Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beban Ibu Kota Kian Berat

Kompas.com - 11/07/2016, 18:00 WIB

Direktur Eksekutif Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah Robert Endi Jaweng mengatakan, laju migrasi ke Jabodetabek yang masih tinggi sekaligus menunjukkan program Presiden Joko Widodo untuk membangun dari pinggiran, dari daerah dan desa, belum menunjukkan hasil yang positif.

Memang selama pemerintahan Jokowi, pemerintah pusat menggelontorkan lebih banyak kucuran dana ke daerah. Dana transfer ke daerah ditambah dana desa totalnya mencapai Rp 770 triliun dari total Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Rp 2.000 triliun.

Namun, besarnya dana yang dikucurkan ke daerah itu tanpa diikuti mekanisme kontrol dan evaluasi. Sanksi pun tidak ada jika pemerintah daerah ternyata gagal memanfaatkan dana dengan baik atau target pertumbuhan ekonomi tidak tercapai.

"Seharusnya jika dana tidak dimanfaatkan dengan baik atau target pertumbuhan ekonomi tidak tercapai, ada sanksi yang dijatuhkan. Misalnya, sanksi transfer dana ke daerah itu pada tahun berikutnya dipotong besarannya," katanya.

Akibat lemahnya kontrol dan evaluasi, dan ketiadaan sanksi, politik anggaran di mayoritas daerah akhirnya tergantung pada kepentingan politik pemimpin daerahnya. Politik anggaran tidak berpihak pada upaya menstimulasi pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan pekerjaan, dan pengentasan rakyat dari kemiskinan.

Hanya sedikit daerah yang sudah berpihak ke arah itu. Dicontohkan seperti Bandung dan Cimahi di Jawa Barat, Surabaya dan Banyuwangi di Jawa Timur, dan Bantaeng di Sulawesi Selatan.

Selain politik anggaran pemimpin daerah yang belum berpihak pada upaya mendorong pertumbuhan ekonomi, kendala lainnya adalah aparatur birokrasi di daerah sering kali belum bisa menyokong keinginan dari pemimpin daerahnya. "Sering terjadi pemimpin daerahnya punya visi baik, tetapi birokrasinya tidak bisa menerjemahkan keinginan pimpinannya," ujar Robert.

Sianturi mengatakan, Disdukcapil DKI menjadwalkan operasi bina kependudukan dua pekan pasca Lebaran atau H+15, yang didahului pendataan penduduk pendatang mulai H+10.

"Setelah datang, kami biarkan dulu mereka. Karena siapa tahu mereka ikut datang untuk berlibur. Setelah itu, mulai H+15, Disdukcapil bekerja sama dengan RT/RW akan mendata warga pendatang melalui operasi bina kependudukan," ujar Sianturi.

"Tindak lanjut operasi ini akan ada kebijakan pimpinan. Namun, yang jelas akan ada pembinaan untuk mereka," ujarnya.

(HLN/DEA/APA/CO6)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 11 Juli 2016, di halaman 1 dengan judul "Beban Ibu Kota Kian Berat".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengembangan Stasiun Tanah Abang Pangkas 'Headway' KRL Jalur Serpong, Jadi Lebih Cepat Empat Menit

Pengembangan Stasiun Tanah Abang Pangkas "Headway" KRL Jalur Serpong, Jadi Lebih Cepat Empat Menit

Megapolitan
Pendaftaran Cagub Independen DKI Dibuka, Syarat Calon Dapat 618.968 Dukungan Warga Jakarta

Pendaftaran Cagub Independen DKI Dibuka, Syarat Calon Dapat 618.968 Dukungan Warga Jakarta

Megapolitan
Fenomena Tawuran di Pasar Deprok, Disebut Ulah Provakator dan Diawali Pemasangan Petasan

Fenomena Tawuran di Pasar Deprok, Disebut Ulah Provakator dan Diawali Pemasangan Petasan

Megapolitan
Syoknya Lansia di Bogor, Nyaris Tewas Usai Tertimbun Reruntuhan Rumahnya yang Ambruk akibat Longsor

Syoknya Lansia di Bogor, Nyaris Tewas Usai Tertimbun Reruntuhan Rumahnya yang Ambruk akibat Longsor

Megapolitan
Pengakuan Alumni STIP soal Senioritas di Kampus: Telan Duri Ikan hingga Disundut Rokok

Pengakuan Alumni STIP soal Senioritas di Kampus: Telan Duri Ikan hingga Disundut Rokok

Megapolitan
Junior Tewas Dianiaya Senior di STIP, Keluarga Pelaku Belum Datangi Pihak Korban

Junior Tewas Dianiaya Senior di STIP, Keluarga Pelaku Belum Datangi Pihak Korban

Megapolitan
Sopir Diduga Mengantuk, Mobil Dinas Polda Jabar Sebabkan Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ

Sopir Diduga Mengantuk, Mobil Dinas Polda Jabar Sebabkan Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ

Megapolitan
Toko Pakaian di Pecenongan Terbakar, Pegawai Berhamburan ke Luar Gedung

Toko Pakaian di Pecenongan Terbakar, Pegawai Berhamburan ke Luar Gedung

Megapolitan
Warga yang Buang Sampah Sembarangan di Dekat Lokbin Pasar Minggu Bakal Didenda Rp 500.000

Warga yang Buang Sampah Sembarangan di Dekat Lokbin Pasar Minggu Bakal Didenda Rp 500.000

Megapolitan
Sopir di Tangerang Curi Uang Majikan Rp 150 Juta, Ajak Istri Saat Beraksi

Sopir di Tangerang Curi Uang Majikan Rp 150 Juta, Ajak Istri Saat Beraksi

Megapolitan
Polisi: Kami Butuh Partisipasi Warga untuk Atasi Tawuran

Polisi: Kami Butuh Partisipasi Warga untuk Atasi Tawuran

Megapolitan
Toko Pakaian di Pecenongan Terbakar, Kepulan Asap Putih Bikin Pemadam Kewalahan

Toko Pakaian di Pecenongan Terbakar, Kepulan Asap Putih Bikin Pemadam Kewalahan

Megapolitan
Harapan Masyarakat untuk RTH Tubagus Angke, Nyaman Tanpa Praktik Prostitusi...

Harapan Masyarakat untuk RTH Tubagus Angke, Nyaman Tanpa Praktik Prostitusi...

Megapolitan
Jadwal LRT Jabodebek Terbaru Mei 2024

Jadwal LRT Jabodebek Terbaru Mei 2024

Megapolitan
Nahas, Balita di Matraman Tewas Terperosok ke Selokan Saat Main Hujan-hujanan

Nahas, Balita di Matraman Tewas Terperosok ke Selokan Saat Main Hujan-hujanan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com