JAKARTA, KOMPAS.com — Peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Profesor Siti Zuhro, menilai, Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) tidak kompak dalam menentukan dukungannya terhadap bakal calon gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama.
Ketidakkompakan ini tecermin dari adanya kader yang mengundurkan diri karena menolak dukungan terhadap Basuki. (Baca: "Teman Ahok" Dapat Suntikan Tenaga dari Partai Hanura)
"Ada masalah yang serius di partai tersebut. Idealnya, partai melakukan dulu rapat di internalnya, keputusan formal institusional, tidak boleh diganggu gugat, ada keputusan yang definitif," kata Siti saat dihubungi Kompas.com, Senin (28/3/2016).
Menurut Siti, partai politik bergerak sebagai sebuah institusi. Semua keputusan yang keluar dari partai politik, kata dia, sedianya mewakili keputusan institusi.
Untuk itu, perlu ada kesepakatan bersama yang diambil dari sekian banyaknya kepentingan yang ada di internal partai politik.
Terkait sikap Hanura yang mendukung Basuki, dua pengurus DPD Hanura DKI, yakni Rahmat HS dan Bustami, memutuskan keluar dari kepengurusan partai.
Mereka juga mengatakan, hampir 90 persen kader Hanura tidak menyetujui dukungan terhadap Basuki sebagai bakal calon gubernur DKI Jakarta. (Baca: Hanura: Kader yang Tak Dukung Ahok Itu Pragmatis).
Melihat hal tersebut, Siti menilai bahwa keputusan Hanura untuk mendukung Basuki hanya untuk menyenangkan apa yang diinginkan pimpinan atau pejabat partai semata.
Ia memandang pengunduran diri dua orang kader Hanura itu sebagai bentuk kekecewaan akan keputusan segelintir elite partai.
"Ini kan refleksi, cerminan, di dalam masih ada pro-kontra. Persentase pro-kontra kita tidak tahu. Tetapi, dari kader publikasi pengunduran dirinya ada amarah, ada kesewenang-wenangan dari pimpinan secara sepihak," tutur Siti.
"Terkesan 'kejar tayang' untuk sesegera mungkin mengklimakskan keinginan pimpinan tadi. Padahal, institusi tidak bisa personal," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.