Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Wanita Emas" Nilai Ahok Jarang "Blusukan"

Kompas.com - 23/01/2016, 15:35 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Pengurus Harian DPP Partai Demokrat Hasnaeni Moein berniat ikut bertarung dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI 2017.

Hasnaeni atau yang lebih dikenal dengan "Wanita Emas" itu mengaku tidak memiliki strategi untuk mengalahkan Basuki Tjahaja Purnama yang bakal maju sebagai calon petahana dalam Pilkada DKI 2017.

"Kalau saya lihat sejauh ini, Pak Ahok (Basuki) sangat jarang sekali menyentuh ke bawah, waktu Pak Jokowi (jadi Gubernur) masih sering blusukan. Jadi tidak ada strategi apa pun, biarkan berjalan dengan sendirinya ke depan," kata Hasnaeni saat ditemui wartawan di kolong tol Penjaringan, Jakarta Utara, Sabtu (23/1/2016). 

Menurut dia, seorang pemimpin harus dapat mengetahui kebutuhan, keadaan, serta permasalahan yang dihadapi warganya. (Baca: Disuruh Datang ke Acara "Wanita Emas", Warga Mengira Ada Ahok )

Hasnaeni memandang, kebutuhan warga Ibu Kota yang paling mendesak adalah fasilitas kesehatan, pendidikan, dan tempat tinggal yang layak.

Ia menilai masih ada ketimpangan sosial yang tinggi di Jakarta. "Hasil survei saya, warga masih kesulitan mengakses program, seperti KJP (Kartu Jakarta Pintar) dan BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial). Warga masih sangat kesulitan mendapat rujukan, harus menunggu sekarat dulu baru dibawa ke rumah sakit. Jadi saya melihat tidak maksimal ya," kata mantan calon anggota legislatif pada Pileg 2014 itu. 

Tak hanya itu, ia juga mengkritik banyaknya penggusuran permukiman kumuh yang dilakukan oleh Pemprov DKI Jakarta. (Baca: Gagal Jadi Gubernur, "Wanita Emas" Masuk Caleg Demokrat)

Menurut dia, warga Jakarta harus dimanusiakan. Pemerintah harus berkomunikasi dengan warga dan menyepakati solusi terbaik untuk mereka terkait penggusuran.

"Harus ada perputaran ekonomi di sana, jangan hanya menyediakan tempat tidur. Yang saya lihat tidak ada kehidupan atau perputaran ekonomi di rusun. Kalau begitu, ya mereka enggak akan betah tinggal di rusun. Mereka pilih kontrak di tempat lain, pindah, atau kembali ke kolong jembatan yang lebih nyaman," kata wanita yang juga pernah berniat mencalonkan diri sebagai gubernur pada Pilkada DKI 2012 itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad Mengaku Dipaksa Maju Pilkada 2024

Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad Mengaku Dipaksa Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Misteri Sosok Mayat Perempuan dalam Koper, Bikin Geger Warga Cikarang

Misteri Sosok Mayat Perempuan dalam Koper, Bikin Geger Warga Cikarang

Megapolitan
Kekejaman Nico Bunuh Teman Kencan di Kamar Kos, Buang Jasad Korban ke Sungai hingga Hanyut ke Pulau Pari

Kekejaman Nico Bunuh Teman Kencan di Kamar Kos, Buang Jasad Korban ke Sungai hingga Hanyut ke Pulau Pari

Megapolitan
Ulah Sindikat Pencuri di Tambora, Gasak 37 Motor dalam 2 Bulan untuk Disewakan

Ulah Sindikat Pencuri di Tambora, Gasak 37 Motor dalam 2 Bulan untuk Disewakan

Megapolitan
Upaya Chandrika Chika dkk Lolos dari Jerat Hukum, Ajukan Rehabilitasi Usai Ditangkap karena Narkoba

Upaya Chandrika Chika dkk Lolos dari Jerat Hukum, Ajukan Rehabilitasi Usai Ditangkap karena Narkoba

Megapolitan
Mochtar Mohamad Ajukan Diri Jadi Calon Wali Kota Bekasi ke PDIP

Mochtar Mohamad Ajukan Diri Jadi Calon Wali Kota Bekasi ke PDIP

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika dkk Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika dkk Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, padahal 'Numpang' KTP Jakarta

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, padahal "Numpang" KTP Jakarta

Megapolitan
Dekat Istana, Lima dari 11 RT di Tanah Tinggi Masuk Kawasan Kumuh yang Sangat Ekstrem

Dekat Istana, Lima dari 11 RT di Tanah Tinggi Masuk Kawasan Kumuh yang Sangat Ekstrem

Megapolitan
Menelusuri Kampung Kumuh dan Kemiskinan Ekstrem Dekat Istana Negara...

Menelusuri Kampung Kumuh dan Kemiskinan Ekstrem Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Keluh Kesah Warga Rusun Muara Baru, Mulai dari Biaya Sewa Naik hingga Sulit Urus Akta Kelahiran

Keluh Kesah Warga Rusun Muara Baru, Mulai dari Biaya Sewa Naik hingga Sulit Urus Akta Kelahiran

Megapolitan
Nasib Malang Anggota TNI di Cilangkap, Tewas Tersambar Petir Saat Berteduh di Bawah Pohon

Nasib Malang Anggota TNI di Cilangkap, Tewas Tersambar Petir Saat Berteduh di Bawah Pohon

Megapolitan
Bursa Cagub DKI Jakarta Kian Ramai, Setelah Ridwan Kamil dan Syahroni, Kini Muncul Ahok hingga Basuki Hadimuljono

Bursa Cagub DKI Jakarta Kian Ramai, Setelah Ridwan Kamil dan Syahroni, Kini Muncul Ahok hingga Basuki Hadimuljono

Megapolitan
NIK Ratusan Warga di Kelurahan Pasar Manggis Dinonaktifkan karena Tak Sesuai Domisili

NIK Ratusan Warga di Kelurahan Pasar Manggis Dinonaktifkan karena Tak Sesuai Domisili

Megapolitan
Pendeta Gilbert Lumoindong Kembali Dilaporkan atas Dugaan Penistaan Agama

Pendeta Gilbert Lumoindong Kembali Dilaporkan atas Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com