Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Manajer Agung Sedayu Lupa dengan Ucapannya Sendiri soal Suap dengan Sanusi

Kompas.com - 20/09/2016, 09:01 WIB
Jessi Carina,
Fidel Ali

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Jaksa penuntut umum (JPU) menghadirkan Manajer Perizinan Agung Sedayu Group Saiful Zuhri alias Pupung dalam persidangan kasus dugaan suap reklamasi di Pengadilan Tipikor, Jalan Bungur Besar Raya, Senin (19/9/2016).

Pupung dikonfirmasi mengenai transkrip percakapannya dengan terdakwa mantan anggota DPRD DKI, Mohamad Sanusi.

Jaksa menunjukkan bahwa Pupung pernah bertanya kabar kontribusi tambahan 15 persen dalam raperda reklamasi. Sanusi menjawab, "Beres beres beres". Jaksa pun bertanya apa maksud dari itu.

"Ya itu saya tanya karena kami sudah sampaikan bahwa tidak keberatan kontribusi tambahan ada dalam perda," ujar Pupung.

Jaksa juga menunjukkan transkrip pembicaraan Pupung dan Sanusi yang membahas Ketua DPRD DKI Prasetio Edi Marsudi.

"Begini, Bang, jadi kalau misalnya nanti pukul 14.00 lewat tidak ada apa-apa, saya lapor Bos (Aguan) supaya dia bisa tekan Pak Prasetio lagi," kata Pupung kepada Sanusi dalam transkrip rekaman percakapan.

Kemudian, jaksa juga menunjukkan ucapan Sanusi kepadanya.

"Iya, itu kan sebenarnya ngebaginya benar-benar kacau balau deh dia (Prasetio), makannya kebanyakan. Maksud gua, banyak banget, bukan kebanyakan, ngerti enggak lu, kayak enggak ada tempat lain," kata Sanusi kepada Pupung dalam transkrip itu.

Jaksa meminta Pupung menjelaskan makna percakapannya. Terutama bagian "menekan Prasetio", "Prasetio makannya kebanyakan", dan "ngebaginya benar-benar kacau balau". Namun, Pupung tidak mampu menjelaskan.

"Saya juga enggak mengerti, Pak maksudnya apa," ujar Pupung.

Padahal, itu merupakan ucapannya sendiri. Jaksa kembali menunjukkan transkrip rekaman setelah ucapan Sanusi. Di sana, diperlihatkan bahwa Pupung menjawab "ya ini mainan anak kecil" untuk menanggapi ucapan Sanusi soal Prasetio.

"Itu bukan dari saya, Pak. Saya enggak merasa ngomong begitu," ujar Pupung. (Baca: Dari Taufik hingga Pengembang Reklamasi Dekati Heru agar Bisa Merayu Ahok)

Jaksa pun memutuskan untuk memutar kembali rekaman percakapan itu dalam sidang. Hal ini untuk mengingatkan kembali kepada Pupung bahwa itu adalah suaranya. Sebab, Pupung beralasan lupa dengan ucapannya sendiri.

Setelah diperdengarkan, Pupung mengakui itu suaranya. Namun, ia tetap tidak mengerti apa yang dibahas antara dia dan Sanusi. "Saya cuma asal bicara saja, Pak," ujar Pupung.

Kompas TV Sanusi Pernah Silaturahim ke Rumah Aguan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com