Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ambisi Pantang Menyerah "Wanita Emas" untuk Jadi Gubernur DKI...

Kompas.com - 24/01/2016, 08:44 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Namanya Hasnaeni Moein, salah seorang kader dari Partai Demokrat. Namun, dia lebih dikenal dengan sebutan "Wanita Emas".

Kemarin, Hasnaeni menyambangi warga yang tinggal di kolong Tol Penjaringan, Jakarta Utara. Dia datang dengan menumpang bajaj.

Rombongan Hasnaeni pun mengikuti dari belakang dengan membawa segepok uang dan sembako. Anak-anak disuruh berbaris rapi agar si "Wanita Emas" itu bisa membagikan selembar uang Rp 5.000.

Anak-anak dan ibu-ibu juga berebut mengambil bungkusan mi instan, susu cair, dan makanan ringan.

Semua itu dia lakukan sambil menjelaskan kepada masyarakat mengenai niatnya untuk maju dalam Pilkada DKI 2017.

"Iya, insya Allah sih kalau masyarakat menginginkan saya menjadi ibu dari mereka, saya siap-siap saja (jadi gubernur) karena saya sangat prihatin sekali lihat kondisi dan keadaan seperti ini," ujar Hasnaeni, Sabtu (23/1/2016).

Hasnaeni membantah bahwa kegiatan kemarin merupakan bentuk politik uang. Menurut dia, bagi-bagi uang itu dia lakukan karena prihatin dengan anak kecil yang tinggal di kolong jembatan.

"Kami membagikan uang ke anak kecil itu karena rasa empati saya ke masyarakat," ucap Hasnaeni.

"Karena anak-anak kecil tinggal di kolong jembatan ini dan sebagai bentuk perhatian saya ke anak-anak, jadi tidak ada kampanye-kampanye," kata dia.

Masih berambisi

Sudah beberapa kali Hasnaeni mengikuti proses pemilihan umum. Pada tahun 2010, Hasnaeni pernah menjadi bakal calon wali kota Tangerang Selatan dengan menggandeng Saipul Jamil.

Namun, di pertengahan jalan, bakal calon wakilnya mengundurkan diri. Pada akhirnya, Hasnaeni batal mendaftar menjadi calon wali kota Tangerang Selatan.

Gagal di Tangerang, Hasnaeni tidak menyerah dan kembali mencoba peruntungan untuk maju dalam Pilkada DKI 2012.

Awalnya, Hasnaeni percaya diri melenggang di bursa cagub dengan mengandalkan dukungan dari 25 partai koalisi non-parlemen atau partai-partai kecil yang tidak mendapat kursi di parlemen.

Namun, dia kembali gagal mendaftar ke KPUD DKI. Kejadian itu sempat ramai karena Hasnaeni merasa tertipu oleh partai pendukungnya.

(Baca: "Wanita Emas": Kerugian Saya Tak Terhitung)

Dia menuding mereka telah menipunya dan berbalik arah dengan mendukung pasangan calon lain, Alex Noerdin dan Nono Sampono.

Impian Hasnaeni ikut bertarung dalam Pilkada DKI 2012 kandas.

Hasnaeni tidak menyerah. Dia kembali mencoba mengikuti pemilihan legislatif untuk menjadi anggota DPR RI pada tahun 2014.

Namun, Hasnaeni gagal memperoleh dukungan yang cukup.

Kini, beberapa partai politik sudah mulai mempersiapkan diri untuk Pilkada DKI 2017. Seakan tidak mau ketinggalan, Hasnaeni kembali muncul dengan membawa niat untuk menjadi DKI 1.

Pengurus harian DPP Partai Demokrat itu mengaku sudah ada komunikasi dengan beberapa partai politik terkait Pilkada DKI 2017.

Meski demikian, kata dia, harus ada proses penjaringan calon terlebih dahulu untuk menentukan tokoh mana yang bakal diusung Partai Demokrat sebagai bakal calon gubernur.

Padahal, Partai Demokrat sudah beberapa kali mengungkapkan akan mendukung Nachrowi Ramli, bukan Hasnaeni.

Kritik Ahok

Sejak dulu, cara Hasnaeni melakukan sosialisasi kepada masyarakat hampir memiliki pola yang sama.

Dia menyukai menempelkan foto dirinya di angkutan kota, seperti metromini ataupun kopaja.

Menurut dia, cara tersebut lebih efektif mendekatkan diri dengan rakyat.

Begitu pun caranya yang kerap membagi-bagikan uang dan sembako kepada masyarakat. Kemarin, dia mempraktikkan kembali cara itu meski menolak disebut berkampanye.

Hasnaeni juga mengkritik kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang menurutnya kurang merakyat.

