Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merebut Kembali Wibawa Aparat di Pasar Kebon Kembang

Kompas.com - 02/08/2016, 16:00 WIB

Operasi gabungan penertiban tersebut berkesan menunjukkan bahwa para aparat itu "kini" ada dan kompak.

Saat itu, Wali Kota Bogor Bima Arya dan Komandan Korem 061/Suryakancana banyak terlihat berjalan beriringan mengawasi dan membantu aparat gabungan menertibkan PKL yang menguasai badan jalan.

Sampai Rabu (27/7), tenda peleton milik Satpol PP masih berdiri di badan jalan depan Pasar Kebon Kembang. Beberapa petugas, yang ditanya sampai kapan bertugas "mengawal" kawasan itu, hanya menjawab, bergantung pada pimpinan.

Penertiban PKL di kawasan itu pada 2015 hanya dilaksanakan Satpol PP. Saat itu, tenda peleton sejenis dibakar massa. Tidak ada proses hukum atas kasus itu meski aparat Satpol PP melaporkannya kepada polisi.

Tempat relokasi

Pada penertiban kali ini, tiap-tiap pihak tampaknya belajar dari pengalaman terdahulu. "Kami mah tahu diri. Jadi, PKL mau dagang, bukan mau ribut," kata Supandi, seorang PKL di depan sebuah toko kelontong, di Jalan Salamun. Dagangannya di dalam peti kayu ditaruh di pinggir gang samping toko itu.

Koordinator Paguyuban PKL Pasar Kebon Kembang Kojek alias Ibrahim Sulaeman (51) mengatakan, para PKL dengan anggota berjumlah 260 orang siap ditertibkan dan ditata, bahkan direlokasi.

"Yang jadi soal, sampai hari ini kami tidak pernah tahu akan direlokasi di mana," katanya.

Abah alias Samsul Rizal Effendi (66), pengurus paguyuban, menambahkan, PKL itu intinya mau dagang dengan aman dan untung. "Ke mana saja dipindahkan, siap. Ke Gunung Salak juga mau asalkan ada jaminan aman dan bisa sejahtera dengan usaha sendiri. PKL kami itu tidak minta duit pemerintah," katanya.

Lian Lubis (42), sekretaris paguyuban, menuturkan, PKL di kawasan Pasar Kebon Kembang sudah sering kali kena penertiban. Tahun 2003, PKL di trotoar di depan pasar dan toserba diberesi dan habis dari situ.

"Ternyata sampai sekarang di bekas area PKL itu dijadikan lahan parkir motor. PKL juga pernah dipindahkan ke jalan di seberang rel kereta api itu. Tidak sanggup, banyak yang bangkrut. Hanya bertahan tiga bulan, kami pindah ke sini lagi," katanya.

Akar masalah

Bima Arya mengemukakan, pihaknya kembali melakukan penataan kawasan Pasar Kebon Kembang agar kawasan ini tertib dan nyaman. "Alhamdulillah, kami dapat dukungan penuh dari TNI dan Polri. Tekad kami adalah memberantas sampai ke akar-akarnya," tuturnya.

Ia memastikan penertiban PKL dan pelantikan tiga pejabat di kawasan yang semrawut itu tidak hanya seremonial, tetapi ingin memastikan semua pejabat mau dan berani melihat ke lapangan dan permasalahannya.

