JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, tidak hanya penerima kekerasan seksual, anak-anak pelaku kejahatan tersebut pun merupakan korban. Menurut Lukman, anak-anak pelaku kejahatan itu juga adalah korban dari sistem sosial yang salah.
"Kita lihat pelaku itu, kalau itu anak-anak sebenarnya tanpa mengecilkan kekejian yang dia lakukan, kita juga harus melihat hakikatnya bahwa dia korban juga dari sistem sosial yang belum benar," ujar Lukman dalam talkshow aksi solidaritas "Malam 1.000 Lilin: Solidaritas untuk Korban Kekerasan Seksual" di Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat, Jumat (13/5/2016).
Lukman menuturkan, kebanyakan anak-anak pelaku kejahatan seksual hidup di lingkungan yang salah. Dalam puisinya yang didedikasikan untuk Yn, korban pemerkosaan dan pembunuhan di Bengkulu, Lukman menyebut anak-anak pelaku kejahatan seksual hidup dalam lingkaran setan.
Lingkungan seperti itu, kata Lukman, harus dibenahi. Salah satu hal yang harus dilakukan adalah menanamkan pemahaman agama pada konteks sosial.
"Bagaimana setiap kita lebih memaknai agama itu pada sisi sosialnya. Pemahaman agama yang salah berkontribusi bagi mereka melakukan perilaku yang menyimpang," kata Lukman.
Selain membenahi sistem sosial, Lukman juga menyebut bahwa pandangan soal penampilan perempuan yang kerap dijadikan alasan pemicu kejahatan seksual harus dikoreksi.
"Preventifnya pandangan di mana ada semacam keyakinan ketidaksukaan pada perempuan dengan latar belakang beragam yang tidak sebagaimana mestinya ini harus dibenahi," tutur dia.