Jadi ancaman
Bukan hanya itu, Ahok bahkan terlibat debat dengan Kuasa Hukum Sanusi Maqdir Ismail. Awalnya, Maqdir meminta kepada Majelis Hakim untuk mempertemukan Taufik, Ahok, dan Saefullah dalam satu sidang. Hal ini untuk mengkonfronrasi keterangan mereka yang berlawanan.
Taufik menyebut Ahok sudah setuju dengan tambahan kontribusi sebesar 15 persen. Persetujuan itu terjadi ketika Taufik menyodorkan tabel simulasi kepada Ahok di ruang VIP, Gedung DPRD DKI. Namun, Ahok membantahnya dan menuding Taufik sudah memfitnah dia.
Saefullah disebut-sebut hadir dalam pertemuan informal di ruang VIP Gedung DPRD DKI yang dimaksud Taufik. Sehingga Maqdir juga ingin Saefullah dihadirkan. Hal ini tidak disetujui oleh Ahok. Ahok ingin tidak hanya dua orang itu saja, melainkan juga seluruh anggota Balegda lain.
"Saya pikir semua Balegda harus ikut," ujar Ahok.
Alasan Ahok pun berkaitan dengan situasi politik jelang Pilkada DKI Jakarta 2017. Ahok mengatakan hubungan antara Saefullah dengan Taufik sudah politis karena ada rencana pencalonan Saefullah. Ahok merasa terancam dan khawatir jika Saefullah dan Taufik jadi saksi bersama-sama, dia akan diserang.
"Karena kemarin mereka baru berkumpul menggolkan gubernur Betawi loh. Enggak bisa ini. Sudah jelas-jelas mau jadi gubernur kok, mau nusuk saya kok," ujar Ahok.
Maqdir sempat menyampaikan keberatannya. Menurut dia, pemanggilannya tidak berkaitan dengan permasalahan politik Pilkada DKI. Maqdir mengatakan alasannya meminta orang-orang tersebut untuk dihadirkan adalah agar tidak terjadi fitnah.
"Pak, faktanya anggota DPRD itu orang politik. Termasuk yang Anda bela itu orang politik. Kalau Anda kasih dua orang yang ada kemungkinan fitnah saya, ya saya minta semuanya saja hadir dong," ujar Ahok.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.