kalau ledakan yang membuatnya terlempar dua kali adalah bom.
"Orang bilang, menjauh... menjauh... itu bom. Ya Tuhan, ternyata itu bom. Saya baru sadar semua badan saya berdarah. Celana saya juga sobek. Saya dengar ada ledakan lagi," kata dia.
Novi mencegat satu orang pria yang ada di sekitar sana. Pria itu pun membantu Novi dengan mencarikan taksi.
Kebetulan, di dekat sana, sudah ada satu taksi yang sengaja merapat ke samping Gedung Cakrawala. Sopir taksi itu meminta Novi naik.
Bersama dengan Novi, pria yang sama, yang telah menolong dia, juga turut membawa dua perempuan lagi.
Satu dari kedua perempuan itu terluka parah di kepala bagian belakang, satu perempuan lagi disebut hanya luka ringan.
Awalnya, mereka mau dibawa ke Rumah Sakit Abdi Waluyo. Namun, karena sudah banyak orang berkerumun di jalan sehingga akses jalan tertutup, sopir taksi membawa mereka ke Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) YPK Mandiri yang letaknya persis di belakang Sarinah.
Di sana, mereka bertiga dirawat bersama dengan seorang polisi lalu lintas yang mengaku menjadi korban tembak.
Novi dan satu perempuan yang terluka tidak terlalu parah sudah bisa kembali ke rumah pukul 15.00 WIB, sedangkan perempuan yang kepalanya terluka parah dirujuk ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).