Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Komnas PA: Prosedur 1 x 24 Jam Harusnya Tidak Berlaku di Kasus Penculikan

Kompas.com - 03/06/2016, 14:32 WIB
Fachri Fachrudin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Komnas Perlindungan Anak Indonesia (Komnas PA) Arist Merdeka Sirait menilai prosedur menunggu 1x24 jam yang selama ini diterapkan kepolisian seharusnya tidak menjadi aturan baku. Apalagi, dalam menangani kasus penculikan terhadap anak.

Pasalnya, aturan itu memperlambat kerja aparat polisi dalam merespons adanya tindak kejahatan.

"Kalau kasus penculikan itu tidak bisa lagi menggunakan 1x24 jam," ujar Arist di Kantor Komnas Perlindungan Anak, Pasar Rebo, Jakarta Timur, Jumat (3/6/2016).

Menurut Arist, kepolisian harus merespons cepat setelah adanya laporan dari pihak korban. Setidaknya, polisi bisa langsung mencari bukti dan berbagai petunjuk. Bahkan, jika memungkinkan, polisi bisa juga membuat sketsa.

"Pada saat itu (pihak korban) sudah lapor ketika diculik dan sebagainya termasuk berbagai informasi harus cepat (direspons). Jangan dulu nunggu 1x24 jam," kata dia.

(Baca: Saat Bersama Ibunya, Evelyn Diculik Empat Orang Tak Dikenal)

"Itu dulu prosedur mereka tapi kan prosedur itu bisa saja tidak dilakukan demi menyelamatkan anak-anak. Apa sih salahnya jika ada laporan langsung gerak dan sebagainya," lanjut Arist.

Menurut dia, prosedur merespons laporan setelah lebih dari 1x24 jam ini harus dievaluasi, karena dalam kasus penculikan banyak kemungkinan yang bisa terjadi terhadap korban.

Misalnya, kata dia, eksploitasi ekonomi, eksploitasi seksual komersial, adopsi, perdagangan manusia, dan lain sebagainya.

"Kan kemungkinan-kemungkinan itu bisa terjadi maka reaksi polisi itu tidak boleh menunggu 1x24 jam," kata Arist.

(Baca: Ini Detik-detik Penculikan Evelyn yang Terekam CCTV)

Pernyataan Arist ini disampaikan tak lepas dari peristiwa penculikan yang terakhir terjadi di Cikupa, Kabupaten Tangerang pada 17 Mei lalu. Evelyn (8), putri dari Rita Tjoa (37), diculik empat orang tidak dikenal saat mereka selesai berbelanja di sebuah minimarket.

Rita menuturkan, saat sedang berjalan menuju parkiran mobil, tiba-tiba ada orang yang datang dan langsung mengambil Evelyn yang saat itu berjalan di belakang Rita.

Pihak keluarga sudah melaporkan kasus ini ke Polres Tangerang, namun Evelyn masih belum ditemukan. Keluarga khawatir Evelyn menjadi korban perdagangan anak.

Kompas TV Siswi SMP Diculik dan Dicabuli Berkali-kali
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

BOY STORY Bawakan Lagu 'Dekat di Hati' Milik RAN dan Joget Pargoy

BOY STORY Bawakan Lagu "Dekat di Hati" Milik RAN dan Joget Pargoy

Megapolitan
Lepas Rindu 'My Day', DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Lepas Rindu "My Day", DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Megapolitan
Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Megapolitan
Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com