Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Alasan Kontraktor Tak Gunakan Dinamit untuk Robohkan Gedung Panin Bank

Kompas.com - 18/10/2016, 19:31 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Penulis


TANGERANG, KOMPAS.com -
Penggunaan dinamit untuk merobohkan gedung mangkrak tidak menjadi pilihan kontraktor pelaksana pembongkaran gedung Panin Bank di Bintaro Sektor 7, PT Wahana Infonusa.

Hal itu dikarenakan tidak memungkinkan untuk menanam dinamit atau menaruhnya di bagian dalam gedung yang dinilai sudah tidak stabil.

"Begitu mau menempatkan dinamit, mau ditempatkan di mana? Pasti di kolong, dibor. Sekarang saya tanya, siapa yang berani masuk ke dalam untuk ngebor?" kata Project Manager PT Wahana Infonusa, Ari Yudhanto, saat ditemui Kompas.com, di Bintaro, Selasa (18/10/2016) sore.

Pernyataan Ari didasarkan pada kondisi gedung belasan lantai tersebut yang sudah mangkrak selama 21 tahun. Ditambah lagi, sebagian dari gedung tersebut sempat roboh ketika hendak dibongkar sendiri oleh tukang bangunan upahan Panin Bank pada Juni 2016 lalu, sehingga kondisinya kini tidak stabil.

"Kalau mau pakai dinamit, bisa cepat roboh. Tetapi, harus mempertimbangkan masalah izin. Lalu, di Indonesia, belum ada kontraktor yang punya kemampuan pas untuk itu. Dinamit itu juga tidak murah," tutur Ari.

(Baca: Puluhan Ton Karung Pasir Ditambahkan Setiap Hari untuk Robohkan Gedung Panin Bank)

Dia meyakini, sampai sekarang, metode perobohan yang dipilih pihaknya adalah yang paling baik, yaitu dengan pembebanan. Metode pembebanan yang dimaksud yaitu menaruh ratusan karung pasir ke puncak gedung, dengan bobot satu karung pasir sekitar satu sampai satu setengah ton.

Karung diletakkan di titik-titik tertentu yang telah ditandai dengan prediksi gedung dapat roboh secara progresif dari atas ke bawah. Ari mengakui, butuh waktu lebih lama agar gedung bisa roboh dengan metode pembebanan. Tetapi, dampak buruk terhadap aspek keamanan, keselamatan, dan lingkungan dari metode ini sangat minim.

"Setelah berkoordinasi dengan TABG (Tim Ahli Bangunan Gedung) dari Pemkot Tangsel, kami diminta untuk lebih mengutamakan kepentingan bersama. Kalau pakai dinamit itu, dinding-dinding bangunan sekitar bisa pecah, harus steril radius berapa ratus meter. Itu untuk ukuran dinamit yang biasa," ujar Ari.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Buang Jasad Korban Pakai Motor

Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Buang Jasad Korban Pakai Motor

Megapolitan
Dari Lima Orang, Hanya Dharma Pongrekun yang Serahkan Bukti Dukungan Cagub Independen

Dari Lima Orang, Hanya Dharma Pongrekun yang Serahkan Bukti Dukungan Cagub Independen

Megapolitan
Pria Dalam Sarung di Pamulang Dibunuh Pakai Golok di Warungnya

Pria Dalam Sarung di Pamulang Dibunuh Pakai Golok di Warungnya

Megapolitan
KPU DKI: Poempida Hidayatullah Sempat Minta Akses Silon Cagub Independen

KPU DKI: Poempida Hidayatullah Sempat Minta Akses Silon Cagub Independen

Megapolitan
Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ternyata Keponakan Sendiri, Baru Dipekerjakan Buat Jaga Warung

Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ternyata Keponakan Sendiri, Baru Dipekerjakan Buat Jaga Warung

Megapolitan
Pengoplos Elpiji 3 Kg di Bogor Raup Untung hingga Rp 5 Juta Per Hari

Pengoplos Elpiji 3 Kg di Bogor Raup Untung hingga Rp 5 Juta Per Hari

Megapolitan
Ada Plang 'Parkir Gratis', Jukir Liar Masih Beroperasi di Minimarket Palmerah

Ada Plang "Parkir Gratis", Jukir Liar Masih Beroperasi di Minimarket Palmerah

Megapolitan
Pria Dalam Sarung di Pamulang Dibunuh di Warung Kelontong Miliknya

Pria Dalam Sarung di Pamulang Dibunuh di Warung Kelontong Miliknya

Megapolitan
Polisi: Kantung Parkir di Masjid Istiqlal Tak Seimbang dengan Jumlah Pengunjung

Polisi: Kantung Parkir di Masjid Istiqlal Tak Seimbang dengan Jumlah Pengunjung

Megapolitan
Masyarakat Diminta Tak Tergoda Tawaran Sewa Bus Murah yang Tak Menjamin Keselamatan

Masyarakat Diminta Tak Tergoda Tawaran Sewa Bus Murah yang Tak Menjamin Keselamatan

Megapolitan
SMK Lingga Kencana Depok Berencana Beri Santunan ke Keluarga Siswa Korban Kecelakaan

SMK Lingga Kencana Depok Berencana Beri Santunan ke Keluarga Siswa Korban Kecelakaan

Megapolitan
Tukang Tambal Ban yang Digeruduk Ojol Sudah 6 Tahun Mangkal di MT Haryono

Tukang Tambal Ban yang Digeruduk Ojol Sudah 6 Tahun Mangkal di MT Haryono

Megapolitan
Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ternyata Keponakannya Sendiri

Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ternyata Keponakannya Sendiri

Megapolitan
Terungkap, Jasad Pria Dalam Sarung di Pamulang Ternyata Pemilik Warung Kelontong

Terungkap, Jasad Pria Dalam Sarung di Pamulang Ternyata Pemilik Warung Kelontong

Megapolitan
Kronologi Tukang Tambal Ban di Jalan MT Haryono Digeruduk Ojol

Kronologi Tukang Tambal Ban di Jalan MT Haryono Digeruduk Ojol

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com