Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Antara Ahok, Amien Rais, dan Pin Demokrasi Reformasi

Kompas.com - 26/04/2016, 06:34 WIB
Nursita Sari

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Aksi saling sindir yang melibatkan mantan Ketua MPR RI Amien Rais dan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menjadi perhatian publik.

Hal ini bermula ketika Amien Rais menyampaikan penilaiannya terhadap Basuki atau Ahok.

Menurut Amien, Ahok adalah sosok yang arogan. Ia menilai Ahok sebagai sosok yang senang menantang berbagai pihak dan keras kepala.

(Baca: Amien Rais Nilai Ahok Arogan dan Tak Pantas Jadi Gubernur)

Ahok pun disebut Amien sebagai satu-satunya pemimpin yang merasa paling benar dan ingin memboyong kebenaran menurut kacamatanya sendiri.

Karena itu, Amien menyatakan Ahok tidak layak menjadi seorang pemimpin.

"Ini bukan masalah SARA, tetapi dia memang tidak layak menjadi pemimpin. Jangankan presiden, gubernur saja bagi saya kurang pantas," kata Amien di Temanggung, Minggu (24/4/2016).

Terkait pernyataan Amien ini, Ahok menyampaikan tanggapannya. Ia lantas menyinggung penghargaan aktor demokrasi yang pernah diberikan Amien kepadanya pada akhir 2006.

Saat itu, Ahok masih menjadi Bupati Belitung Timur. Ahok juga masih ingat bahwa Amien pernah menitipkan perjuangan demokrasi reformasi Indonesia kepadanya.

"Dia ngomong sama saya, 'Saya titipkan perjuangan demokrasi reformasi Indonesia kepada kamu.' Saya dikasih pin, pakai emas lagi," kata Ahok, Senin (25/4/2016).

"Kamu ingatkan saja ke dia, mungkin dia sudah tua, pikun," kata Ahok.

(Baca: Ahok: Kamu Ingatkan Amien Rais soal Ini, Mungkin Dia Sudah Pikun)

PAN minta Ahok "copot" pin

Terkait penghargaan yang diterima Ahok dari Amien tersebut, Wakil Sekjen Partai Amanat Nasional (PAN) Ahmad Yohan meminta Ahok "mencopot" pin demokrasi yang pernah diberikan Ketua Dewan Kehormatan PAN itu kepadanya.

(Baca: Anggap Ahok Kini Beringas, PAN Minta Pin Demokrasi dari Amien Rais Dicopot)

Yohan menilai, pin tersebut sudah tak pantas disematkan kepada Ahok karena kini sikapnya telah berubah. Ia menilai Ahok bukan lagi sosok pemimpin yang demokratis.

"Kini, setelah Ahok berlaku beringas menculasi rakyat kecil, seperti di penggusuran Kampung Luar Batang demi reklamasi, sematan demokrasi itu pun luntur di mata Pak Amien," kata Yohan dalam keterangan tertulisnya, Senin.

Ahok dinilai tak lebih dari penguasa fasis, menjadikan pembangunan sebagai alat untuk "membegal" hak sipil rakyat.

Gaya kepemimpinan Ahok yang menggusur rakyat secara represif dinilai seperti mengubur hidup-hidup demokrasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Periksa 10 Saksi Kasus Tewasnya Siswa STIP yang Diduga Dianiaya Senior

Polisi Periksa 10 Saksi Kasus Tewasnya Siswa STIP yang Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Diduga Ngebut, Mobil Tabrak Bikun UI di Hutan Kota

Diduga Ngebut, Mobil Tabrak Bikun UI di Hutan Kota

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Tinggalkan Mayat Korban di Kamar Hotel

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Tinggalkan Mayat Korban di Kamar Hotel

Megapolitan
Siswa STIP Dianiaya Senior di Sekolah, Diduga Sudah Tewas Saat Dibawa ke Klinik

Siswa STIP Dianiaya Senior di Sekolah, Diduga Sudah Tewas Saat Dibawa ke Klinik

Megapolitan
Terdapat Luka Lebam di Sekitar Ulu Hati Mahasiswa STIP yang Tewas Diduga Dianiaya Senior

Terdapat Luka Lebam di Sekitar Ulu Hati Mahasiswa STIP yang Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Dokter Belum Visum Jenazah Mahasiswa STIP yang Tewas akibat Diduga Dianiaya Senior

Dokter Belum Visum Jenazah Mahasiswa STIP yang Tewas akibat Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Polisi Pastikan RTH Tubagus Angke Sudah Bersih dari Prostitusi

Polisi Pastikan RTH Tubagus Angke Sudah Bersih dari Prostitusi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Diduga akibat Dianiaya Senior

Mahasiswa STIP Tewas Diduga akibat Dianiaya Senior

Megapolitan
Berbeda Nasib dengan Chandrika Chika, Rio Reifan Tak Akan Dapat Rehabilitasi Narkoba

Berbeda Nasib dengan Chandrika Chika, Rio Reifan Tak Akan Dapat Rehabilitasi Narkoba

Megapolitan
Lansia Korban Hipnotis di Bogor, Emas 1,5 Gram dan Uang Tunai Jutaan Rupiah Raib

Lansia Korban Hipnotis di Bogor, Emas 1,5 Gram dan Uang Tunai Jutaan Rupiah Raib

Megapolitan
Polisi Sebut Keributan Suporter di Stasiun Manggarai Libatkan Jakmania dan Viking

Polisi Sebut Keributan Suporter di Stasiun Manggarai Libatkan Jakmania dan Viking

Megapolitan
Aditya Tak Tahu Koper yang Dibawa Kakaknya Berisi Mayat RM

Aditya Tak Tahu Koper yang Dibawa Kakaknya Berisi Mayat RM

Megapolitan
Kadishub DKI Jakarta Tegaskan Parkir di Minimarket Gratis

Kadishub DKI Jakarta Tegaskan Parkir di Minimarket Gratis

Megapolitan
Koper Pertama Kekecilan, Ahmad Beli Lagi yang Besar untuk Masukkan Jenazah RM

Koper Pertama Kekecilan, Ahmad Beli Lagi yang Besar untuk Masukkan Jenazah RM

Megapolitan
Polisi Masih Buru Pemasok Narkoba ke Rio Reifan

Polisi Masih Buru Pemasok Narkoba ke Rio Reifan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com