Ari yang punya usaha produksi tas sejak 2009 bisa bertahan dengan mengandalkan pesanan. Sebulan ia memproduksi 200-300 tas dan 1.000 goody bag. Namun lokasi pemasaran produk tasnya masih sempit karena dirinya hanya mengandalkan pesanan dari instansi pemerintan dan swasta.
Soek (34), karyawan jaket menyatakan, kondisi usaha di PIK cenderung stabil.
"Jayanya dulu saja, 10 tahun lalu. Kalau sekarang cenderung stabil, bersaing dengan produk China. Produk yang dijual tidak menentu, meski rata-rata ia memproduksi 300 jaket perbulan. Meski penjualan stabil, tapi agak susah pemasarannya. Karena kami hanya mengandalkan pesanan," kata Soek.
Dibantu Pemerintah
Kepala Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, dan Perdagangan (UMKMP) Provinsi DKI Jakarta, Irwandi mengakui, tantangan zaman menuntut pengusaha industri di PIK bersaing. Sebagai pengelola PIK, pihaknya punya strategi untuk menjaga pengusaha industri kecil di sana tetap bertahan.
"Menghadapinya dengan penguatan SDM bagaimana supaya bersaing produknya. Terus kami bantu akses pemasaran, bantu promosikan, dan bantuan permodalan," kata Irwandi.
Ia mengatakan, di bidang pemasaran atau promosi pihaknya membantu dengan mengikutsertakan produk PIK di pameran, seminar, dan kerja sama dengan perusahaan toko online. Untuk akses modal, pihaknya bekerja sama dengan bank yang menawarkan Kredit Usaha Rakyat (KUR).
"Kemarin 100 UKM juga dilatih bersama OJK mengenai keuangan. Kami juga ada pusat diklat, keterampilan packaging, dan lainnya," ujar Irwandi.
Fasilitas jalan untuk berkeliling melihat berbagai industri di PIK juga sudah memadai. Transportasi umum seperti Transjakarta sudah masuk ke kawasan itu agar memudahkan pengunjung. Irwandi berharap KIP Pulogadung bisa terus berkembang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.