Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alumni ITB Berupaya Berikan Kajian Menyeluruh soal Reklamasi Jakarta

Kompas.com - 05/08/2016, 09:42 WIB
Nibras Nada Nailufar

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Polemik tentang reklamasi di Teluk Jakarta terus berlanjut. Hal ini, menurut anggota-anggota Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IA-ITB),  telah membuat Presiden Joko Widodo meminta para alumni ITB untuk memberi pencerahan terkait reklamasi   itu.

Selama tiga bulan ke depan, Tim Panel Ahli yang terdiri dari tujuh anggota dari berbagai bidang, akan meneliti Teluk Jakarta secara komprehensif. Hasilnya akan diserahkan kepada Presiden Joko Widodo dan diharapkan dapat menjadi masukan bagi perumusan kebijakan.

Ketujuh orang itu adalah Bernardus Djonoputro yang berlatar belakang tata ruang, Ivonne Milichristi Radjawane dengan keahlian oseanografi, Agustan yang ahli di bidang pengindraan jauh, Hendricus Andy Simarmata dengan latar belakang lingkungan, Febriano Hadisetiawan dengan keahlian maritim, Imam Ahmad Sadisun yang ahli di bidang geologi, dan Sari Wahjuni yang merupakan ahli bidang hukum.

Serba ilmiah

Ketua Tim Panel Ahli, Bernardus Djonoputro, mengatakan, kajian itu sangat dapat diandalkan sebagai dasar kebijakan karena memiliki basis ilmiah yang kuat. Pendekatannya teknokratis, artinya pengelolaan yang berkelanjutan, aman, resilience, produktif, dan berkeadilan bagi semua pemangku kepentingan.

Selama ini, kata Bernardus, belum ada kajian ilmiah soal Teluk Jakarta yang komprehensif dan menyeluruh. Kajian parsial selama ini belum menyertakan aspek urban seperti kesejahteraan, perilaku masyarakat, dan sebagainya. Apalagi perang opini yang terbentuk jarang berlandaskan kajian ilmiah.

"Pendekatan komprehensif kami lihat belum secara full dilakukan pemerintah karena Kementerian Kelautan dan Perikanan kerja sendiri, Menko Kemaritiman kerja sendiri, Pemprov DKI kerja sendiri, Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup kerja sendiri. Satu kementerian yang tidak bekerja, malahan paling penting itu kementerian Agraria dan Tata Ruang," ujarnya.

Apa saja yang akan dilakukan selama tiga bulan ke depan?

Bernardus menjelaskan, mereka akan melakukan survei instansional ke Badan Informasi Geospasial, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Dinas Hidro-Oseanografi TNI Angkatan Laut, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, BMKG, hingga Bappenas.

Sejumlah studi literatur juga akan didalami dari Jakarta Emergency Dredging Initiative, Jakarta Coastal Defence Strategy, National Capital Integrated Coastal Development, Rencana Tata Ruang dan Wilayah, serta beberapa kajian lainnya.

Para peneliti itu juga secara langsung akan mengunjungi daerah yang bersinggungan dengan Teluk Jakarta seperti Kamal Muara, Muara Baru, dan Tanjung Priok.

Focus Group Discussion tematik juga akan digelar untuk mendengar paparan dari Pemprov DKI Jakarta. Output-nya, akan direncanakan dalam studio, lalu panel diskusi akan digelar untuk menyepakati mana yang disetujui dan mana yang tidak.

Serangkaian kajian kompleks itu nantinya akan disederhanakan dalam policy brief untuk dapat menjadi rekomendasi bagi penentu kebijakan.

Kajian itu akan menjawab sejumlah pertanyaan seperti bagaimana pengaruh reklamasi terhadap ekologi, bagaimana masa depan Teluk Jakarta hingga beberapa dekade ke depan, bagaimana prospek ekonomi Jakarta, apa saja ancaman iklim dan lingkungan yang menanti Jakarta, bagaimana mengatasi masalah kemiskinan bagi yang berdampak, jika reklamasi diteruskan apa yang harus diperbaiki, dan jika dihentikan apa alternatif dengan nilai ekonomis yang sepadan dengan reklamasi Teluk Jakarta.

Independen

Bernardus menyatakan dengan tegas bahwa mereka bekerja secara independen. Mereka tidak didukung pendanaan dari manapun, dan bersifat pro-bono. Ia mengatakan, itu merupakan bentuk pengabdian buat publik dari alumni ITB.

Bernardus mengklaim bahwa secara organisasi, IA-ITB adalah organisasi pertama yang melakukan pengkajian demi kepentingan publik dan akan dijadikan masukan untuk pemerintah.

"Tim ini tidak berkaitan dengan institusi maupun studi-studi yang dipesan," katanya.

Bernardus mengatakan, sejak awal mereka tidak memiliki apriori soal penanganan Teluk Jakarta. Mereka tidak pada sikap setuju maupun tidak setuju.

