Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aksi Nekat Koalisi Pejalan Kaki Kampanyekan Tertib Berlalu Lintas

Kompas.com - 27/06/2016, 10:44 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

Kompas TV Bocah Ini Hadang Motor Yang Melintas di Trotoar

Kenyang makian

Para aktivis Koalisi Pejalan Kaki tidak pernah melawan jika ditantang oleh para pengendara motor. Pengendara motor sering menuding Koalisi Pejalan Kaki sebagai kelompok bayaran, dan orang-orang yang bergabung di dalamnya disebut orang gila, sok jagoan, atau tidak mempunyai pekerjaan. 

Koalisi Pejalan Kaki sudah kenyang menghadapi makian pengendara motor yang tidak senang ditertibkan. Bahkan, ada yang pernah dipukul dengan helm, kaki dilindas motor, hingga ditantang berduel.

"Kami juga sering disebut begal. Kami membegal para pengguna motor yang melintas di trotoar dan membegal para pengguna motor yang masih maju ke zebra cross," kata Alfred.

"Di Jakarta, kalau ada masyarakat yang protes fasilitas pejalan kaki disebut manja. Negara mengatur hak pejalan kaki, makanya kami protes, dan berkomitmen melakukan aksi nyeleneh," kata Alfred.

Selain trotoar, hak pejalan kaki lainnya adalah zebra cross. Berbekal stopwatch, mereka beraksi membawa poster dan menghadang pengendara motor yang mencoba berhenti melewati batas zebra cross

Stopwatch diatur dengan hitungan dari lampu merah ke lampu hijau. Setelah stopwatch berhenti, mereka kembali ke trotoar.

"Banyak pelanggaran yang dilakukan pengendara mobil, sepeda motor, bus, bahkan sampai petugas, kami temukan melanggar zebra cross. Ternyata pendidikan lalu lintas tidak sampai ke penegak hukumnya. Padahal, aturannya sederhana, hanya berhenti di belakang zebra cross," kata Alfred.

Aksi lain yang dilakukan Koalisi Pejalan Kaki adalah mengecat zebra cross yang warnanya sudah pudar. Pengecatan dilakukan supaya pejalan kaki dapat lebih jelas menggunakan haknya.

Alfred menyebut aksi pengecatan zebra cross itu dilakukan dengan ruwatan zebra cross. Aksi nyeleneh itu ternyata pernah diprotes oleh Suku Dinas Perhubungan Jakarta Pusat karena merasa tugas pokok dan fungsi (tupoksi)-nya dilangkahi oleh masyarakat sipil.

"Tetapi, kami bisa apa lagi selain melakukan aksi seperti ini untuk mengingatkan pemerintah? Begitu pejalan kaki tertabrak dan tidak ada zebra cross di sana, kekuatan hukumnya akan hilang," kata Alfred.

Lima tahun beraksi, semakin banyak warga ataupun komunitas yang tertarik mengikuti jejak Koalisi Pejalan Kaki. Pada dasarnya semua warga merupakan pejalan kaki sehingga dapat ikut beraksi bersama Koalisi Pejalan Kaki dengan syarat tidak berkerumun saat beraksi dan tidak meninggalkan sampah setelahnya.

"Begitu Anda sudah memberi like ke fanpage Koalisi Pejalan Kaki dan follow Twitter @trotoarian, Anda mendapat update aksi dari kami. Kami tidak punya kartu keanggotaan atau yang lain. Atau kalau mau mampir ke sekretariat kami, silakan ke Gedung Sarinah Thamrin lantai 12," kata Alfred.

Banyak juga warga yang memberi sumbangan kepada Koalisi Pejalan Kaki. Alfred menyebutkan, mereka lebih sering menerima donasi dalam bentuk fisik, seperti cat atau kuas.

Adapun donasi dalam bentuk uang bisa ditransfer ke rekening Komite Penghapusan Bensin Bertimbel (KPBB) sebagai organisasi induk Koalisi Pejalan Kaki. Pasalnya, hingga kini, Koalisi Pejalan Kaki belum memiliki badan hukum, NPWP, dan rekening koran. Nantinya, donasi akan diaudit secara rutin. 

"Sebenarnya kami lagi mau menggalang dukungan cat. Kami minta langsung fisiknya saja kirim ke sini (Sekretariat Koalisi Pejalan Kaki, di Gedung Sarinah lantai 12) berupa cat yang cukup kuat untuk mengecat zebra cross-nya," kata Alfred.

"Intinya, selama penegakan hukum belum tegas, pelanggaran tertib berlalu lintas belum berakhir, atau ajal menjemput saya, aksi ini akan terus berjalan dan harus ada regenerasi. Kami agak pesimistis melihat kondisi pembiaran pelanggaran lalu lintas sampai saat ini, kecuali ada tangan besi yang bisa mengubah ini semua sampai akhirnya masyarakat Indonesia bisa tertib seperti masyarakat yang ada di luar (negeri)," ucap Alfred.

Masih ada banyak cerita lain tentang mereka yang bergerak dalam komunitas-komunitas kecil demi Jakarta yang lebih baik. Siapa saja mereka?  Lihatlah kisahnya dalam sajian multimedia Visual Interaktif Kompas, Jakarta yang Menginspirasi.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Suasana Berbeda di RTH Tubagus Angke yang Dulunya Tempat Prostitusi, Terang Setelah Pohon Dipangkas

Suasana Berbeda di RTH Tubagus Angke yang Dulunya Tempat Prostitusi, Terang Setelah Pohon Dipangkas

Megapolitan
Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Megapolitan
Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Megapolitan
Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Megapolitan
Taruna STIP Dipukul Senior hingga Tewas, Kemenhub Bentuk Tim Investigasi

Taruna STIP Dipukul Senior hingga Tewas, Kemenhub Bentuk Tim Investigasi

Megapolitan
Dedie Rachim Ikut Penjaringan Cawalkot Bogor ke Beberapa Partai, PAN: Agar Tidak Terkesan Sombong

Dedie Rachim Ikut Penjaringan Cawalkot Bogor ke Beberapa Partai, PAN: Agar Tidak Terkesan Sombong

Megapolitan
Kebakaran Landa Ruko Tiga Lantai di Kebon Jeruk, Petugas Masih Padamkan Api

Kebakaran Landa Ruko Tiga Lantai di Kebon Jeruk, Petugas Masih Padamkan Api

Megapolitan
Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas, Pukulan Fatal oleh Senior dan Pertolongan yang Keliru

Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas, Pukulan Fatal oleh Senior dan Pertolongan yang Keliru

Megapolitan
Dijenguk Adik di RSJ Bogor, Pengemis Rosmini Disebut Tenang dan Tak Banyak Bicara

Dijenguk Adik di RSJ Bogor, Pengemis Rosmini Disebut Tenang dan Tak Banyak Bicara

Megapolitan
Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Megapolitan
Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Megapolitan
BOY STORY Bawakan Lagu 'Dekat di Hati' Milik RAN dan Joget Pargoy

BOY STORY Bawakan Lagu "Dekat di Hati" Milik RAN dan Joget Pargoy

Megapolitan
Lepas Rindu 'My Day', DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Lepas Rindu "My Day", DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Megapolitan
Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com