Tidak seperti dirinya, Hasnaeni mengkritik Basuki yang jarang blusukan. (Baca: "Wanita Emas" Nilai Ahok Jarang "Blusukan")

"Kalau saya lihat sejauh ini, Pak Ahok (Basuki) sangat jarang sekali menyentuh ke bawah. Waktu Pak Jokowi (jadi gubernur) masih sering blusukan," ujar Hasnaeni.

Menurut dia, seorang pemimpin harus dapat mengetahui kebutuhan, keadaan, serta permasalahan yang dihadapi warganya.

Gaya kampanye dengan membagikan uang sudah dilaksanakan Hasnaeni sejak lama dan tidak berhasil membawa dia untuk sekadar maju menjadi calon gubernur saja.

Sekarang, dia menggunakannya lagi pada awal kemunculannya dalam "pemanasan" Pilkada DKI 2017.

Kali ini, apakah cara Hasnaeni akan berhasil membawanya melenggang jadi gubernur DKI? Tentu masyarakat DKI yang bisa menjawabnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Fortuner Penyebab Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ adalah Mobil Dinas Polda Jabar

Fortuner Penyebab Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ adalah Mobil Dinas Polda Jabar

Megapolitan
Foto Kondisi Longsor Sepanjang 10 Meter di Perumahan New Anggrek 2 Depok

Foto Kondisi Longsor Sepanjang 10 Meter di Perumahan New Anggrek 2 Depok

Megapolitan
Kebakaran Toko Pakaian di Pecenongan Diduga akibat Korsleting

Kebakaran Toko Pakaian di Pecenongan Diduga akibat Korsleting

Megapolitan
Pengembangan Stasiun Tanah Abang Pangkas 'Headway' KRL Jalur Serpong, Jadi Lebih Cepat Empat Menit

Pengembangan Stasiun Tanah Abang Pangkas "Headway" KRL Jalur Serpong, Jadi Lebih Cepat Empat Menit

Megapolitan
Pendaftaran Cagub Independen DKI Dibuka, Syarat Calon Dapat 618.968 Dukungan Warga Jakarta

Pendaftaran Cagub Independen DKI Dibuka, Syarat Calon Dapat 618.968 Dukungan Warga Jakarta

Megapolitan
Fenomena Tawuran di Pasar Deprok, Disebut Ulah Provokator dan Diawali Pemasangan Petasan

Fenomena Tawuran di Pasar Deprok, Disebut Ulah Provokator dan Diawali Pemasangan Petasan

Megapolitan
Syoknya Lansia di Bogor, Nyaris Tewas Usai Tertimbun Reruntuhan Rumahnya yang Ambruk akibat Longsor

Syoknya Lansia di Bogor, Nyaris Tewas Usai Tertimbun Reruntuhan Rumahnya yang Ambruk akibat Longsor

Megapolitan
Pengakuan Alumni STIP soal Senioritas di Kampus: Telan Duri Ikan hingga Disundut Rokok

Pengakuan Alumni STIP soal Senioritas di Kampus: Telan Duri Ikan hingga Disundut Rokok

Megapolitan
Junior Tewas Dianiaya Senior di STIP, Keluarga Pelaku Belum Datangi Pihak Korban

Junior Tewas Dianiaya Senior di STIP, Keluarga Pelaku Belum Datangi Pihak Korban

Megapolitan
Sopir Diduga Mengantuk, Mobil Dinas Polda Jabar Sebabkan Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ

Sopir Diduga Mengantuk, Mobil Dinas Polda Jabar Sebabkan Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ

Megapolitan
Toko Pakaian di Pecenongan Terbakar, Pegawai Berhamburan ke Luar Gedung

Toko Pakaian di Pecenongan Terbakar, Pegawai Berhamburan ke Luar Gedung

Megapolitan
Warga yang Buang Sampah Sembarangan di Dekat Lokbin Pasar Minggu Bakal Didenda Rp 500.000

Warga yang Buang Sampah Sembarangan di Dekat Lokbin Pasar Minggu Bakal Didenda Rp 500.000

Megapolitan
Sopir di Tangerang Curi Uang Majikan Rp 150 Juta, Ajak Istri Saat Beraksi

Sopir di Tangerang Curi Uang Majikan Rp 150 Juta, Ajak Istri Saat Beraksi

Megapolitan
Polisi: Kami Butuh Partisipasi Warga untuk Atasi Tawuran

Polisi: Kami Butuh Partisipasi Warga untuk Atasi Tawuran

Megapolitan
Toko Pakaian di Pecenongan Terbakar, Kepulan Asap Putih Bikin Pemadam Kewalahan

Toko Pakaian di Pecenongan Terbakar, Kepulan Asap Putih Bikin Pemadam Kewalahan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com