Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Secercah Harapan untuk Lulung dari Partai Demokrat

Kompas.com - 13/04/2016, 08:09 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua DPW Partai Persatuan Pembangunan (PPP) DKI Jakarta Abraham "Lulung" Lunggana memiliki harapan baru untuk mewujudkan ambisinya menjadi calon gubernur DKI Jakarta.

Setelah tidak didukung partainya sendiri, Lulung mengakui telah dilirik Partai Demokrat. Lulung sudah mengambil formulir pendaftaran cagub DKI di DPD Partai Demokrat, Rawamangun, Jakarta Timur, Selasa (12/4/2016).

Kepada Kompas.com, Lulung mengaku bahwa ini merupakan undangan dari Partai Demokrat untuk mendaftar jadi cagub. Dia merasa harus memenuhi undangan itu. Pasalnya, ia merasa visi dan misi Partai Demokrat memiliki kesamaan nilai yang dianutnya.

"Saya sudah baca visi, misi, asas, dan ideologi Partai Demokrat. Ini sejalan dengan pikiran semangat saya bahwa apa yang disampaikan, tentunya akan saya pelajari dan akan saya implementasikan nantinya," kata Lulung.

Adapun visi misi Partai Demokrat adalah menciptakan pemimpin yang bersih, cerdas, dan santun, serta menciptakan pemimpin yang menjunjung tinggi kemanusiaan dan nasionalisme.

Namun Lulung belum resmi mendaftar cagub lewat Partai Demokrat. Dia memutuskan untuk berembuk dengan timnya terlebih dahulu sebelum mengembalilan formulir tersebut.

"Sekarang saya ambil formulir pendaftaran dan sudah harus disampaikan kembali pada 22 April. Jadi, kami berusaha berembuk dengan tim kami untuk bisa merealisasikan keinginan Partai Demokrat, mengembalikan formulir pada 22 April," kata Lulung.

Partai Demokrat memiliki 10 kursi di DPRD DKI. PPP juga punya 10 kursi. Adapun syarat minimal parpol dapat mengusung cagub dan cawagub sendiri di DKI Jakarta adalah memiliki 20 persen dari total kursi di DPRD, atau sedikitnya 22 kursi.

Tak didukung partai

Peluang yang didapat Lulung dari Partai Demokrat seolah menjadi harapan baru baginya. Beberapa hari lalu, Ketua Umum PPP hasil muktamar Jakarta, Djan Faridz, menyatakan akan mendukung Yusril Ihza Mahendra sebagai cagub, bukan Lulung.

"Kita akhirnya satu bahasa, bahwa Jakarta ini harus dipimpin orang yang mampu dan mengerti hukum tata negara dan mengenai anggaran," kata Djan.

Terkait hal itu, Lulung mengatakan dukungan tersebut belum final. "Ini kan baru dukungan karena dia (Yusril) datang. Ya udah pokoknya kita siap dukung saja kalau dia memenuhi syarat, kan gitu," ujar Lulung.

Namun masalah yang dihadapi Lulung tak hanya itu. Partainya sendiri dirundung konflik internal.

PPP sudah melakukan islah dan Romahurmuziy terpilih sebagai ketua umum yang baru. PPP yang dipimpin Djan Faridz, versi yang diikuti Lulung, tak memiliki wewenang kuat untuk menentukan calon gubernur.

Sebelum diundang Demokrat, Lulung pernah mengatakan bahwa mungkin saja partai lain tertarik dengannya. "Siapa tahu saya diambil sama partai lain kan?" ujar Lulung.

Waktu terus bergulir. Akankah mimpi Lulung bisa terwujud?

Kompas TV Deklarasi Rumah Relawan Suka Haji Lulung
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Pecat Ketua RW di Kalideres, Lurah Sebut karena Suka Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin

Pecat Ketua RW di Kalideres, Lurah Sebut karena Suka Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin

Megapolitan
Sopir JakLingko Ugal-ugalan, Penumpang Bisa Melapor ke 'Call Center' dan Medsos

Sopir JakLingko Ugal-ugalan, Penumpang Bisa Melapor ke "Call Center" dan Medsos

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com