"Kalau ada aktor-aktor yang membuat persoalan penataan kawasan ini jadi rumit, ada beking-bekingandari jajaran Pemkot atau instansi lain akan kami berantas. Saya tidak ragu memberikan sanksi kepada jajaran kami jika terlibat dalam beking-bekingan itu. Saya sudah dapat komitmen kuat dari para komandan tentara dan polisi untuk tegas," papar Bima.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Razia Dua Warung Kelontong di Bogor, Polisi Sita 28 Miras Campuran

Razia Dua Warung Kelontong di Bogor, Polisi Sita 28 Miras Campuran

Megapolitan
Tanda Tanya Kasus Kematian Akseyna yang Hingga Kini Belum Terungkap

Tanda Tanya Kasus Kematian Akseyna yang Hingga Kini Belum Terungkap

Megapolitan
Pedagang di Sekitar JIExpo Bilang Dapat Untung 50 Persen Lebih Besar Berkat Jakarta Fair

Pedagang di Sekitar JIExpo Bilang Dapat Untung 50 Persen Lebih Besar Berkat Jakarta Fair

Megapolitan
Beginilah Kondisi Terkini Jakarta Fair Kemayoran 2024...

Beginilah Kondisi Terkini Jakarta Fair Kemayoran 2024...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Akhir Pelarian Perampok 18 Jam Tangan Mewah di PIK 2 | Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Hari Minggu

[POPULER JABODETABEK] Akhir Pelarian Perampok 18 Jam Tangan Mewah di PIK 2 | Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Hari Minggu

Megapolitan
Diduga Joging Pakai 'Headset', Seorang Pria Tertabrak Kereta di Grogol

Diduga Joging Pakai "Headset", Seorang Pria Tertabrak Kereta di Grogol

Megapolitan
Pemeras Ria Ricis Gunakan Rekening Teman untuk Tampung Uang Hasil Pemerasan

Pemeras Ria Ricis Gunakan Rekening Teman untuk Tampung Uang Hasil Pemerasan

Megapolitan
Anies Bakal 'Kembalikan Jakarta ke Relnya', Pengamat: Secara Tak Langsung Singgung Heru Budi

Anies Bakal "Kembalikan Jakarta ke Relnya", Pengamat: Secara Tak Langsung Singgung Heru Budi

Megapolitan
Pedagang Kerak Telor di PRJ Mengeluh Sepi Pembeli: Dulu Habis 50 Telor, Kemarin Cuma 10

Pedagang Kerak Telor di PRJ Mengeluh Sepi Pembeli: Dulu Habis 50 Telor, Kemarin Cuma 10

Megapolitan
Keluarga Akseyna Minta Polisi Dalami Penulis Lain dalam Surat Wasiat sesuai Analisis Grafolog

Keluarga Akseyna Minta Polisi Dalami Penulis Lain dalam Surat Wasiat sesuai Analisis Grafolog

Megapolitan
Kasus Akseyna Berlanjut, Keluarga Sebut Ada Informasi yang Belum Diterima Penyidik Baru

Kasus Akseyna Berlanjut, Keluarga Sebut Ada Informasi yang Belum Diterima Penyidik Baru

Megapolitan
SP2HP Kedua Terbit, Keluarga Akseyna: Selama Ini Sering Naik Turun, Pas Ramai Baru Terlihat Pergerakan

SP2HP Kedua Terbit, Keluarga Akseyna: Selama Ini Sering Naik Turun, Pas Ramai Baru Terlihat Pergerakan

Megapolitan
Polisi Terbitkan SP2HP Kedua Terkait Kasus Akseyna, Keluarga Berharap Aparat Jaga Momentum

Polisi Terbitkan SP2HP Kedua Terkait Kasus Akseyna, Keluarga Berharap Aparat Jaga Momentum

Megapolitan
Tak Bisa Biayai Pemakaman, Keluarga Tak Kunjung Ambil Jenazah Pengemis Korban Kebakaran di Pejaten

Tak Bisa Biayai Pemakaman, Keluarga Tak Kunjung Ambil Jenazah Pengemis Korban Kebakaran di Pejaten

Megapolitan
Keluarga Pengemis Sebatang Kara di Pejaten Barat Lepas Tangan Usai Mendiang Tewas Akibat Kebakaran

Keluarga Pengemis Sebatang Kara di Pejaten Barat Lepas Tangan Usai Mendiang Tewas Akibat Kebakaran

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com