Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rumah-rumah yang Terlindas Zaman di Pasar Ikan

Kompas.com - 12/04/2016, 15:00 WIB

Walaupun demikian, dia sadar sepenuhnya dirinya tinggal di lahan yang bukan miliknya. Dia hanya berharap pemerintah memberi dia dan para tetangganya yang senasib solusi yang lebih baik.

Keluarga Dedi memang tak sendirian. Ratusan keluarga lain di empat rukun tetangga di RW 04 Kelurahan Penjaringan ini harus segera pindah. Mereka terkena penertiban yang merupakan bagian dari program revitalisasi kawasan bahari. Rencana ini baru disosialisasikan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Maret lalu.

Sejak sepuluh hari lalu, atau semenjak Surat Peringatan I disebarkan kepada warga, kawasan ini terus bergejolak. Warga tidak terima dengan keputusan pemerintah yang tiba-tiba menyuruh warga pindah.

Apalagi, kata Upi Yunita (37), salah satu wakil warga, pemerintah belum mempunyai konsep penataan yang jelas terkait kawasan itu.

"Kami sadar tinggal di tempat yang bukan hak kami, tetapi tidak begini caranya. Kami ingin kompensasi yang layak," kata Upi. Kompensasi yang ia maksud adalah tersedianya rumah susun yang layak sebagai tempat tinggal baru mereka.

Selain itu, Upi juga berharap pemerintah mau memberikan uang pengganti kepada warga.

Wisata dan tanggul

Camat Penjaringan Abdul Khalit menyampaikan, lahan yang ditempati warga itu adalah lahan milik PD Pasar Jaya. Lahan seluas lebih dari 3 hektar itu ditempati sedikitnya 680 warga. Ratusan orang lainnya adalah pengontrak yang bekerja di wilayah itu.

"Kami harus melaksanakan penertiban untuk merevitalisasi kawasan wisata bahari, sekaligus membuat tanggul penahan rob," kata Khalit.

Sore hari di kawasan Akuarium, Pasar Ikan, sekelompok warga masih berdiskusi tentang rencana bertahan dari penggusuran. Mereka duduk di selasar rumah yang belum dibongkar, sambil saling melempar canda bahwa tempat tinggalnya akan dihargai miliaran rupiah oleh pemerintah.

Di tengah canda itu, Lasmi Widianti (16), warga RT 012, pusing memikirkan masa depannya. Siswi Jurusan Otomotif SMK 56 Pluit ini baru saja mengikuti ujian nasional beberapa hari lalu. Kini, alih-alih mempersiapkan kuliah, ia harus mengikuti prioritas kedua orangtuanya untuk mencari hunian baru karena keluarganya tak mendapat jatah rusunawa.

Rumahnya sendiri telah rata dengan tanah, Senin sore. Dia bersama adik dan orangtuanya belum tahu harus tidur di mana malam itu. Sejumlah warga berencana membuat tenda di bekas rumah masing-masing sebagai bentuk protes.

Matahari beranjak tenggelam, saat sepenggal puisi WS Rendra terngiang di kepala. Orang-orang miskin di jalan, yang tinggal di dalam selokan, yang kalah di dalam pergulatan, yang diledek oleh impian, janganlah mereka ditinggalkan.... (C06)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 12 April 2016, di halaman 1 dengan judul "Rumah-rumah yang Terlindas Zaman".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Usahanya Ditutup Paksa, Pemilik Restoran di Kebon Jeruk Bakal Tempuh Jalur Hukum jika Upaya Mediasi Gagal

Usahanya Ditutup Paksa, Pemilik Restoran di Kebon Jeruk Bakal Tempuh Jalur Hukum jika Upaya Mediasi Gagal

Megapolitan
Aktor Utama Pabrik Narkoba di Bogor Masih Buron, Polisi: Sampai Lubang Semut Pun Kami Cari

Aktor Utama Pabrik Narkoba di Bogor Masih Buron, Polisi: Sampai Lubang Semut Pun Kami Cari

Megapolitan
Polisi Amankan 8 Orang Terkait Kasus Pembacokan Remaja di Depok, 4 Ditetapkan Tersangka

Polisi Amankan 8 Orang Terkait Kasus Pembacokan Remaja di Depok, 4 Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Bukan Melompat, Disdik DKI Sebut Siswa SMP Jaksel Terpeleset dari Lantai 3

Bukan Melompat, Disdik DKI Sebut Siswa SMP Jaksel Terpeleset dari Lantai 3

Megapolitan
Insiden Siswa SMP Lompat dari Lantai 3, KPAI Minta Disdik DKI Pasang Sarana Keselamatan di Sekolah

Insiden Siswa SMP Lompat dari Lantai 3, KPAI Minta Disdik DKI Pasang Sarana Keselamatan di Sekolah

Megapolitan
3 Saksi Diperiksa Polisi dalam Kasus Dugaan Penistaan Agama yang Jerat Pejabat Kemenhub

3 Saksi Diperiksa Polisi dalam Kasus Dugaan Penistaan Agama yang Jerat Pejabat Kemenhub

Megapolitan
Seorang Pria Tewas Tertabrak Kereta di Matraman

Seorang Pria Tewas Tertabrak Kereta di Matraman

Megapolitan
Disdik DKI Bantah Siswa di Jaksel Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah karena Dirundung

Disdik DKI Bantah Siswa di Jaksel Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah karena Dirundung

Megapolitan
BNN Masih Koordinasi dengan Filipina Soal Penjemputan Gembong Narkoba Johan Gregor Hass

BNN Masih Koordinasi dengan Filipina Soal Penjemputan Gembong Narkoba Johan Gregor Hass

Megapolitan
Polisi Minta Keterangan MUI, GBI, dan Kemenag Terkait Kasus Dugaan Penistaan Agama Pendeta Gilbert

Polisi Minta Keterangan MUI, GBI, dan Kemenag Terkait Kasus Dugaan Penistaan Agama Pendeta Gilbert

Megapolitan
Walkot Depok: Bukan Cuma Spanduk Supian Suri yang Kami Copot...

Walkot Depok: Bukan Cuma Spanduk Supian Suri yang Kami Copot...

Megapolitan
Satpol PP Copot Spanduk Supian Suri, Walkot Depok: Demi Allah, Saya Enggak Nyuruh

Satpol PP Copot Spanduk Supian Suri, Walkot Depok: Demi Allah, Saya Enggak Nyuruh

Megapolitan
Polisi Bakal Panggil Indonesia Flying Club untuk Mengetahui Penyebab Jatuhnya Pesawat di BSD

Polisi Bakal Panggil Indonesia Flying Club untuk Mengetahui Penyebab Jatuhnya Pesawat di BSD

Megapolitan
Siswi SLB di Jakbar Dicabuli hingga Hamil, KPAI Siapkan Juru Bahasa Isyarat dan Pendampingan

Siswi SLB di Jakbar Dicabuli hingga Hamil, KPAI Siapkan Juru Bahasa Isyarat dan Pendampingan

Megapolitan
Ada Pembangunan Saluran Penghubung di Jalan Raya Bogor, Rekayasa Lalu Lintas Diterapkan

Ada Pembangunan Saluran Penghubung di Jalan Raya Bogor, Rekayasa Lalu Lintas Diterapkan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com