Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Ahok Ingin Katakan kepada Parpol, kalau Mau Dukung, Jangan Jual Mahal"

Kompas.com - 12/03/2016, 15:37 WIB
Ihsanuddin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pernyataan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang menyebut mahalnya ongkos politik untuk mencalonkan diri sebagai gubernur melalui partai politik, dinilai ingin menunjukkan kepada parpol untuk tidak meminta "mahar" politik apabila ingin mendukung suatu calon.

"Ahok hanya ingin mengatakan kepada kawan-kawan parpol, coba deh kalau mau dukung jangan jual mahal begitu. Jangan ada bargaining yang enggak karu-karuan," kata Ketua DPP Nasdem Irma Suryani Chaniago saat dihubungi, Sabtu (12/3/2016).

(Baca: Ahok: Kalau "Nyagub" lewat Partai Bisa-bisa Rp 100 Miliar Enggak Cukup).

Bahkan, Irma curiga saat ini Ahok belum mendapatkan dukungan dari parpol selain Nasdem karena mantan Bupati Belitung Timur itu enggan menyetorkan mahar politik.

Padahal, kata dia, elektabilitas dan kinerja Ahok selama ini sangat baik.

"Inilah anehnya partai politik. Mereka jual mahal mau dukung Ahok, kemudian pakai mahar yang mahal. Jelas dong Parpol harus introspeksi lah," kata Wakil Ketua Fraksi Nasdem di DPR RI ini.

Irma pun meminta parpol tak perlu mempermasalahkan keputusan Ahok yang ikut Pilkada melalui jalur independen dengan bantuan kelompok relawannya, Teman Ahok.

Menurut dia, parpol harus menghormati keputusan Ahok tersebut. Apalagi, belum ada parpol selain Nasdem yang memberi jaminan akan kembali mengusung Ahok menuju DKI 1.

"Nasdem itu mendukung Ahok tanpa syarat dan tanpa mahar. Kalau yang lain enggak mau mendukung Ahok tanpa syarat dan mahar ya enggak usah ribut juga. Kenapa harus negatif thinking," ujarnya.

Ahok sebelumnya mengaku tidak punya cukup uang untuk ikut Pilkada DKI 2017 melalui jalur partai politik.

Sebab, menurut dia, ikut pilkada melalui jalur parpol membutuhkan banyak uang untuk menggerakkan mesin partai.

Berdasarkan hitungan Ahok, dia harus mengeluarkan uang Rp 100 miliar untuk setiap parpol yang mengusungnya. (Baca: Dukung Ahok, Nasdem Pastikan Tak Minta Mahar Politik).

"Parpol enggak minta 'mahar' lho, tetapi cuma minta anak ranting dan cabangnya bergerak," kata Ahok di Balai Kota, Kamis (10/3/2016).

Belakangan, Ahok mengklarifikasi ucapannya. Menurut dia, uang Rp 100 miliar untuk menggerakan mesin partai yang ia maksud bukanlah berdasarkan pengalaman pribadi.

Ia menyebut melontarkan pernyataan itu hanya sebagai saran agar PDI-P atau parpol lain tidak menghabiskan banyak dana.

Dengan majunya ia di Pilkada melalui jalur independen, maka PDI-P bisa menghemat banyak dana.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

Megapolitan
Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Megapolitan
Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com