Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ribuan Narapidana dari Jakarta Dipindahkan ke Cilodong

Kompas.com - 19/04/2016, 21:47 WIB

DEPOK, KOMPAS.com - Menteri Hukum dan HAM (Menkumham) Yasonna H Laoly menyatakan akan memindahkan ribuan narapidana baik itu dari LP Cipinang maupun Gunung Sindur untuk menempati Rutan Negara Kelas IIB Cilodong Kota Depok, Jawa Barat.

"Jumlah narapidana di rutan dan lapas di Jakarta seperti Salemba dan Cipinang sudah kelebihan kapasitas. Dalam rangka redistribusi narapidana bisa kita pindahkan kesini (Rutan Cilodong Depok)," kata Yasonna, usai melakukan kunjungan ke Rutan Cilodong Depok untuk melihat kesiapan Rutan tersebut di Depok, Selasa (19/4/2016).

Ia mengatakan saat ini di Rutan Salemba ada 3.500 narapidana sedangkan Rutan Cilodong dapat menampung 1.150 tahanan, dan saat ini baru terisi 150 narapidana, karena sudah bisa digunakan, pihaknya meminta ke kantor wilayah Jawa Barat untuk melakukan pemindahan berkala.

"Untuk itu akan ada pemetaan area guna pemindahkan napi dari lapas terdekat di Jakarta ke rutan Depok. Ini untuk narapidana tindak kriminalitas dan pajak, sedangkan terorisme serta korupsi ditempatkan di rutan khusus," katanya.

Untuk itu kata dia perlunya penambahan personil penjaga di rumah tahanan (Rutan) negara Kota Depok.

Penambahan personil di rutan dirasa sangat penting, karena dengan jumlah personil berjumlah 25 pegawai dengan 3 penjaga per shift cukup berat dalam pengelolaan rutan dengan daya tapung sebanyak 1.150 narapidana.

Menurut dia nantinya Rutan Cilodong akan ditambah jumlah personilnya menjadi 125 orang dan 15 penjaga tiap shift.

"Ini sudah dibicarakan langsung dengan beberapa jajaran seperti kakanwil, dan sekjen untuk memindahkan pegawai serta restribusi ke rutan Cilodong," ujarnya.

Dikatakannya untuk menjaga keamanan lapas dilakukan upaya peningkatan dari evaluasi beberapa kasus tahanan yang kabur, seperti penambahan CCTV dan memperketat penjagaan.

Ia menambahkan Rutan Cilodong mulai beroperasi sejak Oktober 2015, serta masih perlu pengkajian di semua unit baik dari kredibilitas staff maupun peralatan guna memperkuat elemen penjagaan di rutan tersebut.

Menkumham menjelaskan dalam kunjungannya kali ini hanya untuk memastikan kesiapan secara kapasitas rutan tersebut serta penanganan ditingkat pengamanan napi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com