Akhirnya T memutuskan untuk kabur ketika belum genap satu bulan bekerja. Dia meninggalkan apartemen yang dihuni Ivan pada pagi hari dan bertemu petugas keamanan apartemen. Petugas keamanan itu lalu meminta T menunggu di ruang tunggu.
"Terus Pak Ivan datang ke bawah, (saya) dibawa naik lagi ke atas. Kata security tolong susternya jangan diapa-apain. Pas naik ke atas, pintu apartemen ditutup, Pak Ivan marah-marah," papar T.
"'Kamu enggak tahu siapa saya, saya anaknya Pak Hamzah Haz. Kamu mau masuk penjara apa kerja di sini? Nanti saya bilang aja kamu ngambil barang berharga saya biar kamu dipenjara.' Saya bilang iya sama mau kerja," lanjut dia.
Karena takut dengan ancaman tersebut, T kemudian memutuskan untuk tetap bekerja. Pada hari itu, Ivan hanya mengancam T dan memarahinya dengan kata-kata kasar. Lalu, hari-hari berikutnya Ivan sering memukul T.
Kemudian, pada 17 Juli 2015, T tidak sengaja menginjak pakaian Anna, istri Ivan. Anna kemudian memukul kepala T. Akibatnya, T kembali meminta untuk berhenti bekerja.
"Kata Pak Ivan, 'Minta pulang terus'. (Dia) mukul di tengkuk. Dari tempat tidur ngehampiri saya, mukul satu kali. Terus Pak Ivan ngambil bantal di apartemen buat mukul tiga kali. Saya kejedot pintu di lemari apartemen," jelas T.
Pada 26 Juli 2016, kakak T datang untuk menjemputnya. Namun, dia menolak ikut bersama kakaknya karena takut dipukul oleh Ivan.
Setelah kejadian itu, Ivan berulang kali memarahi, menendang, dan memukul T menggunakan tangan kosong dan benda tumpul, seperti remote televisi, ponsel, tutup panci, mainan robot-robotan, dan lainnya.
Akibatnya, T sering merasakan sakit pada bagian tubuhnya, terutama telinga, mata, dan hidungnya.
"Mata saya sakit. Hidung saya yang sering dipukul juga sakit. Sering dipukul pake HP iPhone sampai HP iPhone-nya pecah," kata T.
Mata T sempat membengkak hingga tidak bisa dibuka. Hidung dan telinganya pun pernah berdarah karena pemukulan yang dilakukan Ivan.