Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Membangun Budaya Kerja Cepat di Kelurahan Galur

Kompas.com - 03/06/2016, 08:33 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Bukan perkara mudah menjadi bagian dari pemerintah. Apalagi di era keterbukaan saat ini, maka penilaian kinerja ada di tangan masyarakat. Pegawai pemerintah tak lagi tutup mata akan keluhan masyarakat. Perlu kerja cepat dan tepat agar semua bisa terlayani.

Lurah Galur, Supardiono (49), merupakan salah satu di antara segelintir pegawai Pemprov DKI Jakarta yang menerapkan prinsip tersebut. Membangun budaya kerja cepat dan tepat untuk lingkungannya.

Galur mendapat apresiasi. Kelurahan yang dipimpin Supardiono itu menempati posisi terbaik pertama dari Qlue, aplikasi laporan warga Jakarta tentang kondisi di lingkungannya. Supardiono berprinsip keluhan masyarakat harus langsung ditindaklanjuti.

"Kalau kelurahan bisa mengerjakan, pokoknya langsung dikerjakan. Enggak pakai nunggu," kata Supardiono saat ditemui Kompas.com di Galur, Kamis (2/6/2016).

Ucapan Supardiono dibuktikan di lapangan. Ia menunjukkan bagaimana merespons keluhan via Qlue. Sebuah laporan jalan berlubang masuk saat pagi hari. Ia kemudian langsung meminta pengawas asistennya untuk memastikan kebenaran soal laporan tersebut.

Setelah dipastikan kebenarannya, pengerjaan pun dilakukan. Jalan berlubang di RT 05/06, Galur langsung ditambal. Pengerjaan dilakukan oleh PPSU Kelurahan Galur. Penambalan jalan pun selesai dilakukan sebelum matahari sampai di atas kepala.

Supardiono bercerita tak semua laporan bisa dikerjakan oleh pihak kelurahan. Laporan seperti parkir liar, lampu jalan mati dan masalah kelistrikan lainnya perlu satuan kerja perangkat daerah (SKPD) lain.

Untuk itu, khusus wilayah Jakarta Pusat, ada sebuah group obrolan di WhatsApp khusus keluhan Qlue. Tujuannya ketika tak bisa dikerjakan oleh kelurahan, maka bisa ditindaklanjuti oleh SKPD lain.

KOMPAS.com/KAHFI DIRGA CAHYA Lurah Galur, Supardioni saat meninjau pengerjaan laporan masyarakat via Qlue di Galur, Johar Baru, Jakarta Pusat (2/6/2016).

Warga puas

Supardiono menempati posisi Lurah Galur sejak 2013. Ia mendapat kepercayaan memimpin di daerah padat pendudut itu setelah berhasil lolos dari lelang jabatan saat masa Joko Widodo menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.

Di mata warganya, Supardiono memiliki reputasi baik. Ulim (56), RT 04/02, Galur, mengungkapkan Supardiono tak segan untuk turun ke lapangan dan kerja bakti bersama warga.

"Kalau ada sampah pas lagi turun ke lapangan, dia langsung ambil dan buang ke tempat sampah," kata Ulim.

Bahkan saat kerja bakti, Supardiono ikut turun membersihkan selokan. Ulim melihat sosok Supardiono dapat cepat membaur dengan warga.

"Jadi kalau dilihat udah seperti warga aja, tapi kita hormati sebagai lurah," sambung Ulim.

Galur sendiri memang memiliki masalah kompleks, yakni tawuran. Menurut Wiwi (40), warga RT 03/01, Galur, kerja lurah untuk meredam aksi itu mulai terlihat. Salah satunya dengan menyelenggarakan pelatihan.

Terkait masalah kebersihan, Wiwi melihat Galur saat ini jauh lebih bersih.

"Pak Lurah itu selalu imbau untuk buang sampah di tempat. Terus pegawainya juga rutin ambil sampah dan bersihin lingkungan," kata Wiwi. (Baca: Ini Ragam Laporan Warga Jakarta Melalui Aplikasi Qlue)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com