Kerap dihina
Menjadi orang dengan keterbatasan fisik membuat Yolandi kerap dipandang sebelah mata. Sejak kecil, ia sering dihina teman-temannya.
"Kalau anak-anak belajar dulu kan bilang kakinya buntung, kakinya buntung. Cacat, gembel," cerita Yolandi.
Menghadapi hinaan seperti itu, Yolandi tabah. Ia menganggap hal tersebut sebagai ujian dan harus disikapi dengan sabar. Hingga kini, saat dirinya menjadi pengumpul barang bekas pun, Yolandi masih mendapatkan perlakuan serupa.
Bukan hanya Yolandi yang kerap mendapat hinaan. Keluarganya pun demikian.
"Ada yang bilang saya gak boleh ambil barang di sini, atau gembel. Saya hanya sabar dan berdoa yang terbaik," kata Yolandi.
Untuk adik
Meski sering dihina, Yolandi tetap teguh dengan tekad membiayai sekolah anak-anak dari adiknya. Yolandi merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Sang adik, Yolana, memiliki empat anak, Andiran (14), Dwi (10), Tari (8) dan Riski (6). Yolana dan istrinya meninggalkan keluarga sejak enam tahun lalu dan tidak kembali hingga kini.
Keempat anak Yolana kini diasuh oleh Yolandi, Mumun, dan suaminya yang sudah tak bisa melihat karena penyakit katarak.
Yolandi kini menjadi tumpuan bagi empat anak adiknya tersebut. Dengan penghasilan Rp 20.000 sebagai pegumpul barang bekas, Yolandi masih harus menghidupi keluarganya.
"Alhamdulillah selama enam tahun (bekerja sebagai pemulung) udah dapat nyekolahin anak-anak sampai SMP. Yang penting jangan sampai kayak saya, bodoh," kata Yolandi.