Ia menegaskan bahwa tak ada kepentingan lain selain untuk publik dalam kajian itu. Ia tidak mau dikaitkan dengan penelitian serupa yang pernah beredar.

Ia menanggapi adanya kajian terdahulu oleh akademisi ITB, Profesor Hang Tuah yang melakukan pengkajian dan merekomendasikan konsep reklamasi pada 1995-2012. Menurut Bernardus, hal itu merupakan kewenangan perseorangan bukan atas nama alumni.

"Kita harus membedakan institusi ITB dengan alumni ITB, kami adalah alumni independen yang kebetulan pernah kuliah di ITB dan kami memakai atribut alumni dalam pembentukan tim panel ini," kata dia.

Kajian dari Profesor Hang Tuah, yang mengatakan tak ada masalah dengan reklamasi Teluk Jakarta, pernah dikutip oleh pengembang reklamasi PT Agung Podomoro Land Tbk.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Daftar Acara HUT Kota Jakarta ke-497, Ada Gratis Masuk Ancol

Daftar Acara HUT Kota Jakarta ke-497, Ada Gratis Masuk Ancol

Megapolitan
Ada Pembangunan Saluran Air hingga 30 November, Pengendara Diimbau Hindari Jalan Ciledug Raya

Ada Pembangunan Saluran Air hingga 30 November, Pengendara Diimbau Hindari Jalan Ciledug Raya

Megapolitan
Panca Darmansyah Berupaya Bunuh Diri Usai Bunuh 4 Anak Kandungnya

Panca Darmansyah Berupaya Bunuh Diri Usai Bunuh 4 Anak Kandungnya

Megapolitan
Trauma, Siswi SLB yang Jadi Korban Pemerkosaan di Kalideres Tak Mau Sekolah Lagi

Trauma, Siswi SLB yang Jadi Korban Pemerkosaan di Kalideres Tak Mau Sekolah Lagi

Megapolitan
Dinas SDA DKI Jakarta Bangun Saluran Air di Jalan Ciledug Raya untuk Antisipasi Genangan

Dinas SDA DKI Jakarta Bangun Saluran Air di Jalan Ciledug Raya untuk Antisipasi Genangan

Megapolitan
Jaksel dan Jaktim Masuk 10 Besar Kota dengan SDM Paling Maju di Indonesia

Jaksel dan Jaktim Masuk 10 Besar Kota dengan SDM Paling Maju di Indonesia

Megapolitan
Heru Budi: Ibu Kota Negara Bakal Pindah ke Kalimantan Saat HUT ke-79 RI

Heru Budi: Ibu Kota Negara Bakal Pindah ke Kalimantan Saat HUT ke-79 RI

Megapolitan
Bandar Narkoba di Pondok Aren Bersembunyi Dalam Toren Air karena Takut Ditangkap Polisi

Bandar Narkoba di Pondok Aren Bersembunyi Dalam Toren Air karena Takut Ditangkap Polisi

Megapolitan
Siswi SLB di Kalideres yang Diduga Jadi Korban Pemerkosaan Trauma Lihat Baju Sekolah

Siswi SLB di Kalideres yang Diduga Jadi Korban Pemerkosaan Trauma Lihat Baju Sekolah

Megapolitan
Masih Dorong Eks Warga Kampung Bayam Tempati Rusun Nagrak, Pemprov DKI: Tarif Terjangkau dan Nyaman

Masih Dorong Eks Warga Kampung Bayam Tempati Rusun Nagrak, Pemprov DKI: Tarif Terjangkau dan Nyaman

Megapolitan
Suaminya Dibawa Petugas Sudinhub Jakpus, Winda: Suami Saya Bukan Jukir Liar, Dia Tukang Servis Handphone

Suaminya Dibawa Petugas Sudinhub Jakpus, Winda: Suami Saya Bukan Jukir Liar, Dia Tukang Servis Handphone

Megapolitan
Ditangkap Polisi, Pencuri Besi Pembatas Jalan di Rawa Badak Kerap Meresahkan Tetangga

Ditangkap Polisi, Pencuri Besi Pembatas Jalan di Rawa Badak Kerap Meresahkan Tetangga

Megapolitan
Kronologi Terungkapnya Penemuan Mayat Dalam Toren yang Ternyata Bandar Narkoba

Kronologi Terungkapnya Penemuan Mayat Dalam Toren yang Ternyata Bandar Narkoba

Megapolitan
Polisi Proses Laporan Dugaan Pemerkosaan Siswi SLB di Jakbar

Polisi Proses Laporan Dugaan Pemerkosaan Siswi SLB di Jakbar

Megapolitan
Buka Penjaringan Bacagub Jakarta, DPW PSI: Kami Cari Jokowi-Jokowi Baru

Buka Penjaringan Bacagub Jakarta, DPW PSI: Kami Cari Jokowi-Jokowi Baru

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com